-Jatuh hati sama kamu itu serba salah-
Mataku terbuka perlahan ketika aku terbangun dengan keadaan sudah berada dalam tenda besar yang berfungsi sebagai perawatan kesehatan.
Belum lagi masih ada kain basah yang ada di atas keningku. Masih sedikit pusing tapi setidaknya aku sudah merasa sedikit lebih baik.
"Laper." Gumamku ketika aku memposisikan tubuhku untuk duduk.
Pandanganku menangkap semangkuk bubur kemudian gelas berisi air putih ditambah satu botol air mineral dan juga sebuah obat yang ada di samping kananku.
"Masa iya makan nasi berair." Kataku ketika mengambil mangkuk berisi bubur.
Aku menghela napas sejenak karena terus menatap bubur di dalam mangkuk. "Suka gak suka harus dimakan deh, dari pada kelaperan." Kataku lagi yang kini sudah memasukan satu sendok bubu ke dalam mulut.
"Ini di tenda kesehatan sepi banget. Bukannya udah aku bilangin yah kalau tiap tenda harus ada penjaganya." Gumamku lagi ketika memperhatikan lampu dalam tenda yang sudah menyala.
Setelahnya suasana kembali hening karena aku terus memasukan bubur ke dalam mulutku yang begitu terasa hambar.
Aku meneguk minuman dalam gelas yang berisi air putih hingga habis tak tersisa. Sekarang, badanku jauh lebih baik, begitupun dengan tenaga yang aku miliki terasa seperi sudah penuh karena diisi dengan daya.
Baru saja aku mau beranjak untuk bangkit dari posisi duduk, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk dengan sorot matanya yang menatap aku dengan sendu.
"Syukur deh kalau kamu udah bangun." Ucapnya ketika sudah duduk berhadap denganku.
Tangannya mengelus rambutku dengan lembut seakan-akan dia begitu sangat khawatir. "Lain kali jangan terlalu kecapean. Inget kamu juga butuh istirahat sama asupan makan yang cukup." Ucap Gara memberikan aku penerangan.
Aku menatap matanya yang menurutku sangat sendu. "Maaf, semalem lupa makan malem." Kataku dengan lirih karena merasa bersalah. Gara tersenyum hangat kepadaku. "Mulai sekarang, makan yang teratur. Oke." Ucapnya.
Kepalaku hanya mengangguk patuh seperti anak kecil. Mataku mesih terus menatapnya karena dia masih tersenyum kepadaku. Hingga tangannya terulur untuk mengecek suhu tubuhku melalu kening.
"Udah gak terlalu panas, tapi masih anget." Ujarnya kemudian Gara melihat mangkuk dan air yang sudah habis. "Udah makan, terus kenapa obatnya gak di minum?" lanjutnya karena terlihat obat yang masih utuh.
"Obatnya pahit." Kataku dengan nada sedikit malas. Tangan Gara terulur kembali untuk mengusap rambutku. "Obatkan emang pahit, harus minum obat yah biar cepet sembuh." Ucapnya dengan lembut.
Aku menghembuskan napas dengan pasrah. "Ya udah." Sahutku sambil mengambil obat.
Setelah obat itu sudah terbuka dari bungkusnya sekarang giliran aku mengambil satu botol air mineral yang ternyata sudah terbuka. Memasukan obat ke dalam mulut lalu mendorongnya dengan air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gita Nadiva (END)
Hayran KurguHigh Rank : Rank 1 pendek #02Februari2020 Rank 1 diary #16Maret2020 Rank 1 cerita #27Mei2020 Wanita dengan paras imut dan rabut pendek juga kacamata yang selalu menjadi ciri khasnya. Memiliki banyak sahabat yang selalu membuat harinya berwarna. ...