Part 8

3.8K 155 17
                                    

-Diskusi kelas-




Jam pertama dan kedua sudah selesai. Namun masih ada jam ketiga dan keempat yang masih harus aku hadapi. Sebelum akhirnya bel istirahat pertama berbunyi.

"Hallo hallo Bandung semuanya." Kata ketua kelas yang sudah berdiri di depan.

"Ada info penting nih, mohon diam dan dengarkan baik-baik yah para rakyatku semuanya." Lanjutnya lagi.


"Info apaan, Di."

"Adi, free class kan."

"Adi, gurunya masuk gak?"

"Di kasih tugas yah Di"

"Gurunya gak masuk kan Di?"


Begitulah riuh-riuh suara anak IPS jika sudah ada ketua kelas yang ingin membagikan info penting di depan kelas.

"Brisik woy. Udah tau ada mau ngasih info. Dengerin dulu baru deh diskusi." Teriakku kepada anak sekalas.

"Nah cakep pada diem semua. Lanjutin Di." Lanjutku menatap Adi.

"Dapat info dari wali kelas kita. Katanya tiap kelas harus ngasih pertunjukkan buat perpisahan anak kelas XII nanti. Minimal perwakilan 1 orang." Kata Adi.

"Terserah mau nyanyi atau apa pun tapi yang penting kelas kita harus ada perwakilannya. Jadi, siapa nih yang pantes buat jadi perwakilan kelas kita?" tanya Adi kepada seluruh anak kelas.

"Eh ini gurunya gak masuk Di?" tanya Slamet.

"Free class satu jam tapi jam berikutnya guru bakal masuk." Jelas Adi.

Hingga anak-anak kelas hanya ber-oh ria.

"Gimana kalau Putri aja? Diakan anak paduan suara. Kalau nyanyi juga bagus kok gak kalah sama anak padus lainnya." Kata salah satu anak laki-laki.

"Kalau aku sih mau-mau aja, asalkan ada yang ngiringin. Minimal ngiringin main gitar." Ucap Putri yang namanya tadi disebut.

"Ada yang bisa main gitar gak? Kalau aku mah jangan ditanya yah, gak jago main gitar soalnya." Ucap Adi sambil tertawa.

"Ed, bisa main gitar?" tanya Adi.

"Bisa tapi gak lancar Di. Gita aja tuh yang jago main gitar." Jawab Edi yang membuat seisi kelas terkejut.

"Soalnya pernah lihat Gita masuk ruang eskul musik terus main gitar sendirian." Lanjut Edi menjelaskan.

"Sial." Umpatku dalam hati.

Sekarang semua orang menatapku dengan penuh harap. Aku yang di tatap seperti itu pun hanya menunjukkan raut wajah datar.

"Sorry nih, tapi aku udah direkrut buat tampil karate." Tegasku kepada mereka semua.

"AYOLAH GITA." Teriak Adi dari depan sana.

"Please Git." Lannjunya seraya menatapku dengan penuh pemohonan.

"Fine, aku yang ngiringin." Kataku final. Lalu menghembuskan napas dengan kasar.


"Makasih Gita."

"Gita emang terbaik deh."

"Gila, lagi ngebayangin pas Gita tambil gimana yak."

"Cewe feminim vs cewek tomboy, bayangin bakal di atas panggung yang sama woy."

"Paduan suara vs karate cuy, bakal jadi satu."


Yah begitulah kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Hingga akhirnya semuanya terdiam karena guru telah masuk kedalam kelas, dengan otomatis kelas menjadi sunyi dan tenang.

Hingga akhirnya semuanya larut dalam buku masing-masing walaupun belum tentu semua pikiran mereka tertuju pada materi yang ada di buku tersebut.

Bisa aja kan, matanya terfokus menatap buku namun pikirannya jauh melayang entah kemana dan itu sama kaya apa yang aku rasain sekarang.



Makasih yang udah mau baca guys.

Tunggu update selanjutnya guys.

-Jangan lupa bahagia guys-

Gita Nadiva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang