"Appa sudah membangun anak perusahaan untukku. Dia minta padaku untuk menjalankan perusahaan itu dan membuatnya menjadi sebuah perusahaan besar."
"Lalu?"
"Dia ingin perusahaanku nanti mengambil alih perusahaannya. Sebenarnya itu hanya strateginya agar aku bisa memegang perusahaannya, kalau aku memegangnya sekarang para pemegang saham akan curiga padaku. Mereka kan tahunya kalau aku sudah meninggal," ucap Kyungsoo.
"Kau kan punya kakak laki-laki."
"Seungsoo hyung sudah mempunyai perusahaannya sendiri dan dia tidak mau memegang perusahaan appa karena perusahaannya juga tidak ada satu."
"Untuk sekarang saja aku cemas denganmu dan anak kita, bagaimana bisa aku memikirkan masalah perusahaan."
Sohyun mengusap kepala Kyungsoo. "Mianhae. Aku selalu membuatmu cemas."
"Jangan berkata seperti itu."
"Aku ingin membantu untuk mengakhiri rentetan tragedi ini," ucap Sohyun.
"Kau pasti akan membantu. Tenang saja."
Sohyun mengangguk. "Hm..."
Kyungsoo memeluk Sohyun dan menyenderkan kepalanya pada bahu sang istri.
"Tinggal empat bulan lagi," ucap lelaki itu.
Sohyun mengusap rambut Kyungsoo. "Benarkah kita semua akan perang saat anakku lahir?"
"Prediksi kami dan kaum Senna seperti itu."
Sohyun mengusap perutnya. "Memang apa bedanya anak manusia dan anak vampire? Mereka sama-sama bayi kecilyang tidak berdosa."
Kyungsoo melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua bahu Sohyun.
"Bukan bayinya yang berbeda, tapi orangtuanya. Kalau dia lahir dari orangtua manusia biasa dan vampire biasa mungkin tidak akan terjadi perang seperti ini, tapi kau dan aku beda. Aku raja bumi dan bukan vampire asli tapi kekuatanku melebihi vampire asli, sedangkan kau adalah kunci sekaligus saksi mata kejadian penting belasan tahun lalu," jelas Kyungsoo panajng lebar.
"Aku tidak pernah berpikir sebelumnya kalau aku akan mengalami kejadian ini."
Kyungsoo mengangguk sambil tersenyum kecil. "Aku juga. Jangankan berpikir menjadi seorang appa, punya kekasih saja aku tidak pernah memikirkan hal itu."
"Kau ini.."
"Saat menjadi vampire aku pikir aku harus siap untuk sendiri selamanya dan tidak bisa memiliki keturunan, tapi aku tidak menyangka semua itu hanyalah pikiranku saja karena sekarang aku akan menjadi seorang appa. Padahal kupikir aku tidak akan bisa," ucap Kyungsoo.
Sohyun terkekeh. "Kau benar. Aku juga tidak pernah berpikir akan menjadi eomma semuda ini."
"Appa bilang padaku saat aku menikahimu dulu. Dia bilang orangtua bukan hanya masalah mengandung sembilan bulan atau semacamnya, tapi menjadi orangtua adalah pekerjaan abadi seumur hidup," ucap Kyungsoo.
Sohyun mengangguk. "Benar."
"Ah! Kau kan tidak bisa mati, lalu kalau aku mati nanti bagaimana?" tanya Sohyun.
"Yak! Bicara apa sih! Tentu saja aku akan mati bersamamu!"
Sohyun terkekeh, lalu memeluk Kyungsoo. "Janji ya..."
"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, walaupun kau mati nanti."
"Kalau begitu anak kita satu saja ya," ucap Sohyun.
Kyungsoo mengernyit. "Kenapa begitu?"
"Kalau aku melahirkan lagi, nanti perang lagi."
Kyungsoo terkekeh. "Astaga!! Tidak akan..."
"Yak! Bagaimana bisa kau menjamin itu?"
"Aku tidak ingin punya satu anak," ucap Kyungsoo.
Sohyun mengernyit. "Lalu?"
"Aku mau lima."
Sohyun langsung saja melepaskan pelukannya sambil terkejut. "Astaga! Yak! Enak saja!"
Kyungsoo memasang wajah tanpa dosanya. "Wae? Apa yang salah?"
"Enak di kau dan sakitnya di aku! Tidak mau!"
Kyungsoo terkekeh. "Ani. Saat kau mengandung Aeri aku juga banyak menderita," ucap Kyungsoo.
"Yak! Tapi tetap saja! Lima?! Kau gila?!!"
Kyungsoo tertawa. "Ya akh gila, karenamu."
Sohyun menggeram kesal. "Do Kyung Soo!!!!!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.