-Senyum adalah kamuflase terbaik-
"Maaf, disini siapa yang keluarganya?" ucap dokter ketika keluar dari ruang periksanya.
"Kita semua keluarganya, dok." Kata Adi kepada dokter.
Dokter hanya menghela napas lelah, sebelum mengatakan sesuatu kepada kita semua. "Luka robek ditangannya tak terlalu serius. Saya sudah menjahitnya, tapi tolong jangan biarkan dia banyak terlalu bergerak dan salah satu dari kalian bisa menembus obat beserta pembayarannya." Ucap dokter. "Ini resepnya." Lanjutnya memberikannya resep kepada Adi.
"Jadi, kita boleh jenguk ke dalem dok?" tanya Hana.
Dokter mengangguk. "Ya, silahkan bahkan dia bolehkan pulang saat ini juga. Saya permisi." Ucap dokter dengan ramah.
Mereka semua masuk ke dalam ruangan tersebut.
Seketika ponsel milik Tommy bergetar, menampilkan pesan dari seseorang.
Kadek Febby Calisa
Masih di RS?
Iya, knp?
Ada acara keluarga kan? Ga inget emang?
Nyokap lu aja nyariin dari tadi
Tommy tak membalasnya lagi, melainkan memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melihat seseorang sedang memejamkan matanya dengan banyak orang disekelilingnya.
Aku membuka mata perlahan karena tidurku terusik oleh suara-suara disekelilingku. "What-ter park." Kataku dengan terkejut karena mereka ada disekelilingku. "Ngapain masih pada sini?" lanjutku sambil menatap mereka semua.
Pletak.
"Sableng, kita tuh khawatir sama kamu." Ucap Adi yang tadi menjitakku.
Aku melihatnya dengan malas sambil mengusap-ngusap kepalaku dengan tangan kiri. "Untung temen masa kecil, kalau gak udah bonyok kau." Serkasku kepada Adi.
Adi yang melihat itu pun tertawa begitu saja melihat aku yang marah kepadanya. "Gimana dek, tangannya sakit gak?" tanya Dewi.
"Santuy kak, cuma perih doang." Ucapku sambil tersenyum
Dewi hanya mengangguk. "Cewek tangguh yah kamu. Coba kalau aku yang di posisi kamu udah nangis duluan yang ada." Ujar Dewi dengan senyum khasnya.
"Oh iya, kalau kalian pada disini terus rapatnya gimana?" tanyaku kepada mereka semua.
Seketika semua wajah disana langsung berubah menjadi datar. "Astaga Gita, kamu tuh lagi sakit kenapa masih mikirin rapat sih." Kesal Hana kepadaku.
"Rapatnya ditunda, besok kumpul jam 9 pagi." Jelas Bayu kepadaku.
"Yap, benar. Kamu tuh lagi sakit ngapain mikirin rapat." Timpal Gara melihatku tajam.
"Eh agar-agar gopean, mana oleh-olehnya." Kataku dengan tangan mengulur seperti meminta lalu senyum tercetak jelas di sanaa.
"Anoying. Untung ade kesayangan." Ucap Gara gemas. "Nanti yah besok, lupa dibawa tadi." Lanjutnya.
"Ade? Kak Gara sama Gita ade kakak gitu?" tanya Dewi yang bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gita Nadiva (END)
FanfictionHigh Rank : Rank 1 pendek #02Februari2020 Rank 1 diary #16Maret2020 Rank 1 cerita #27Mei2020 Wanita dengan paras imut dan rabut pendek juga kacamata yang selalu menjadi ciri khasnya. Memiliki banyak sahabat yang selalu membuat harinya berwarna. ...