Part 14

3.2K 128 15
                                    

-Ivan Adhitama-




"Pagi Pak Tarhadi." Kataku ketika sampai di depan gerbang sekolah.

"Loh, neng Gita. Ini hari libur loh neng." Ucap Pak Tarhadi kepadaku.

Aku pun mengangguk kepala dengan artian aku paham jika hari ini sekolah masih libur. "Biasa pak, mau main basket." Ujarku kepadanya.

Pak Tarhadi yang mengerti pun langsung mengangukkan kepalanya. "Tadi juga ada anak kelas 12 yang baru lulus tahun ini lagi main basket tuh di dalem." Kata Pak Tahardi sebelum aku meninggalkan pos satpam.

Sedari berjalan menuju lapangan basket aku hanya mengira-ngira siapa anak kelas 12 yang di maksud oleh Pak Tarhadi.

Tapi sepertinya aku tak sepenuhnya memikirkan siapa orangnya. Toh, nanti juga ketika sampai lapangan akan ketahuan siapa orangnya yang di maksud oleh Pak Tarhadi.



Kaki ku mendadak berhenti. Melihat hanya satu orang yang sedang bermain basket. Sedang asik mendrible bola, memakai baju basket dengan no punggung 10, dan rambut yang sudah acak-acakan.

Aku hanya terdiam memperhatikannya yang sangat begitu asik menikmati permainan solonya di lapangan basket. Hingga tak aku sadari, aku berjalan mendekatinya dari belakang.

Kemudian aku mengambil bola basket yang sedang dia drible dengan menggunakan tangan kiriku. Mendrible kembali, lalu lay-up dan memasukkan bola ke dalam ring dengan tangan kiri.


Aku mengambil bola kembali untuk bermain tapi ternyata bola itu sudah di ambil oleh seseorang didepanku. Dengan tatapan tajam terus menatap kearahku. "Tangan kanan kamu, kenapa?" ucapnya saat itu juga.

"Kulit tanganku robek, jadi sedikit di jahit." Jawabku santai dan ingin mengambil bola basket dari tangannya.

Tapi sayangnya bola itu sudah di angkat tinggi-tinggi lalu dilemparnya bola itu ke arah lain. "Gak usah main basket dulu." Katanya sambil menyeretku ke pinggir lapangan.

"Yang main tangan kiri bukan tangan kanan." Balasku dengan langsung melepaskan tangan dari genggamannya.

Tapi tanganku tak dapat terlepas dari genggamannya, justru malah semakin erat. "Gita Nadiva. Kamu itu kenapa sih sering banget bikin seorang Ivan Adhitama jadi khawatir." Ucapnya yang langsung mengacak-ngacak rambutku. "Please, jangan main basket dulu yah." Lanjutnya dengan tangan masih di atas kepalaku.

Aku menatapnya dengan mata mlotot. "Turunin tangannya." Perintahku sedikit berteriak. "Keringetmu bau, kak." Lanjutku dengan berbalik badan lalu berjalan meninggalkannya.

Mendengar itu pun Tama langsung mencium bau badannya sendiri lalu mengejar kearahku. "Gak bau Gita." Ucapnya dengan sengaja menghadang tepat didepanku.

"Di tipu mau aja." Ucapku sambil tersenyum lepas.

Tama tersenyum begitu melihatku tersenyum. "Gimana sama Kak Dewi? Udah jadian?" lanjutku yang melihat dia tersenyum

"Udah dong dan itu berkat kamu." Ucap Tama yang masih tersenyum bahagia kemudian kembali mengacak-ngacak rambutku.

Tawa bahagia pun keluar begitu saja dari mulutku. "Pajak jadian dong." Ledekku kepada Tama.

"Ayo, mau makan dimana?" tanya Tama yang membawaku jalan ke luar lapangan basket.

Aku berpikir sejenak. "Makan bubur ayam pinggir jalanan aja yak. Laper nih belum sarapan." Pintaku kepada Tama lalu melirik jam tangan yang masih jam 8 pagi.


Sesampainya di depan motor ninja warna hitam, Tama berbalik badan menghadapku. "Kali ini tempat makannya jangan pinggir jalan terus. Cafe aja." Ucap Tama sambil mengusap kepalaku.

"Gak minta izin sama Kak Dewi dulu?"tanyaku kepada Tama.

Aku melihat dia menganggukan kepalanya, kemudian berkata. "Iya nanti kalau udah nyampe di sana. Baru kakak chat Dewi." Ucapnya yang kini menurunkan tangannya dari atas kepalaku.

Kemudian tanpa kata-kata lagi Tama langsung naik ke atas motornya lalu memakai helm. Setelahnya baru aku yang naik ke atas motor miliknya.

Sepertinya sudah cukup lama bagi aku tak mengobrol seperti ini dengan Tama. Ya, aku tahu karena dia yang tentu saja baru lulus dan tak lupa juga karena dia sekarang sudah memiliki pasangan.

Di atas motor yang sudah menembus jalan tak ada percakapan di antara aku dan Tama. Seketika ada getaran di saku jaket yang aku kenakan.



Line

Jelek

Morning :v

Too :v

Btw, sekarang lagi jalan dong

Sama cowok, namanya Tama

Kakak kelasku di sekolah

Anak kelas 12

Sekarang, dia baru lulus :v

Kemarin namanya Bayu

Sekarang Tama

I want kill u

Bunuh aja kalau bisa :v

Kok ngeselin sih

Btw, emang kamu doang yang gonta ganti

Aku juga dongsss

Sekarang lagi makan sama Fiona

Nanti malem ada janji sama Gladis

B aja sih

B aja tapi kaya kesel gitu yak

Good



Tak ada balasan lagi dari chatnya. Aku memasukkan hp kembali ke dalam saku jaket. Melihat keseliling yang sepertinya tak berasa asing bagiku.

Gedung tinggi terlihat dari kejauhan. Melewati sekolah swasta yang cukup terkenal akan biayanya yang mahal. Kemudian sekarang, motornya memasuki sebuah restoran seefood yang cukup terkenal di wilayah ini.






-Jangan lupa bahagia sepanjang hari-

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang