57.57 🌙

31 1 0
                                        

Jiyeon menggendong Somin, lalu memberikan bayi mungil itu pada Sohyun selaku ibunya.

"Ini putrimu."

Sohyun menerima Somin dengan tangan gemetar. Ini adalah pertama kali ia menggendong bayi yang baru lahir.

"Eoh?! Dia sudah bisa membuka matanya?" tanya Sohyun.

Jiyeon mengangguk. "Pertumbuhannya akan dua kali lebih cepat dari bayi lainnya, karena setengah darahnya adalah darah Kyungsoo."

"Ah... Begitu..."

Setelah percakapan singkat itu, Baekhyun dan Chanyeol yang duduk di bagian kemudi pun mengantar Kyungsoo dan Sohyun yang duduk di bagian penumpang.

"Chan oppa. Bisakah kau berhenti di restoran siap saji? Ada yang ingin aku beli," ucap Sohyun.

Kyungsoo mengernyit. "Kau mau beli apa?"

"Aku mau beli ayam."

Chanyeol mengangguk. "Baiklah."

Sesuai permintaan Sohyun, mobil pun diberhentikan di sebuah restoran siap saji.

"Aku saja yang turun," ucap Kyungsoo.

Sohyun mengangguk. "Baiklah."

Kyungsoo pun turun dari mobil, lalu masuk ke dalam restoran itu.

"Sohyun-ah," panggil Baekhyun.

"Ne?"

"Aku mau melihat Somin."

"Ah..." Sohyun pun memajukkan duduknya agar Baekhyun dan Chanyeol dapat melihat putrinya.

"Wah... Matanya benar-benar seperti Kyungsoo," ucap Chanyeol.

Baekhyun mengangguk. "Maja! Cantik sekali sepertimu."

"Hahaha. Kalian ini bisa saja," ucap Sohyun sambil tertawa.

"Aku ingin dia cepat besar agar bisa memanggilku samchon," celetuk Baekhyun.

"Waktu akan cepat berjalan..."

"Tapi apa benar sebentar lagi perang itu akan terjadi?" tanya Sohyun.

"Kami juga belum memastikannya karena tidak ada tanda-tanda pergerakkan dari mereka," jawab Chanyeol.

Baekhyun tersenyum. "Tenang saja Sohyun-ah. Kami akan membuat ini sebagai perang terakhir dari kaum kita."

Sohyun mengangguk. "Aku harap begitu. Aku cemas sekali."

"Tenang saja. Kami dan Kyungsoo akan melindungimu dan Somin," ucap Chanyeol.

Sohyun tersenyum. "Gomawo."

Lalu tak lama Kyungsoo kembali sambil membawa dua plastik besar.

"Ayo." Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan menuju rumah.

Setibanha dirumah, mereka semua langsung disambut oleh teman-teman Kyungsoo dan Sohyun yang memang menunggu dirumah.

"Lucu sekali... " ucap Senna saat melihat Somin yang ada di gendongan Sohyun.

Setelah meletakkan Somin di ranjang bayi yang ditaruh di ruang santai, mereka pun mengobrol kecil. Bayi mungil itu tidak boleh berjauhan dari Sohyun ataupun Kyungsoo.

"Bagaimana proses melahirkannya?" tanya Irene.

Sohyun tersenyum. "Hm... Bagaimana aku menjelaskannya ya? Tidak tahu... Intinya ada rasa tersendiri karena aku melahirkannya secara normal."

"Sakit sekali?" tanya Yeri.

"Kakau sakit menurutku tidak bisa aku ukur karena memang sakitnya luar biasa. Tapi seperti yang aku bilang, ada rasa tersendiri."

"Wah aku jadi mau merasakannya," celetuk Yeri.

Irene tertawa. "Dasar kau! Kekasih saja tidak punya."

Yeri mendelik mendengarnya. "Kayak eonni punya saja."

"Ey... Aku punya." Seketika mereka semua langsung menatap Irene.

"Benarkah?! Siapa?!" tanya Senna.

"Lelaki yang memakai kaos putih di sudut ruangan itu," jawab Irene dan mereka semua kompak menengok ke arah sudut ruangan.

Hanya ada satu orang yang memakai kaos putih disana, dan itu...

"Suho oppa?!!!" pekik mereka secara bersama.

Suho mengorek telinganya. "Auh... Telingaku."

"Bagaimana bisa?!" tanya Sohyun seakan tidak percaya.

Irene tersenyum. "Ceritanya panjang sekali."

"Lalu eonni sudah tahu tentang Suho oppa?" tanya Sohyun.

Irene terkekeh. "Yak! Kita disini sudah tahu makhluk seperti apa mereka."

"Ah ya... Kau benar."

Sohyun menatap Suho. "Oppa! Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Untuk apa?"

Sohyun mendelik. "Ck! Sepertinya aku bukan adik kesayanganmu lagi!"

Suho langsung saja menghampiri Sohyun, lalu mengapit kepala gadis itu di lengannya.

"Kata siapa? Kau tetap adik kecil kesayanganku," ucap Suho.

"Ah yak!! Lepaskan!!"

dunkelheitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang