Part 32

2.5K 111 14
                                    

-Bingung itu ketika?-







"Git." Panggilnya.

"Teman Gita mau ikut." Sahutku santai.

"Siapa? Gara?"

"Iya, tapi bukan cuma 1 melainkan 4."

"Ikut aja, nanti abang yang bilang ke pembina." Katanya santai.

Aku diam tak menjawab.

"Adek masih rapat?"

"Enggak. Lagi sendiri." Jawabku.

"Yang lainnya?"

"Lagi pada pemanasan lari keliling lapangan." Sahutku santai.

"Kamu bener-bener nekad ngelatih mereka karate."

"Bukan aku yang ngelatih."

"Ck. Dasar." Gumamnya sambil tertawa.

"Bang." Panggilku.

"Apa?"

"Mereka." Kataku.

"Kelipatan 2." Sahutnya dari seberang sana.

"Berapa? 2?"

"Iya."

"Polisi?" tanyaku hati-hati.

"Abang udah bilang."

Seketika hatiku lega mendengarnya. "Berapa?" tanyaku.

"10." Jawabnya. Lalu aku mendengar suara hembusan napas yang sangat berat seolah-olah berat itu dipikulnya seorang diri.

"Pakai kode senter kalau malam." Lanjutnya.

"Iya." Ucapku.

Lalu, aku langsung mematikan panggilan telpon dengan sepihak.

Melihat seseorang yang tengah duduk disampingku sedang menatapku intens.

"Boleh. Bang Afan yang ngurus sama pembina." Ucapku.

Setelahnya aku langsung melihat ke arah lapangan dimana mereka masih dilatih oleh pelatihnya masing-masing.


*** *** ***


"Sumpah ini badan berasa remuk."

"Selamat makan semuanya."

"Laper banget."

"Habis latihan sebentar kaya gak makan 2 hari ya."

"Laki bukan sih, kaya cewek aja deh."

"Tapi lumayan lah, tingkat bela diri jadi lumayan keasah."

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang