Part 24 (2)

2.7K 120 32
                                    

-Spam Chat-





Sekarang situasinya sudah berubah 180 derajat. Yang tadinya aku latihan dengan suara teriakan dari Gara, Ina, maupun Nuel tanpa ada orang lain. Justru sekarang anak-anak satu sekolah sedang melihat sesi latihan pertama kita.

Semua penghuni sekolah. Mulai dari lantai 1 sampai lantai 5 sudah dipenuhi oleh murid-murid yang menonton sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.

"GITA FOKUS." Teriak Nuel yang sekarang menjadi tandinganku.

Dia gak bisa aku remehin gitu aja. Karena sekarang sekorku pun tertinggal beberapa poin. Dia yang memenangkan perlombaan selama masih di SMA dengan gelar juara 1 berturut-turut. Lalu Gara dan Ina jangan di tanya lagi. Prestasi mereka sama jika dibidang karate.

Walaupun aku akui, teknik yang Nuel punya suka mengecohku apalagi skillnya sebagai laki-laki.


"Pikir Gita, pikir." Ungkapku dalam hati.


Kaki ini terus mengambil ancang-ancang dan berputar dengan soorot mata menatap Nuel. Seketika teringat teknik yang diajari oleh Bayu melintas dalam benakku.

"Agh." Teriakku memajukan tangan kiri yang ingin menonjok depan mukanya namun dengan cepat digantikan oleh tangan kanan.

Seketika suara tepuk tangan dan sorak-sorak terus meneriaki dengan suara keras.

"Bagus Git." Teriak Gara dari pinggir lapangan.

Nuel tersenyum jahil ke arahku. Aku dapat menangkap senyum tersebut, namun pikiranku tetap fokus menatap matanya.

Akhirnya aku maju menyerang dengan langkah yang sudah aku perkirakan.

Tangan yang terus menyerang hingga kita sedikit berdekatan, tak mau ambil kesempatan aku langsung membuat ancang-ancang mencantuhkan tubuhnya.

Bruk.

"Arg." Teriakku yang menonjok ke arah bagian dadannya ketika jatuh.

"Waktu habis." Teriak Ina dari pinggir lapangan.

Aku langsung mengulurkan tangan membantu Nuel berdiri lalu memberi hormat satu sama lain kemudian membari hormat kepada yang lain.

"Bagus. Tapi masih harus dikembangin lagi, kamu ketinggalan 2 poin." Ucap Gara dengan mengacak-ngacak rambutku begitu aku sampai disampingnya.

"Minum dulu Git." Lanjutnya memberikan satu botol yang masih tersegel.

"Giliran Anton sama Gara kedepan." Teriak Ina kepada mereka berdua.

Aku meneguk minuman sambil memerhatikan kedua orang itu berjalan ke depan lalu memberikan hormat.

Baru beberapa menit di mulai Anton langsung tertinggal 3 poin sekaligus. Gara memang punya skill yang cepat untuk mengelabui musuhnya. Apa lagi dia sudah terbiasa soal seperti ini dalam pertandingan sungguhan.

Duduk di pinggir lapangan sambil memperhatikan gerakan-gerakan yang terus keluar dari Gara maupun Anton. Diam-diam aku mencoba menghapal gerakan tipuan Gara maupun Anton.

Senyumku terbit seketika ketika melihat latihan mereka terus memanas.


*** *** ***

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang