"Syukurlah mual-mual yang kau alami sudah berhenti," celetuk Sohyun.
Kyungsoo terkekeh sambil mengangguk. "Kau benar! Ah... Rasanya lega sekali."
Mereka berdua sedang berjalan-jalan disekitar taman yang ada di halaman rumah. Sohyun membiarkan telapak kaki mulusnya menginjak batu-batu kecil karena ia tidak menggunakan alas kaki, menurutnya seperti ini lebih nyaman.
Kyungsoo mengelap keringat yang membanjiri wajah Sohyun. "Kau lelah? Sudah tiga kali kita berputar."
Sohyun menggeleng. "Ani. Aku heran kenapa aku banyak berkeringat padahal ini tidak melelahkan."
"Fisikmu kan sudah berubah, sayang..."
Sohyun mendelik sambil mencubit perut Kyungsoo. "Hentikan!"
Kyungsoo terkekeh. "Wae? Kau malu kalau aku panggil sayang? Seingatku terakhir aku memanggilmu sayang saat kita sedang membuat Aeri," celetuk lelaki itu dengan wajah tanpa dosanya.
Sohyun mengeram. "Yak!!! Do Kyung Soo!!!!!" Detik itu juga Kyungsoo langsung berlaru menjauhi Sohyun sebelum dirinya babak belur karena dihajar istrinya itu.
Tapi tiba-tiba Sohyun memegangi perutnya yang sudah membesar itu karena ia sudah memasuki usia lima bulan.
"Akh... Akh...!!"
Kyungsoo langsung menghampirinya dengan cemas. "Wae?" tanya Kyungsoo panik.
Sohyun menggeleng. "Aniya. Aeri menendangku tadi."
"Benarkah?! Apa sakit?"
"Hm..."
Kyungsoo pun memapah Sohyun untuk duduk di atas kursi kayu yang ada di halamannya, lelaki itu menyodorkan botol air mineral pada Sohyun dan langsung diminum oleh gadis itu.
"Apa karena dia berbeda jadi tendangannya lebih sakit ya? Sakit sekali," ucap Sohyun.
"Benarkah?"
Sohyun menjawab Kyungsoo hanya dengan anggukkan kepalanya. Lelaki itu tiba-tiba menundukkan kepalanya dan meletakkannya di atas perut Sohyun.
"Aeri-yya. Jangan buat eommamu kesakitan, hm?"
Sohyun terkekeh sambil mengusap rambut Kyungsoo yang sedang bersandar di perutnya.
Tiba-tiba ada suara siulan dari lantai atas. "Ada keluarga bahagia," celetuk Chanyeol yang sedang berdiri di balkon atas.
Kyungsoo mendelik. "Pergi sana! Mengganggu saja!"
Chanyeol mendengus, lalu lelaki jangkung itu kembali masuk ke dalam.
"Senang sekali bisa mendengarnya," ucap Kyungsoo.
Sohyun mengernyit. "Mendengar apa?"
"Suara Aeri."
"Benarkah?! Kau bisa mendengarnya? Bagaimana suaranya?" tanya Sohyun antusias.
Kyungsoo terkekeh. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya."
Sohyun pun menghela napasnya. "Kau tidak merasa bosan dirumah terus?" tanya Kyungsoo.
"Bosan sih, tapi jika keluar aku takut akan kenapa-napa."
Kyungsoo mengangguk. Pasti para vampire jahat itu akan mencari kesempatan kalau ia dan Sohyun sedang keluar rumah.
Kyungsoo mencium pipi Sohyun. "Kalau dia lahir, aku akan mengajakmu ke tempat yang kau mau."
Sohyun terkekeh. "Lalu siapa yang menjaga anak kita?"
"Kita bisa menitipkannya sebentar."
"Tidak mau. Aku tidak apa-apa, lagipula kau juga selalu menemaniku," ucap Sohyun.
Kyungsoo tersenyum sambil mengusap rambut istrinya itu.
"Sudah waktunya makan siang. Aku rasa kau harus segera makan," ucap Kyungsoo.
Sohyun mengangguk. Kyungsoo pun menggandeng istrinya itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Aku mau cuci kaki," ucap Sohyun. Kyungsoo pun mengantar istrinya ke kamar mandi.
Sohyun duduk di atas kloset yang sudah tertutup, sementara Kyungsoo berjongkok di bawahnya, membantunya mencuci kaki karena Sohyun tidak bisa menunduk karena perutnya itu.
"Yak! Jangan menggelitikku!" rutuk Sohyun karena Kyungsoo malah menggelitiki kakinya.
Kyungsoo terkekeh. "Mian."
Setelah selesai, mereka berdua pun keluar dari kamar mandi.
"Aku sudah selesai menyiapkan makanannya," ucap Senna.
"Senna-yya!" panggil Sohyun.
Senna menengok. "Wae?"
"Aku ingin makan dengan yang lain."
"Karena sekarang hari libur, sepertinya bisa. Aku coba hubungi mereka," ucap Senna.
Sohyun tersenyum. "Gomawo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
dunkelheit
Fantasia"kegelapan berasal dari kebaikan yang disia-siakan" -Freakynan × Andiiien1208