Dulu.. Dulu sekali..
Kamu masih memiliki sebuah kotak rahasia yang sanggup menyimpan banyak cerita.Kunci dan gemboknya kamu percayakan padanya. Dibawanya kemana mana, sampai akhirnya kamu menyadari bahwa kotak rahasia itu tak lagi ada bersamamu.
***
"Lo takut sama anjing tapi kok pelihara anjing? Bingung gue," tanya Late.
Dahinya mengernyit, menatap anjing besar berwarna cokelat yang berlalu-lalang di halaman rumah Vanila.
"Itu punya tetangga gue, Lat. Samping rumah, balikin sana." Vanila mengedikkan dagunya ke sebuah rumah di sebelah kanannya.
"Ya ayo masuk dulu, gue temenin. Gini aja takut lo. Cemeeeen," ucapnya sambil mengulurkan tangan hendak membantu Vanila berdiri.
Sok jual mahal, gadis itu menepis tangan Late dengan kasar. "Gue bisa bangun sendiri. Lo buruan usir anjing itu aja."
Late mendengkus sebal. Dia minta tolong apa nyuruh, sih? Hihhhh...
Vanila mencengkeram sweeter yang dikenakan Late. Sembari bersembunyi di balik punggung cowok itu, ia melangkah ketakutan memasuki halaman rumahnya.
"Hai..hai.." Late menyapa anjing itu dengan senyuman ramah. "Anjing baik, balik sana ke rumahmu."
Anjing milik Pak Beto menjulurkan lidahnya. Seolah patuh dengan Late, kepalanya menunduk meminta diusap.
"Wah, nurut banget. Pinter nih anjingnya. Lebih pinter dibanding lo Van," celetuk Late tanpa sadar.
Refleks, Vanila meninju lengannya. Membuat anjing yang sudah jinak itu seketika menatap ganas ke arah Vanila.
"Woy, woy... Santai, Bro!" Tanpa bisa dikontrol, Vanila tiba-tiba melompat ke punggung Late. Mencekik leher cowok itu erat-erat karena ketakutan. "Hihhh, buruan usir sana, Lat."
Tak siap pundaknya digelayuti beban yang sangat berat, keseimbangan Late pun goyah. Sepasang kakinya bergetar.
Dua remaja yang saling menyalahkan itu akhirnya tersungkur bersamaan di samping anjing hitam yang tampak keheranan menatap keduanya.
"Aisssh, lo jadi cowok nggak ada gunanya ya! Lemah banget!" Vanila mendorong tubuh Late agar menyingkir darinya. "Gitu aja nggak kuat."
Kalau saja pasal penganiayaan tidak berlaku di Indonesia, Late sudah gemas ingin menjambak rambut Vanila.
"Lah, lo kalo mau digendong bilang dulu dong. Apa susahnya, sih? Kan kalo kayak tadi kejadiaannya, gue jadi kaget dan nggak siap, Maemunah!" balas Late tak mau kalah.
"Blacky! Blacky!"
Seruan terdengar dari jarak cukup dekat. Vanila terdiam sejenak, mengamati lekat-lekat anjing berwarna cokelat itu.
Dunia kebalik apa gimana? Anjing si Lalat warna hitam dinamain Browny, lah ini malah kebalikannya.
"Sana balik. Tuh dicariin Pak Beto." Vanila mengomel sendiri.
Mendengar tuannya memanggil, Blacky berlari kencang. Seolah sudah tak sabar mendapat jatah makan siangnya.
"Heh, lo balik juga sana," tukas Vanila pada Late yang masih belum merubah posisinya berjongkok.
Gadis itu segera mengayunkan langkah menuju teras rumahnya. Ingin cepat-cepat merebahkan tubuh ke ranjang, atau membuat segelas Vanilla Latte dingin sambil bersantai di balkon.
Namun beberapa detik berlalu, ia masih membatu di teras rumah dengan tangan menggenggam engsel pintu.
Melihat itu, senyum picik terulas di bibir Late.
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Fiksi RemajaKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...