Part 7

4K 166 19
                                    

-Pagi dengan satu luka-



Aku meletakkan tangan ke atas meja, lalu menggelamkan kepalaku diatasnya. Memejamkan mata sejenak berharap agar dapat tertidur dengan cepat.

Baru saja mata ini ingin terlelap karena semalam aku tidak bisa tidur karena mengerjakan tugas sekolah yang sudah menumpuk. Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka dan menampilkan sosok yang terkejut di depannya.

"Pagi pak ketos." Kataku yang tanpa melihat.

Ya, aku memang sedang berada di ruang OSIS, namun ruang OSIS terdiri dari 2 ruangan. Satu ruangan besar yang banyak beberapa bangku dan meja untuk kumpul para anggota dan satunya lagi ruangan kecil untuk sang ketua.

Ruangan yang tidak terlalu kecil namun cukup nyaman karena meja dan tempat duduknya yang berbeda dari yang lain.

"Git, ngapain disini?" katanya yang lalu menutup pintunya.

"Mau tidur kak. Bentar aja, ini masih jam 6 pagi loh." Kataku yang masih belum membuka matanya.

"Kenapa gak di ruang satunya aja sih." Kata Bayu yang langsung mengeluarkan hpnya.

"Nyaman disini. Kursinya empuk dan gak ada yang ganggu sebelum kedatangan kakak." Ucapku yang masih berharap mata ini cepat tertidur pulas.

Bayu yang mendengarnya pun sudah tertawa terbahak-bahak. Lalu mengulum senyum dengan tulusnya.

"Semalem gak tidur lagi yah?" tanya sambil mengelus kepalaku.

"Ngerjain tugas dari 4 mapel berbeda." Sahutku.

"Udah berapa kali sih kakak bilang Git. Please stop siksa diri kamu sendiri." Ucapnya.

"Aku tahu kamu bukan hanya ngerjain tugas aja kan?" lanjutnya sambil mengelus tanganku yang sedikit terasa sakit.

"Aw." Refleks aku langsung membuka mata dan langsung menatapnya yang sedang duduk depanku.

"Habis ngapain semalem? Nonjok apa lagi?" katanya menatap tajam kearahku.

"Tembok kak." Ucapku pasrah ketika dia sudah menatapku setajam itu.

"Dasar gila." Celetuknya yang lalu menghampiriku dan lalu menarikku berdiri. "Ayo ke uks dulu, obatin lebam tangan kamu." Lanjutnya yang ingin membawaku keluar.

"Nanti aja yah." Kataku yang langsung melihat arloji di tengan yang ternyata sudah menunjukkan hampir setengah tujuh.

"Mau ke kantin aja laper soalnya belum makan dari kemarin sore. Ntar lebamnya aku kompres sama es batu." Lanjutku lalu menatap kearahnya sebentar.

"Oh iya nih flashdisk-nya, itu proposalnya udah jadi, tinggal di print aja. Bye kak." Kataku yang langsung keluar dari ruang ketua OSIS.



Baru keluar dari ruang ketua, ternyata di depannya sedang ramai karena ada beberapa anak OSIS yang sedang absen atau hanya duduk bersantai sambil menunggu bel masuk.

"Habis ngapain di ruangan ketos, Git?" tanya salah satu anak OSIS.

"Ngasih tugas hukuman yang kemarin udah selesai." Kataku.

"Gila, padahal bisa nyantai loh ngerjainnya. Itu proposal juga disuruhnya minggu depan." Celetuk anak OSIS yang lainnya.

"Biar tugasnya gak numpuk." Kataku lalu langsung berpamitan keluar karena ingin segera ke kantin untuk mengisi perut.




Sepanjang berjalan di koridor menuju kantin aku asik menatap sekeliling. Ada kakak kelas yang natap sinis ada juga yang seangkatan denganku tersenyum ramah.

"Bu Sumi, pesen kaya biasa yah." Kataku yang sudah sampai dikantin warung langgananku.

"Eh neng Gita. Siap atuh." Ucapnya yang lalu mengambilkan nasi dan juga lauknya dan membuatkan minuman kesukaanku.

"Ini neng nasi kuning kaya biasa terus es susu tehnya juga." Katanya sambil menaruh pesananku di atas meja.

"Makasih Bu." Kataku yang langsung minum terlebih dahulu baru.

Makan dengan santai seperti biasa namun kali ini terasa lebih cepat karena aku memang sangat lapar dan butuh banyak asupan untuk memulihkan tenaga kembali.

Hingga akhirnya makananku tak tersisa sedikitpun, tapi Bu Sumi langsung berdiri di hadapanku dan membawakan sepotong mangga yang sangat menggiurkan.

"Neng Gita suka mangga kan? Nih tadi bibi dikasih sama penjaga sekolah soalnya habis panen mangga yang ada di sekolah katanya." Katanya.

"Yah, mangganya udah di panen semua? Gita gak bisa nyolong mangga lagi dong." Kataku sambil tersenyum.

"Aduh neng Gita ini ada-ada aja. Ya udah dimakan tuh neng mangganya." Ucap Bu Sumi.

"Ayay Bu Sum." Kataku yang langsung mengambil mangga itu dengan garpu.

Mangga yang sangat manis dan lezat ketika masuk kedalam mulut. Lalu, tak lama mangga itu sudah tak tersisa di atas piring sedikit pun.

Aku yang sudah kenyang, lantas berjalan ke arah warungnya Bu Sumi untuk membayar makananku.

"Bu Sum berapa semuanya?" Tanyaku.

"Kaya biasa neng." Jawab Bu Sum.

"Loh mangganya gak diitung sekalian Bu." Kataku penasaran.

"Gapapa atuh neng. Itu mangga juga Ibu dapet gratis. Lagian masih banyak juga tuh." Jelasnya yang sambil menunjuk beberapa tumpuk buang mangga yang berada di warungnya.

"Makasih Bu Sum, jadi tambah enak nih saya." Kataku yang langsung memberikannya uang pas lalu tersenyum jenaka.

"Sama-sama atuh neng." Ucap Bu Sumi yang ikut tersenyum.



-Jangan lupa tambah semangat terus buat aktivitas hari ini guys-

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang