PART AKHIR : BERKISAH ATAU BERPISAH?

24.3K 2.2K 1.3K
                                    

Bukan cuma kesabaran yang berbatas, sebuah pengharapan juga harus diperjelas.

***

Vanila memarkir motornya di depan sebuah ruko dengan papan bertuliskan pet shop yang menggantung di atas pintu. Ia masih ingat betul petuah-petuah yang diberikan Heksa sebelum akhirnya Vanila memberanikan diri datang ke tempat itu. Baru berdiri di depan pintu saja, suara gonggongan anjing sudah menyambut dari dalam ruangan.

Bagaimana nanti kalau Vanila sudah masuk?

Tapi kata Bang Heksa, cara terbaik buat minta maaf itu, dengan kasih sesuatu yang disukain sama doi.

Kalau Bang Heksa ngasih boneka zombie ke Kak Pijar, apa gue harus bener-bener ngelakuin ini?

"Mba? Mau masuk, nggak?" tanya petugas parkir yang memperhatikan Vanila sejak ia datang tadi.

Gadis itu terjingkat. Belum-belum imajinasinya sudah berkeliaran. Takut ketika masuk nanti, ribuan anjing datang menyerbunya.

"Mmm, anjingnya semua di kandang kan, Pak?" tanya Vanila ke petugas parkir yang meresponnya dengan mengangguk ragu.

"Masuk aja, Mbak. Pegawai di dalem banyak, kok. Anjing-anjingnya pasti dijaga," tambah petugas parkir itu, mencoba meyakinkan Vanila.

Setelah menarik napas panjang lalu dihembuskan kasar, Vanila membuka pintu berlonceng itu dengan hati-hati. Sedikit celah dari pintu yang terbuka itu membuat Vanila dapat menilik isi di dalam ruangan.

Fyuh, aman.

Benar kata petugas parkir tadi. Semua anjing, baik yang masih anakan atau pun yang ukurannya melebihi tangan Vanila, terkendali aman di dalam kandang.

Tapi tunggu dulu sampai ketika gadis itu memberanikan melangkah melewati pintu, tiba-tiba muncul seekor anjing berbulu lebat yang berlalu-lalang di bawah kakinya.

"Huaaaa, Bang Key! Kenapa tadi lo nggak mau nganterin gue, sih!" teriak Vanila ketakutan. Badannya menempel di pintu, memegang engselnya erat-erat.

"Chiko, Chiko!"

Dari kejauhan tampak gadis kecil dengan gaun putih berenda berlari kebingungan mencari-cari keberadaan anjingnya. Saat menoleh ke arah pintu, senyum leganya terulas. Ia memanggil nama anjing kecil yang sedang bermanja-manja di bawah kaki Vanila sembari menganggukkan kepalanya dengan sopan.

"Maaf ya, Kak." Gadis kecil itu menggendong anjingnya dengan sekali tangkap.

Akhirnya Vanila bisa bernapas lega. Diusap-usap dadanya sembari mengawasi keadaan di sekelilingnya. Kanan kiri dipenuhi jejeran kandang anjing-anjing yang berukuran kecil. Sedangkan kandang dari anjing-anjing yang mungkin sejenis dengan Browny, diletakkan di lantai beralaskan karpet tebal.

"Mau cari anjing apa, Kak?" Pegawai pet shop bernama Drajat menyapanya. Begitu melihat Vanila yang kebingungan, ia menyebutkan beberapa pilihan. "Biasanya kalo cewek, suka pudel sih yang bentuk mukanya gemesin. Hehe. Sama imutnya kayak Kakak."

Bukannya tersipu, Vanila langsung mendelik kesal. "Lah, maksudnya, gue disamain kayak anjing gitu?"

Drajat jadi salah tingkah. Mati kutu menghadapi customernya yang lain dari biasanya.

"Yaudah, deh. Kakak mau anjing model gimana?" Drajat menunjuk satu per satu kandang di belakangnya. "Ini contoh Chihuahua, nah kalo yang ini pudel, mirip boneka gitu lucu. Trus kalo yang ini..."

Belum selesei menjelaskan, telunjuk Vanila tiba-tiba tertancap ke salah satu kandang. "Kalo yang itu?"

"Boston Terrier, ras anjing dari Boston." Drajat berbalik untuk mengambil anjing kecil itu dari kandang di belakangnya. "Nih kalo mau liat dulu."

VaniLate (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang