-Hanya sebuah harapan yang tak akan menjadi kenyataan-
Acara pensi sudah selesai beberapa jam yang lalu. Suhu disini pun semakin dingin, karena sekarang sudah menunjukan pukul 01.23 pagi.
Aku duduk sendirian di depan api unggun yang begitu menghangatkan badan. Cukup duduk di dekat api unggun dengan ditemani gitar yang sudah sedari tadi ada dipangkuanku.
Perlahan-lahan, aku coba memetikan gitar untuk menyanyikan sebuah lagu dengan situasi hati yang sinkron saat ini.
Pernah aku jatuh hati
Padamu sepenuh hati
Hidup pun akan kuberi
Apapun kan ku lalui
Tapi tak pernah ku bermimpi
Kau tinggalkan aku pergi
Tanpa tahu rasa ini
Ingin rasa ku membenci
Tiba tiba kamu datang
Saat kau telah dengan dia
Semakin hancur hatikuAku memandang api unggun dengan senyuman, tersenyum kala mengingat bagaimana aku bisa jatuh cinta kepada sahabatku sendiri. Bagaimana aku bisa tenggelam dalam kenyamanan yang seharusnya tak boleh lebih dari sekedar sahabat.
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa...
Ohhh...ohhhhh...oohhhh....Pandanganku kosong untuk beberapa saat. Bagaimana bisa aku harus berpura-pura lupa dengan perasaanku sendiri. Bagaimana caranya agar aku lupa, ketika aku sudah jatuh cinta dengannya. Bagaimana aku harus lalui perasaan ini tanpa dia mengetahuinya.
Tiba tiba kamu datang
Saat kau telah dengan dia
Semakin hancur hatikuAku memejam mata sejenak, menghempaskan napas dengan berat. Pandanganku menuju kayu yang dilalap oleh api, senyumku hilang kala itu juga. Bisakah aku menyampaikan rasaku untuk dia melalu api, agar dia tahu jika aku selalu merasakan kehangatan sekaligus nyaman jika berada didekatnya.
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa...
Lalau sekarang, aku sedang merindukan dia ketika dia selalu menelponku hanya untuk aku mendengarkan lagu dari leptopnya yang selalu menjadi penghantar tidur nyenyakku. Wangi parfumnya dan juga kedekatannya denganku yang selalu membuat aku ingin lebih dari sekedar sahabat. Tapi rasanya aku terlalu takut untuk memberitahu perasaanku kepada dia.
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaannya
Kau bukanlah untukku
Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa..
Ohhh...
Bahagiakan dia aku tak apa
Biar aku yang pura pura lupa.(Mahen – Pura pura lupa)
Senyumku terbit ketika selesai mengucapkan lirik terakhir. Karena aku pikir semua itu benar, tak seharusnya aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Dia sudah bahagia dengan gadis pilihannya. Jadi, seharusnya aku mengikhlaskan dia, karena kebahagian dia bukan bersamaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gita Nadiva (END)
FanfictionHigh Rank : Rank 1 pendek #02Februari2020 Rank 1 diary #16Maret2020 Rank 1 cerita #27Mei2020 Wanita dengan paras imut dan rabut pendek juga kacamata yang selalu menjadi ciri khasnya. Memiliki banyak sahabat yang selalu membuat harinya berwarna. ...