Tuhan, kuatkan hatiku. Agar ketika nanti benar-benar ditinggalkan, aku bisa melepasnya dengan perasaan lapang.
**
Tanpa disadari Vanila, tangannya yang menggenggam gunting bergerak turun. Bimbang harus berbuat apa, setelah lama terdiam ia pun akhirnya angkat bicara.
"Gue nggak bisa nyumpahin lo," jawab Vanila tegas.
Late menaikkan sebelah alisnya. "Alasannya?"
Lagi-lagi bibir Vanila terkunci. Ia menghembuskan napas satu kali, sebelum merespon dengan suara lemah.
"Lo niat nganterin gue ke rumah sakit nggak, sih?" tanya gadis itu mulai emosi.
Late menepuk jidatnya, jadi merasa bersalah. Setelah memastikan tak ada kendaraan lain di belakangnya, ia pun mulai menjalankan mobilnya lagi.
"Tapi lo udah nggak berniat self harm, kan?" Meski Vanila sudah lebih tenang, Late masih mengawasinya.
"Kalo lo masih nekad, gue bisa nyalain hp gue sekarang terus rekam deh di ig live."
Vanila masih tidak bereaksi.
"Lo tahu kan, kalo gue terkenal? Sekali gue pencet nih ig live gue, yang nonton langsung ribuan. Video lo lagi self harm pasti auto nyebar dan jadi viral," cerocos Late, masih belum menyerah memberi ceramah.
Tak peduli meski wajah Vanila tampak semerah kepiting panggang, Late tetap terus mengoceh.
"Orang-orang yang suka self harm itu lebih bodoh dibanding seorang pecundang, lebih payah daripada loser. Masalah ada buat dihadapi, bukan diakhiri dengan cara stupid kayak gitu. "
Late melirik Vanila yang sedang melamun dengan tatapan kosong.
"Kalo nyawa bisa ditukar, daripada lo self harm, mending lo tawarin ke pasien-pasien di rumah sakit yang lagi berjuang buat bertahan hidup. Bener, nggak? Self harm itu sama aja dengan lo nggak menghargai hidup lo sendiri."
Jeda sejenak, Late menarik napas dalam-dalam. Tatapannya terangkat ketika ia memasuki area parkir Rumah Sakit Medika.
"Heh, cewek ninja, udah sampe nih." Merasa aneh karena Vanila sejak tadi menunduk, Late mencoba mendekat. "Lo jadi mau nemuin Brilian nggak, sih?"
Tak ada jawaban. Gadis itu masih diam dan menenggelamkan kepalanya dalam-dalam. Dan entah bagaimana bisa, mendadak suasana hati Late tiba-tiba berkabung.
"Van...?"
Begitu Vanila mendongak, Late merasa penglihatannya terganggu.
Bentar..bentar... ini seriusan Vanila nangis?"Gue mau turun tapi takut," rengek Vanila yang masih terisak. "Gue takut kalo nanti pas gue masuk ke dalem rumah sakit, nyari Brilian dan cek keadaannya, ternyata dia -"
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Novela JuvenilKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...