55. Bali In Love

3.2K 129 4
                                    

Baby memaksakan dirinya untuk bangun meskipun tubuh ringkih itu belum sepenuhnya sembuh. Dia berjalan sedikit menarik kakinya, seharusnya Bali menjadi tempat liburan menarik bukan malah menjadi tempat dia merasan sakit seperti ini.

Baby melihat arah dapur, sebuah mangkuk bubur yang belum tersentuh juga segelas susu putih. Ini pasti sarapan Adry yang belum dia santap sama sekali.

Adry keluar dari kamar mandi dengan mengeringkan rambut menggunakan handuk.

"Kenapa keluar? Kaki mu belum sembuh" ucap Adry sambil membuka kulkas

Lelaki berumur itu mengambil sebotol Aqua lalu meneguknya, diamati wajah Baby yang masih terfokus pada Adry. Lelaki itu sedikit menaikan alis sambil bersidekap

"Oh ya, yang gantiin gue semalam siapa? Jangan bilang elo ya Om, Lo mesum banget sih" cerocos Baby sambil menutupi area dada

Adry mendegus lalu meletakkan botol Aqua kedalam kulkas

"Kamu kira saya tinggal di vila ini tanpa pembantu?" Tanyanya yang seperti menjawab

Adry membuka pintu yang menghubungkan kolam, sehingga mentari yang sedang gembira gembiranya menyapa orang itu mengenai permukaan wajah Adry. Memberikan vitamin pagi bagi Duda yang sedang di ambang kebimbangan. Mungkin dia juga berharap bahwa mentari bisa memberikan jalan terang untuk dirinya.

"Jam berapa pulangnya om?" Tanya Baby sambil memeluk Adry dari belakang.

Gadis itu rasanya semakin berani setelah pengakuannya semalam. Dan Adry, seperti tidak keberatan, dia masih berdiri menghalang sinar matahari untuk mengenai tubuh Baby. Tidak menolak atau menerimanya, karena lelaki itu masih berdiri dengan tegap, seolah Baby adalah benda asing yang baru saja menempel di tubuhnya.

Merasa tidak mendapatkan respon, pelukan Baby semakin melemas. Dan dia menjauhkan tubuhnya dari Adry, lalu berdiri disebelah Adry dengan perasaan campur aduk.

"Oh ya, nanti saya ingin mampir ke suatu tempat , kamu tidak keberatan?" Tanya Adry akhirnya menatap wajah Baby.

Baby hanya mengangguk tanpa menanggapi lebih, dan Adry sudah kembali masuk kedalam vila. Rasanya Baby seperti di gantungkan dan tidak diberi kepastian. Adry seperti menerima kedekatan mereka, seperti menerima perasaan Baby, namun dia juga seperti menolak dengan tidak meresponnya sama sekali. Salahkah dengan perasannya? Atau salahkan Baby menjabarkan situasi saat ini?

"Kamu gak mandi?" Tanya Adry duduk di meja makan.

Baby meliriknya sekilas, lelaki itu tengah memakan bubur buatannya sendiri, juga memainkan ponsel yang tidak tahu ada sesuatu apa yang bisa membuat Adry  sefokus itu.

"Nanti" katanya lemas

"Mau pergi ke pantai?"

Mendengar penawaran Adry yang terdengar seperti memberikan saham perusahannya membuat gadis berumur tujuh belas itu menoleh cepat. Hampir melompat kalau dia tidak segera merasakan nyeri di tumit.

"Boleh" kata Baby tersenyum cerah

"Mandi, saya tunggu disini" titah Adry kembali menyantap buburnya

Baby buru buru menuju kamar Adry, membasuh tubuhnya dan keluar dengan lilitan handuk. Yah, Baby lupa dia tidak memiliki sehelai pakaian sama sekali, pakaian yang dia gunakan pagi tadi itu adalah kemeja Adry yang kebesaran.

"Om beliin gue baju" Baby mengeluarkan kepala dari pintu, mengintip Adry yang sudah tidak ada di meja makan.

"Ooooooommmmmm" teriak Baby menggema

Tidak ada sahutan dari lelaki itu, tidak mungkin kan lelaki itu meninggalkan Baby pulang ke Jakarta . Atau meninggalkan Baby karena dia tidak akan membalas perasaannya.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang