14. Introgasi dadakan

3.3K 102 0
                                    

Sesuai dugaan Baby, mobil sedan Baskara terparkir di halaman depan sekolahan. Dengan mengatur penampilan dan nafasnya, Baby berusaha merubah wajah tegang menjadi rileks.

"Awas kalau sampe elo gak berhasil" ancam Baby pada Oci.

Oci menarik bibirnya untuk berekspresi datar, kemudian mereka sama sama keluar dari mobil yang dinaiki Oci bersamaan dengan Baskara yang juga keluar dari mobil. Kebetulan yang tidak baik !

"Paapaaa" Baby buru buru berlari dan memeluk papanya, seolah tidak ada masalah yang perlu ditakutkan.

Wajahnya pun tampak cerah tanpa rona pucat sama sekali.

"Dari mana kamu?" Baskara sedikit mendorong tubuh anaknya supaya Baby bisa berdiri tegak tanpa menompang ke tubuh Baskara.

Rindu dan Ken juga keluar dari mobil, dengan ekspresi yang menaruh curiga pada Baby.

"Semalam Baby nginep di rumah neneknya Oci"

Ketika Baby mengucapkan kata Oci. Tatapan Baskara, Rindu dan Ken berubah kearah gadis kecil dengan potongan rambut sebahu. Oci tersenyum menunduk.

"Bener Ci?" Tanya Baskara curiga

"Iya om, semalam Baby ikut nginep dirumah nenek" terang Oci tanpa kegugupan sama sekali.

"Kenapa gak ngabarin?" Tanya Baskara akhrinya sedikit melunakkan nadanya

"Semalam pas Baby pulang kerja kelompok, Baby bingung cari taksi terus ketemu mobilnya Oci jadi nebeng Oci, malah ketiduran" dusta Baby yang benar benar terlihat buruk dengan nada manja yang dibuat buat.

Nampaknya Ken menyadari kebohongan itu, dia menaikan sebelah alisnya, lalu tatapannya berpindah pada Oci yang tersenyum miring.

Baskara menarik nafas dalam, menatap istrinya untuk meminta persetujuan menyudahi introgasi dadakan.

"Bener semalam kamu tidur dirumah neneknya Oci?" Kali ini suara Rindu yang berganti terdengar.

"Iya, kalau gak percaya tanya sama Oci nya " jawab Baby menghindari kontak mata dengan Rindu.

"Kenapa semalam Mama telfon gak diangkat?"

"Yah kan Baby ketiduran, jadi gak tau kalau Mama nelfon" ujar Baby menaikan suaranya

"Gak perlu teriak teriak, Mama cuman nanya ke kamu. Bukan nuduh" perjelas Rindu yang merasa ada keganjalan dalam pengakuan Baby.

Oci yang merasakan suasana semakin tidak enak, memilih bergegas pergi.

"Maaf Tante, Om, Oci permisi ke kelas dulu, soalnya Oci piket" dusta Oci berjalan menyalami Rindu dan Baskara Yang di terima dengan hangat.

Oci pergi, meninggalkan wajah murung pada Baby.

"Kenapa sih gak percaya sama Baby? Baby kan udah bilang jujur ke mama sama papa, kurang jelas gimana lagi? Apa perlu Baby minta keterangan Om Pandu?"

"Om Pandu gak bakal tau kalau Oci semalam tidur dirumah neneknya" kata Baskara menyandar pada mobil

"Kok?" Tanya Baby

"Om Pandu lembur dari semalam" jelas Baskara.

Rindu tidak melepaskan pandangannya sedikit pun pada Baby, membuat gadis kecil yang sebagai putrinya itu berusaha memindahkan tatapan agar tidak bertemu dengan mata mamanya yang menakutkan.

"Papa sama Mama gak kerja? Udah hampir jam delapan Lo" ujar Baby memecahkan keheningan

"Mama sama papa kesini pengen liat perkembangan study kamu" balas Rindu menatap anaknya

"Ha?" Baby melongo "mampus gue, catatan di ruang BK banyak banget. Nilai gak ada yang bener. Mampus mampus, bakalan di ceramahin" batin Baby.

"Udah sana Ken sama Baby ke kelas. Biar Mama sama papa yang nemuin kepala sekolah" kata Baskara meminta anaknya pergi.

Baby menyalami Baskara dan Rindu dengan tergesa gesa lalu hampir tersandung oleh langkahnya sendiri ketika berlari menaiki anak tangga. Baby tidak perduli jika bahu kecilnya bertabrakan dengan bahu teman sekolahannya, yang jelas dia harus bercerita pada Vio apa yang sudah dia alami.

Srekkk

Seseorang dari belakang mencekal lengan Baby dengan kuat, Baby menoleh melihat siapa dalang yang berani mencengkram nya begitu kuat.

"Lepas gak" kata Baby begitu tahu yang memegang tangannya adalah Ken.

"Nginep dimana elo semalam?" Tanya Ken sambil melemaskan cengkraman tangannya

"Bukan urusan elo"

"Gue tanya semalam elo tidur dimana?"

"Peduli apa elo sama gue, mau gue tidur di got kek, di kolong jembatan kek, itu bukan urusan elo. Urusan elo cuman jadi Kakak gue secara kartu keluarga doang, bukan ngurusi hidup gue" maki Baby mengeras.

Beberapa siswa siswi yang menatap mereka sempat berhenti melangkah, atau diam diam memotret dari balik jendela kelasnya. Berbisik bisik mengenai hubungan keduanya yang tidak pernah baik dari awal.

"Awas aja ya kalau gue tahu semalam elo gak tidur bareng Oci" ancam Ken sambil pergi dan menabrak bahu Baby dengan kasar.

Baby memandangi punggung kakaknya yang selalu terlibat cekcok. Bukan sekali dua kali dia berharap Ken tidak pernah lahir ke dunia, namun hampir beberapa kali dia berharap Tuhan tidak pernah menghadirkan Ken .

Baby berjalan dengan lemas tanpa tenaga ke kelasnya, begitu sampai dikelas Vio langsung menyambut kedatangannya dengan menarik Baby ke kursi mereka.

"Gimana? Gue liat tadi bokap nyokap elo ke sekolahan?" Tanya Vio beruntun

"Duh tau deh, pusing gue" Baby menyandarkan kepala diatas meja

Vio menghela nafas berat. Lalu mengelus rambut Baby dengan lembut, memberikan kekuatan yang Vio miliki dari elusan tangannya.

"Si Ken pakek acara ngancam segala lagi. Aaahhhh pusing gue" decak Baby menegakkan posisi

"Tapi orang tua elo percayakan kalau semalam elo nginep dirumah neneknya Oci?"

"Bokap gue sih percaya percaya aja, tapi nyokap sama Ken kayak masih curiga gitu" cerita Baby

"Si Ken bilang apa ke elo?" Tanya Vio

"Dia bilang, awas aja kalo sampe gue bohong" Baby memandangi Vio "gue takut dia ngadu ke nyokap, bisa bisa gue beneran di home schooling" rengek Baby di lengan Vio

"Sabar beb" Vio menepuk nepuk lengan Baby "Lo juga sih, kenapa pakek taken kontrak sama perusahaan gede, jadinya sekarang susah kan"

Baby menegakkan tubuhnya, memandangi Vio dengan wajah cemberut.

"Lo gimana sih, temen lagi susah bukannya bantuin malah nyalahin" teriak Baby

"Bukan nyalahin" ralat Vio "mending sekarang gini deh, kita urus masalah si Ken yang pinter penyelidikan ngalahin bokapnya Oci" kata Vio

"Itu mah susah" dengan lemas Baby merebahkan kepalanya di atas meja

"Mana nyokap bokap gue mau ngecek perkembangan belajar gue lagi" ujarnya lirih

"Astaga Baby" suara Vio langsung melengking membuat teman sekelasnya kompak menoleh kearah mereka "Lo kenapa gak bilang dari tadi kutu anoa, ini masalahnya lebih gede ketimbang masalah elo semalam" teriak Vio semakin mengeras.

Baby menoleh kekanan kiri, sadar jika dirinya sudah menjadi fokus perhatian, dengan cepat Baby membungkam mulut Vio dengan telapak tangannya.

"Bisa gak sih kecilin volumenya" bentak Baby.

"Maaf beb, panik soalnya" Vio mengibaskan telapak tangan di pipi untuk menstrealisirkan hawa panas

"Beb kalau sampe nyokap bokap elo tahu tentang catatan di ruang Bk gimana?" Tanya Vio begitu lirih penuh nada ketakutan

"Palingan gue langsung di homeschooling"

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang