Part 28

2.6K 114 16
                                    

-Benarkah hanya perasaan sebatas sahabat?-






Mataku menatap ke arah jendela, menatap awan dengan dekatnya seakan-akan membuat pikiran ini tenang.

Warna putih yang polos, lembutnya yang melebihi apa pun, namun tak dapat digenggam oleh siapa pun. Begitulah awan, yang nampak namun bagaikan angin. Nampak namun sulit digengam.

"Mikirin apa?" tanya Ina yang sedang memperhatikanku.

"Gak mikirin apa-apa kok kak." Jawabku dengan terus melihat ke luar jendela.

Ina terus melihatku lekat-lekat. "Lagi ada masalah yah?" tanyanya lagi.

Aku menghembuskan napas sebentar. Lalu memberanikan diri menatap kearahnya. "Aku takut ngecewain kalian." Kataku yang akhirnya berani jujur.

"Takut gak dapet juara 1?" tanya Ina dengan pasti.

Tanpa disuruh pun kepalaku langsung mengangguk.

Dia mengulurkan tangannya di atas kepalaku. Mengusapnya dengan lembut. "Pikiranmu terlalu jauh. Nikmatin aja dulu, biarin ngalir kaya air gitu aja." Tuturnya.

"Jangan terlalu diambil pusing. Menang itu cuma bonus dan kekalahanmu itu adalah guru terbaik untuk belajar menjadi pemenang." Tuturnya lagi. "Pahamkan maksud Kak Ina?" lanjutnya.

"Paham kak." Jawabku dengan senyum ke arahnya.

"30 menit lagi kita mendarat. Jadi jangan terlalu banyak pikiran, dibawa enjoy aja." Ucapnya menenangkanku.

Aku tak membalas ucapannya, hanya diam dan menerawang jauh dari luar jendela.


*** *** ***


Beberapa menit telah berlalu, wajahku masih menatap ke luar jendela. Bukan di pesawat melainkan di mobil. Bersama dengan mereka di dalamnya.

"Gita lagi kenapa sih?" tanya Anton yang ada disamping Ina.

"Lagi kepikiran takut kalah dia." Jawab Ina sambil terus memandangku.

"Lah ngapain dipikirin, santai aja kali." Sahut Nuel yang duduk di depan bersama Gara.

Aku hanya menghela napas berat. "Lah pada sotoy banget." Ujarku yang kini memandang mereka dengan sengit.

"Oh mikirin doi yah." Ucap Anton dengan asal.

"Iya, doinya baru lulus SMA katanya." Sahut Gara yang sedang menyetir.

"Lah masih kecil udah main doi-doi aja." Timpal Ina sambil terkekeh.

"Terus Kak Ina sama Kak Nuel hubungannya apaan dong." Jahilku sambil menaikkan alis.

"Sindir terus Git." Ucap Nuel yang sedikit teriak.

"Hati-hati loh ntar Kak Ina nya kena tikung." Sahut Anton yang sudah tertawa renyah.

Aku tersenyum melihat Ina sedikit salah tingkah. "Ntar pas dideketin cowok lain aja malah gak suka." Timpalku dengan jahilnya.

"Pas gak suka malah tonjok-tonjokan." Sahut Anton dengan kekehan.

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang