Part 3

5.6K 213 25
                                    

-Gosip dengan segala kemiringannya-



"Pagi neng Gita, kok tumben neng baru nyampe biasanya 15 menit lebih awal." Ucap satpam yang berdiri di depan gerbang dengan terus tersenyum menyapa anak-anak yang ingin memasuki sekolah.

"Pagi juga Pak Tarhadi. Iya pak tadi angkotnya kejebak macet di jalan." Ucapku sambil melirik arloji ditangan kiri yang menunjukkan pukul 06.49 pagi.

"Mari pak, saya masuk kelas dulu." Lanjutku.

Kemudian Pak Tarhadi tersenyum dan mengangguk-nganggukkan kepalanya.


Aku tak berjalan ke kelas terlebih dahulu karena aku harus ke ruang OSIS dan absen di sana terlebih dahulu. Setelah itu baru ke kelas.

Tapi sayangnya pagi ini memang bukan pagi yang baik untuk aku. Entah waktunya yang salah atau memang amarahku saja yang sudah tak terkendalikan.

"Tau Gita yang anak kelas X IPS 1, gak?" tanya kakak kelas yang sangat aku kenali.

"Tau lah. Cuma dia satu-satunya wanita yang pernah bikin orang hidungnya berdarah sehabis latihan karate." Ucap salah satunya.

"Katanya dia dikeluarin dari sekolah yang dulu itu waktu mau masih kelas X, tapi waktu itu belum masuk ujian semester 1, masih baru masuk 4 bulanan gitu deh. Seharusnya sih dia seangkatan sama kak Bayu yang tinggal itung beberapa minggu lagi bakal naik kelas XII." Ucap kak Reysa.

"Seriusan? Emang dikeluarin gara-gara apaan?" tanya kak Fani yang sedari tadi mendengarkan.

"Gak tahu deh. Tapi yang aku denger sih masalah besar banget gitu katanya. Padahal yang yah, denger-denger disekolahnya dulu itu dia masuk jurusan IPA tapi sekarang malah masuk jurusan IPS. Cepet banget yah beradaptasinya sama mata pelajaran." Jawab kak Reysa dengan antusiasnya.

"Padahal katanya waktu dia masih anak IPA, katanya otak dia gak pernah bisa untuk apalan, lah sekarang malah dia sendiri jatuh di jurang yang penuh hapalan." Lanjut kak Resya.

Lalu tanpa sadar kakiku tak jadi masuk kedalam ruang OSIS, kaki ini justru mundur dan terus saja mundur hingga meningalkan sesak di dada semakin dalam.

Namun kini kakiku sudah berada di depan kelas dengan membendung air mata.

"Tahan, Git." Ucapku dalam hati. "Kamu pasti bisa Gita. PASTI." Lanjutku menyemangati diri sendiri dalam hati.


Dengan langkah mantap aku memasuki ruangan kelas yang diatas pintunya bertuliskan papan XI IPS 1. "It's oke Git, gapapa tenang dan santai." Kataku dalam hati.

"Pagi Gita." Ucap ketua kelas.

"Pagi juga Pradipta." Ucapku yang langsung duduk di deretan Adi, namun aku duduk dideret paling depan.

"Manggilnya Adi aja dong, Git. Gak usah Pradipta." Ucapnya yang duduk dibelangku.

"Hem." Sahutku yang langsung membuka buku mata pelajaran pertama, karena bel sudah berbunyi sejak aku duduk dibangku ini.

Setelah bel pertama bunyipun langsung ada guru yang masuk dalam kelas XI IPS 1. Dengan mata pelajaran geografi terpampang jelas dari buku paket yang dibawa oleh guru berkepala plontos yang kini sudah ada di depan semua murid kelas XI IPS 1.

"Pagi anak-anak." Ucap Pak Samsul.

"Pagi juga pak." Ucap murid kelas dengan serempak.

"Sekarang kita mulai buka bab 3 tentang Indonesia sebagai poros maritim dunia." Ucap Pak Samsul. "Sekarang, di mulai dari absen pertama untuk membacanya." Lanjut Pak Samsul.

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang