PART 17 : TERSERAH

13.8K 2.5K 1.3K
                                    

Masih banyak laki-laki yang lebih pantas untuknya. Tapi aku sendiri sadar, aku tak punya hak untuk menghakimi perasaannya.

***

Vanila yang akhirnya sadar jika sumpah serapahnya mental lagi, mulai uring-uringan sendiri.

Awalnya ia memang ketakutan ketika lift tiba-tiba berguncang. Tapi karena tidak terbiasa menangis, Vanila pun melampiaskan ketegangannya dengan terus menerus mengomeli pintu lift.

Lo kenapa sih ikut-ikutan bikin kesel gue? Harusnya kan Late yang kejebak. Kenapa malah gue? Ha?

Oh atau jangan-jangan, lo pengen berduaan doang sama gue? Iya? Gitu?

Suara Vanila memantul lagi. Seperti orang gila, ia tak berhenti memaki pintu lift yang hanya diam membisu.

Sementara itu Late baru saja tiba di lantai satu, ketika ia menyadari jika lift yang dinaiki Vanila belum juga sampai.

Awalnya ia berpikir, mungkin saat melewati lantai dua, ada pengunjung hotel yang juga ingin turun. Jadi mau tak mau, lift yang dinaiki Vanila berhenti dulu untuk mengangkut pengunjung.

Tapi setelah ditunggu selama beberapa menit, Vanila masih belum juga muncul.

Ini si cewe ninja muterin sekeliling hotel dulu apa gimana, sih? Lama amat.

Lalu tiba-tiba saja, lobi dihebohkan dengan suara alarm yang berbunyi berulang kali.

"Lift di lantai dua macet, Pak."

Late mendengar pembicaraan salah satu pegawai hotel kepada sekuriti yang kebetulan melintas.

"Pak..Pak! Teman saya ada di dalem lift itu, Pak." Panik, Late melompat menghampiri sekuriti itu lalu mengguncang-guncang pundaknya.

"Gimana ini penanganannya Pak?" gerutu Late karena kesal melihat  pergerakan pegawai hotel yang dirasa lambat.

Melihat keributan kecil yang dibuat Late, resepsionis hotel bergegas menghampirinya.

"Mas tenang dulu, ya. Teknisi hotel sudah kami hubungi untuk memperbaiki lift di lantai dua," ujar wanita itu yang kelewat santai.

"Tapi dia bakal baik-baik aja kan, Mbak?" Late mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai dengan tak sabar.

"Saya mau nyusul dia aja, Mbak," ujar Late sambil berlalu.

Niat Late sebenarnya mau balik lagi ke lantai dua menggunakan lift. Namun sayang ia terlambat. Lift yang tadi dinaiki sudah tertutup rapat dan bergerak meninggalkannya.

Tak kehabisan akal, Late pun memilih berlari secepatnya meniti satu per satu anak tangga.

Ketika akhirnya ia sampai di anak tangga terakhir, beberapa teknisi hotel sudah berkerumun di depan lift yang mengalami kerusakan.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Late menghampiri kerumunan itu sambil sesekali membasuh keringatnya dengan lengan.

"Mas, apa orang yang di dalem baik-baik aja?" tanya Late sopan lalu melirik teknisi hotel yang tampak serius itu.

"Kayaknya sih nggak papa, Mas. Tadi waktu saya panggil, suaranya masih kedengeran kenceng, sih. Ngalahin suara terompet tahun baru," jawab teknisi bernama Supriyadi itu dengan santai. "Yang di dalem pacarnya, Mas?"

Late mengibas-ngibaskan kepalanya. "Bukan, Mas. Peliharaan saya, eh maksudnya temen saya."

"WOY! Lo pikir gue budek? Peliharaan pale lu!" Belum dipanggil, Vanila sudah menyahut. "Awas ya nanti kalo gue udah keluar dari sini, gue patahin leher lo."

VaniLate (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang