Dinyatakan lega, disimpan sesak. Namun kalau ternyata kalau dinyatakan setengah-tengah, situasinya malah semakin membingungkan.
Tertanda,
Late.***
"Buahahahhaa."
Setelah mendengar curhatan Late, kedua seniornya tertawa serempak.
"Jadi lo bilang ke si bar-bar itu, kalo lo cuman ngeprank doang?" Heksa membeliak tak percaya.
Late mendesah lemah. "Iya gitu deh, Bang."
"Eh tapi...tapi.. Lo aman-aman aja, kan?" tanya Heksa. "Nggak bonyok juga, sih."
Heksa memperhatikan juniornya itu dengan saksama. Dari ujung rambut sampai kaki. Bak petugas keamanan yang berjaga di dalam bank.
Willy turut menimpali. "He em, untung lo sampe sini masih dalam keadaan utuh kayak gini."
"Ya nggak untung juga sih, Bang." Late memamerkan seragamnya yang tadi disembunyikan di dalam jaket, "gue kena siram, bau kopinya masih kecium."
Bukannya prihatin, Willy malah cekikikan.
"Tinggal di laundry aja, sih. Jangan kek orang susah lah," tukas Heksa enteng. "Fans gue juga harus punya jiwa sultan."
Walau tak mendapat jalan ke luar dari permasalahannya, Late tetap saja meminta saran. Baginya, Heksa adalah panutan.
Apa pun yang dikatakan si songong itu, Late sependapat. Tak peduli benar atau salah, berhasil atau tidak, yang penting idolanya yang memberi suggest.
"Gini-gini gue kasih tahu," Heksa memberi kode pada Late untuk mendekat, "lo kan ngerjain dia pake alasan soal konten YouTube lo. Ya secara nggak langsung, itu berhubungan juga sama sosmed lo, kan?"
Refleks, Late mengangguk cepat. Sedangkan Willy menatap sahabatnya dengan sorot penuh selidik, menanti kekonyolan apalagi yang akan dilakukan Heksa.
"Siniin hp lo," perintah Heksa sembari menengadahkan tangannya ke hadapan Late.
Dan dengan bodohnya lagi-lagi Late menurut tanpa banyak protes. Ia juga tidak bertanya untuk apa Heksa meminjam ponselnya. Tak terbesit sedikit pun kecurigaan di benaknya.
"Passwordnya?" Alis Heksa naik sebelah. Kalau urusan mengintimidasi, ia jagonya.
Tak lama setelah diminta, Late menyebutkan enam digit angka yang sama.
"Bikin password gampang banget. Smaa aja nggak guna," sahut Willy yang terkadang geregetan melihat tingkah polos Late, "mending nggak usah dikasih password sekalian lah."
"Ssst, lo berisik amat kayak mak-mak lagi arisan." Heksa memberi peringatan dengan meletakan telunjuk ke bibir.
Melihat Heksa yang tampak gusar, Late tiba-tiba melipat tangannya di depan dada. Mirip anak TK yang takut kena tegur gurunya.
Heksa berdehem sekali. "Oke. Back to topic gimana cara lo buat minta maaf ke Vanila, ya."
Cowok itu menggeser duduknya lalu menatap layar ponsel Late dengan mimik serius.
"Lo pasang status di story Instagram lo kayak gini nih." Jemari Heksa bermain lincah di atas keypad ponsel Late. "Ini cuma contoh aja loh, ya."
Setelah menulis beberapa baris kalimat, Heksa meletakan ponsel Late ke atas meja.
Willy ikut-ikut mengamati, sedangkan Late langsung membaca tulisan yang tertera di Instagram storynya.
"Van, gue tadi sebenernya nggak becanda, tapi cuma pura-pura doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Подростковая литератураKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...