Part 44

2.1K 88 20
                                    

Setelah Gara mengantarkan aku pulang tepat di depan rumah, aku tak langsung memasuki rumah terlebih dahulu. Aku melihat jam dipergelangan tanganku yang menunjukan jam 3 sore. Ketika Gara sudah benar-benar pergi dari hadapanku, aku langsung memesan ojek online untuk pergi ke salah satu tempat.

Lagi, aku hanya dapat melihat kemacetan kota metropolitan dari atas motor. Tukang ojol yang sepertinya masih anak kuliahan pun suka mengeluarkan candaan hingga aku tertawa keras.

"Mba kalau lagi macet suka kesel gak?" tanya tukang ojol ketika terjebak macet. Aku hanya mengangkat bahu dengan santainya. "Enggak juga sih, emang kenapa?" tanyaku balik. "Soalnya kalau macet saya suka kesel, Mba." Jawabnya.

Aku menahan tawa ketika melihat raut wajah sang ojol yang dibuat-buat. "Loh kok kesel." Sahutku. "Ya gimana gak kesel, Mba. Orang saya suka kepikiran pas lagi kejebak macet sama pacar saya, dia suka mukul-mukul saya karena kepanasan lah, terus minta naik mobil aja lah, duh ribet deh Mba." Katanya.

Senyumku mengembang begitu saja. "Terus sekarang masih pacaran?" tanyaku lagi. "Udah enggak." Jawabnya dengan cepat. "Kok bisa." Kataku yang mulai penasaran. "Dianya langsung minta putus sama saya pas lagi kejebak macet." Sahutnya dengan menjalankan motor karena kita sudah keluar dari kemacetan.

Tawaku langsung pecah saat itu juga, entah humorku yang sedang pecah atau entahlah aku pun tak tahu. Yang aku tahu, aku hanya ingin tertawa saat ini untuk menikmati hari yang sore menuju malam.

Hingga akhirnya tawaku berhenti ketika sudah mencapai tempat tujuan. Aku langsung turun dari motor dan mengucapkan terima kasih padanya. Lalu langsung memasuki salah satu area taman yang berada di kota ini.



Ketika sedang berjalan mencari spot yang enak untuk duduk, aku melihat ada beberapa kelompok laki-laki yang sedang bermain sepeda BMX dan juga bermain sketboard. Aku langsung duduk di dekat area kelompok yang sedang bermain itu sambil melihat mereka yang sedang asik bermain. Namun tiba-tiba ponselku bergetar ketika ada sebuah pesan masuk.




Line

Pradipta Bagaskhara

Git, lagi di rumah?

Enggak

Lagi dimana emangnya?

KEPO :v

Seriusan

Lagi di taman

Kenapa?

Taman biasa kan?

Iya

Kenapa?

Gak, cuma nanya doang

-_-



Aku mematikan layar ponselku ketika tak ada balasan lagi dari Adi, aku memandang taman yang kian sore justru semakin banyak pengunjung. Melihat semua orang berlalu lalang dari tempat yang aku duduki ini begitu menarik untukku. Apalagi dengan langit yang semakin jingga.

Mataku tertutup perlahan, semoga saja menjelang malam ini ditutup dengan indah. Begitulah harapanku untuk hari ini. Aku langsung membuka mata ketika aku merasakan ada seseorang yang duduk denganku.


Benar saja, ketika aku membuka mata ternyata di hadapanku ada sebuah tangan yang sedang memegang dua eskrim rasa coklat kesukaanku. Aku melihat ke arah samping yang ternyata orang itu sedang tersenyum manis kepadaku.

Dahiku mengkerut karena bingung. "Dari siapa dia tahu kalau aku ada di sini?" begitulah kata yang aku ucapakan dalam hati ketika melihat dia yang sudah berada disampingku.

"Kak Gara, kok ada disini sih." Kataku dengan menatap manik matanya. "Di ambil dulu eskrimnya, Git." Setelah dia bilang seperti itu aku langsung mengambil satu tanpa mau membukanya.

Sedangkan Gara sudah membuka bungkus eskrimnya dan memakannya dengan perlahan. "Kenapa belum dibuka eskrimnya?" aku langsung membuka dengan perlahan kemudian memakannya.

"Kakak kenapa ada disini?" tanyaku lagi ketika sedang menikmati eskrim. "Karena ada kamu disini." Sahutnya dengan tatapan lurus ke depan. "Kamu kenapa gak masuk ke rumah setelah kakak nganterin kamu?" lanjutnya.

Tadinya eskrim yang aku makan begitu manis namun mendengar pertanyaan dari Gara, entah kenapa justru rasanya menjadi hambar. "Sorry." Kataku tanpa menatap matanya.

Gara melihat ke arahku dengan tangan mengelus kepalaku. "Kenapa malah minta maaf?" tanyanya. "Karena aku gak langsung pulang ke rumah." Jawabku. Dia tersenyum sambil mengacak-ngacak rambutku dengan gemas.

Aku langsung menatap kearahnya dengan bingung. "Kakak gak masalahin itu." Kemudian dia melanjutkan perkataannya. "Yang jadi permasalahan itu kenapa kamu gak bilang ke kakak kalau kamu masih pengin main di luar." Lanjutnya.

"Yah gapapa, lagian kan aku takutnya kakak sibuk." Sahutku begitu saja dengan senyuman sambil menatapnya. "Besok kita main ke timezone, mau gak?" tanyanya dengan merapihkan beberapa helai rambutku.

Kepalaku mengangguk dengan cepat. "Mau." Jawabku. "Kalau gitu habiskan dulu eskrim kamu. Besok kakak janji bakal jemput kamu jam 9 pagi." Setelah mendengar itu aku langsung memakan eskrim dengan begitu menikmati.

Rasanya pun kembali manis atau bahkan rasa manisnya berkali kali lipat dari yang tadi. Sepertinya sore ini menjadi penutup yang manis untuk bulan dan bintang saat malam tiba.




Udah baper tapi statusnya cuma sahabat

Kasian amat ya si Gita

Wkwkwk


-Jangan lupa bahagia-





Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang