Part 29 (2)

2.5K 114 15
                                    

-Reyhan itu temen atau pacar?-






Aku ingin melepaskan tanganku yang terus di genggam oleh Reyhan. "Lepas dong, lihat tuh aku di tatap sinis sama cewe-cewe." Ucapnya yang berusaha jujur.

Dia bukannya melepaskan malah mengembalikan badannya. "Kamu gak sadar cowoknya juga ngeliatin kamu pake senyum-senyum." Katanya sambil menatapku.

Pandanganku langsung mengedarkan pandangan kesekitar dan benar saja banyak juga yang melihatku dengan wajah tersenyum. "Ya udah ayo. Motornya dimana?" tanyaku sambil terus menggenggam erat tangannya.

Dia tersenyum lalu menarikku dengan terus melangkah. Tak lama kemudian dia berhenti tepat didepan motor ninjanya. Menaiki motornya lalu memakai helm full face miliknya.


Setelah dia memundurkan motornya untuk keluar dari barisan motor, akhirnya aku naik dan duduk dibelakangnya.

Motornya pun melaju keluar menembus keramain jalan raya.

"Rey." Panggilku ketika dia masih fokus menatap jalanan.

"Hem."

"Kenapa waktu itu gak bilang kalau kuliahnya di Yogya. Padahal aku pikir kamu kuliah di Bandung." Kataku memulai percakapan.

"Kamu gak nanya aku kuliah dimana." Ucapnya.

"Iya sih, terus kamu ke Bandung lagi itu ngapain?" tanyaku yang mulai penasaran.

"Ketemu sama Papa." Jawabnya.

Aku sedikit berpikir sejenak. "Em, bentar. Terus kamu kuliah disini ngekos?"

"Enggak, aku disini sama Mama dan adikku." Ungkapnya lagi.

Kepalaku mengangguk-ngangguk tanda mengerti. "Emang Papa kamu di Bandung ngapain? Kerja?" tanyaku lagi.

"Bukan. Mama sama Papa udah cerai. Yah gitu lah." Jawabnya dengan nada santai.

Pandanganku menatap kaca spion kiri yang terlihat jelas pantulan helm Reyhan. "Maaf, aku gak bermaksud buat ngebuka luka lama." Kataku dengan penuh penyesalan.

"Gapapa, lagian aku udah ikhlas kok." Ucap Rayhan yang coba menenangkanku.

Aku bernafas lega ketika dia benar-benar sudah mencoba mengeringkan luka lamanya.


Mataku meneliti ketika motor Reyhan memasuki perumahan. Seperti perumahan pada umumnya, namun ada taman di tengahnya dan ada lapangan basket juga ketika motor melewatinya.

"Kita mau kemana?" tanyaku dengan dahi mengkerut.

Karena sekarang motor Reyhan sudah memasuki perkarangan rumah berlantai dua.

"Turun Git." Perintahnya karena aku masih diatas motornya.

Lalu dia membuka helm dan mencabut kuncinya. "Ini rumah siapa?" tanyaku lagi ketika sudah turun dari motornya.

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang