*Muka Vanila yang lagi ngajak baku hantam
***
Vanila mendongak. Tatapannya menyalak. "Gue lagi nggak mau diajak bercanda ya, Kak."
Heksa memonyongkan bibirnya. "Lo nggak percaya? Gue sama Pijar ada di lokasi kejadian waktu Brilian kecelakaan."
"Trus? Apa hubungannya sama Helen?" tanya Vanila hati-hati. Ia tidak ingin percaya begitu saja dengan ucapan Heksa. Bukannya kakak kelasnya itu terkenal suka ngibul?
"Jadi seharusnya, Brilian itu kecelakaannya sama lo," ucap Heksa ingin melanjutkan ceritanya, tapi lantas tersadar jika tidak seharusnya Vanila tahu. "Mmm, intinya gini, deh. Gue liat kalo si Brilian itu, lagi ngintilin Helen yang boncengan sama anak kelas tiga."
"Boncengan sama cowok?" tebak Vanila yang langsung direspon Heksa dengan anggukan kepala.
"Yudha, anak kelas tiga." Heksa menyebutkan ciri fisik dari cowok yang menjadi musuh bebuyutannya sejak mengikuti MOS.
Sepasang mata Vanila menyipit. "Berdua doang?"
Heksa berdecak kesal. "Yaiyalah berdua doang! Lo pikir cabe-cabean? Cenglu, gitu?"
"Ya barangkali aja, mereka itu perginya sebenernya bareng-bareng sama temen-temen yang lain, tapi kepisah pake beberapa motor."
Vanila jadi kesal sendiri. Si pemberi informasi yang ada di depannya mirip sekali dengan presenter-presenter acara gosip di televisi. Bisa bikin pendengarnya ikut geregetan dan naik pitam.
"Karena sempet ketahan di lampu merah, Brilian akhirnya ngebut biar bisa ngejar tu cewek. Eh, tiba-tiba kemudinya kayak nggak bisa dikendaliin gitu. Yaudah jadi nabrak trotoar, kan? Untungnya ada gue sama Pijar. Harusnya lo terima ka -"
Heksa celingak-celinguk mencari keberadaan Vanila. Ia terlalu fokus bercerita sampai-sampai tidak menyadari jika adik kelasnya itu sudah menghilang entah ke mana.
"Sa?"
Suara serak itu menyapa Heksa di saat ia hendak beringsut dari lapangan. Biar pun sudah beberapa bulan bersama, masih saja jantungnya belum terbiasa menerima kedatangan Pijar yang selalu saja tiba-tiba ada di dekatnya.
"Apa?" Heksa menoleh, menunjukkan tatapan sewot.
"Lo ikut campur urusan orang lain lagi, ya?" Pijar mendesah lemah.
Heksa refleks mundur selangkah begitu Pijar bergerak mendekat. "Lah, kan yang ngajarin juga elo, Zom? Kalo kemarin kita nggak berhasil bikin Brilian sama Vanila ngejauh, mungkin tu cowok udah is dead. Vanila patah kaki dan nggak bisa lari lagi, kan?"
Bimbang sendiri, Pijar melenggang sembari merespon pertanyaan Heksa. "Tapi kalo hubungan mereka jadi rumit gini, gue jadi ngerasa bersalah. Ini sama aja kayak kita ikut campur sama perasaan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Novela JuvenilKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...