Part 36

2.2K 95 13
                                    

ps : sorry buat kalian semua yang uudah nunggu gua bakal up. 

Karena malming ini gua baik hati dan gak ngapa-ngapain juga  jadilah gua up malem ini langsung 3 part sekaligus.

Oke, selamat membaca guys :)







Lihatlah, banyak dari mereka yang sudah berjalan membasahi kaki mereka dengan air sungai yang mengalir cukup deras.

"Sejuk banget sumpah."

"Airnya adem banget."

"Ah gila ini keren banget."

"Sumpah gak tau ngomong apa lagi."

"Jalan kaki selama 1 jam lebih terbayar sudah."

"Indahnya."

"Jadi betah deh disini."

Begitulah sahut-sahutan yang aku dengar dari beberapa panitia kemah. Aku tersenyum mendengar semuanya.

Mataku memandang Abi yang tertidur dalam dekapan Gara. "Ini ponsel kamu." Ujar Gara mengambil ponselku dari tangan Abi.

"Kakak duluan aja." Balasku ketika menerima ponsel dari Gara.

Aku melihat ke arah mereka semua. "Kalian bisa lurus 100 meter dari sini menuju tempat kemah." Teriakku kepada mereka semua.

"Itu yang di ujung. Fatur jalan duluan." Tunjukku ke arah Fatur yang sudah menyebrangi sungai. "Kalian semua ikutin Fatur, aku jalan paling belakang." Lanjutku memerintahkan mereka semua.

"Git." Kesal Gara dan Nuel yang memandang tepat kearahku.

Aku menghela napas sesaat. "Jalan duluan, kasian Abi." Kataku kepada Gara.

Sebelum melangkah Gara menatapku terlebih dahulu, sorot mata yang khawatir di dalamnya dan entah apa lagi. Aku seperti sangat sulit mengartikannya.

Lalu setelah puas menatapku, Gara berjalan berdampingan bersama Nuel. Disusul yang lain di belakangnya.

"Hati-hati." Ucap Reyhan menepuk bahuku sambil terus melangkahkan kakinya.

Kepalaku hanya menangguk.

Pandanganku menatap sekeliling dengan teliti, sudah tak ada orang lagi. Kecuali aku dan Rio yang sedari tadi berdiri di belakang ku.

"Ayo kak." Kataku sambil berjalan, namun aku mengambil jalan lain dari mereka semua.

Rio menatapku dari samping kiri. "Git." Panggilnya.

Aku hanya meliriknya. "Hem." Sahutku.

"Kamu yakin dengan rencananya?" tanya Rio.

Mataku terus memperhatikan pepohonan disetiap kaki ini melangkah. "Yakin." Jawabku dengan lantang.

"Bukannya gitu, Git. Kamu tau kan maksud Abang apa." Ungkap Rio dengan khawatir.

"Iya tau. Tapi Abang juga tau kalau Gita cuma mancing mereka keluar dari sarang." Timpalku.

Rio menatapku dengan intens. "Abang cuma gak mau nanti salah satu dari mereka lari dan malah nyerang kamu." Jelas Rio dengan menahan kesal.

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang