Part 46

2.3K 94 20
                                    

Update hari selasa nih.

Gak ngeret kan authornya wkwkw.


Semalat membaca guys :v





Semalam adalah tidurku yang paling nyenyak setelah 2 tahun lamanya karena terkadang tak bisa tidur nyenyak seperti semalam. Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat hanya untuk membuat sarapan.

"Sudah bangun, Git. Tumben, biasanya kalau liburan kamu bangunnya siang." Ucap Bunda ketika melihatku berada di dapur.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. "Mau keluar soalnya, Bun."

Bunda sedang mengambil beberapa buah-buahan yang berada di dalam kulkas langsung menatapku dengan lekat. "Siapa? Gara atau Adi nih?" tanya Bunda.

"Bukan Adi, Bun." Jawabku sambil terus memotong sayuran.

"Oh berarti Gara yah." Kemudian Bunda berada di sampingku untuk mencuci beberapa buah-buahan yang tadi diambilnya. "Gara jarang main ke rumah ya setelah kamu masuk SMA." Lanjut Bunda.

"Dia sibuk, Bun. Lagian kan pas aku masuk SMA itu dia perpindahan pelajar ke luar negeri. Baru pulang beberapa bulan ini." Jelasku.

"Tapi hari ini Bunda, Ayah, Alka mau ke rumah Omah di Depok. Kamu yakin gak mau ikut?" tanyanya.

"Jam berapa Bunda ke sananya?" tanyaku balik.

"Jam 9." Jawabnya. "Terus mau nginep atau gimana?" tanyaku lagi.

Bunda mengangguk tegas. "Iya sekitar 5 harian nginep di sana." Kata Bunda.

Aku langsung menggoreng nasi dengan lihai lalu memasuki bumbu-bumbu kedalamnya. "Ya udah aku nanti langsung nyusul." Sahutku sambil memindahkan nasi yang telah aku goreng ke dalam wadah.

"Kamu udah selesai masaknya kan?" aku pun hanya mengangguk atas jawabannya. "Kalau gitu kamu mending makan duluan habis gitu istirahat lagi sana masih jam 6 tuh." Lanjut Bunda.


Aku hanya mematuhi ucapan Bunda. Aku mengambil satu piring nasi goreng dan segelas susu putih lalu membawanya ke dalam kamarku.


*** *** ***


Bangku yang biasa berada di meja belajar sudah aku seret untuk membuatku duduk di dekat jendela dengan segelintir angin yang terus memasuki ruangan.

Aku tak ingat sudah berapa lama aku duduk untuk membaca sebuah novel tebal yang berada di tanganku. Pakaianku sudah rapih karena setelah makan aku langsung mandi dan berpakaian rapih kemudian langsung duduk ditemani sebuah buku.

Cahaya mentari yang tiba-tiba menelusup masuk ke bilik kamar pun membuatku nyaman akan kehangatannya. Aku tersenyum ketika membaca puisi di dalamnya. Penulisnya memang sangat lihat mencampur adukan perasaan sang pembaca.


Bahkan aku tak sadar jika ada seseorang yang sudah berdiri disampingku. Dengan sengaja, dia langsung menutup buku yang aku baca. "Serius banget bacanya." Katanya yang sambil tersenyum jahil.

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang