73. Mesin Waktu

3.1K 135 27
                                    

Enam bulan kemudian

Waktu itu bagaikan mesin yang secepat itu membawa seseorang pergi meninggalkan lukanya di masa lalu. Baby dan Vio sedang menyeret koper nya, mereka baru melandas sejak dua puluh menit lagi.

Belanda mengajari Baby banyak hal, mengajari mengenai bagaimana dia harus mulai dewasa, Baby mengikuti les memasak selama disana, nilainya juga semakin baik, dia mulai mengejar ketertinggalan

Baby akan meneruskan bisnis Baskara. Memulai menata semuanya dari awal.

Lelaki berkemeja  kebiruan itu menunggu kedatangan Baby dan Vio sejak lima menit tadi, begitu dia melihat dua gadis yang tengah celingukan, Ken melambaikan tangan. Dia segera mendekati dua gadis itu, Vio berdecak.

"Lelet banget sih Ken" protesnya

"Lo udah gantiin Baby sekarang" Ken menyeret koper milik adiknya.

Baby hanya tertawa mendengar protes an kesal dari Vio.
Ditinggal enam bulan ke Belanda, Jakarta banyak perubahan, beberapa bangunan baru yang tengah di bangun juga udaranya yang semakin menyesakkan. Ken mengantarkan Vio terlebih dahulu setelahnya baru membawa Baby pulang kerumah, di mobil Ken banyak bercerita, mengenai enam bulan dirinya hidup pertama kali tanpa Baby, menceritakan apapun.

"Di Belanda elo gimana?" Tanya Ken yang sedari tadi menguasai pembicaraan mereka

Baby hanya menatap arah jalan, semenjak enam bulan yang lalu dirinya menjadi pendiam, Baby selalu melakukan hal teratur, pergi sekolah, pulang, makan, dan tidak pernah keluar rumah kecuali Vio yang memaksanya.

Baby tidak lagi memiliki akun media sosial, dia menggunakan ponsel hanya untuk kebutuhan khusus, Baby selalu menghindari televisi, banyak menghabiskan waktu dengan laptopnya saja.

"Belanda" Baby bergumam lirih "Sama kayak Indonesia" lanjutnya

"Gue denger, nilai elo disana naik"

Baby hanya mengangguk sambil mengalihkan arah pandang ke samping.

"Mama sama papa apa kabar?" Tanya Baby

"Kabar mereka masih gitu, gue denger denger sih papa bakalan terjun ke dunia politik"

Baby mengangguk lagi "Papa gak puas kayaknya ngurus perusahaan"

Ken membelokan stir sambil tersenyum, dia memutar mobil, mengambil koper Baby dan membukakan pintu mobil untuk Baby.

"Tumben Lo baik sama gue" cibir Baby curiga "Gue gak bawa oleh oleh Ken" imbuhnya

"Ck" Ken berdecak "Udah lama dari kita gak ketemu, masak gue mau jahat terus sama elo" Ken menyeret koper masuk kedalam.

Disana, interior dan tata letaknya masih sama, hanya cat warna putih yang dulu diganti dengan warna ke emasan, beberapa foto keluarga juga masih terpasang. Rindu menemui Baby, memeluk putrinya dengan hangat.

"Kamu kenapa nambah kurus sih?" Tanya Rindu

"Baby diet ma selama disana" Baby celingukan, memperhatikan setiap detail rumahnya

"Yuk makan, Mama buatin kamu makanan, ada ayam panggang, sop, tumis ikan sama banyak lagi"

Baby terkekeh "Mama udah kaya bukak restoran aja"

**

Setelah beristirahat sejenak, Baby pamit kepada Rindu untuk berjalan jalan mengelilingi Jakarta, dia akan menikmati udara Jakarta yang telah di tinggalkan selama enam bulan lamanya.

Sebenarnya Baby ingin ke rumah Adry , melihat lelaki yang ditinggalkannya selama enam bulan. Adry apa kabar?

Baby hanya berhenti didepan gerbang rumah Adry, menatapnya dengan tatapan nanar. Tidak ada yang istimewa setelah perpisahannya dengan Adry, meskipun hatinya sudah pulih, tapi untuk seperti semula Baby tidak akan bisa.

Rumah itu tertutup rapat, sudah berdebu di bagian pagar, Baby sempat turun, menatap gerbang yang digembok rapat, beberapa rumput liar sudah tumbuh di pot bunga.

Baby mengernyitkan dahi, dia segera masuk mobil, menelfon Thea untuk mengajaknya bertemu. Tujuan Baby kali ini adalah cafe dekat pemotretan Thea.

Baby memacu mobilnya dengan perasaan gugup, kenapa rumah Adry seperti sudah ditinggalkan berbulan bulan ?, apa Adry benar benar telah pergi setelah hari itu?

Baby turun dari mobil, berjalan cepat menuju Thea yang tengah duduk di meja ujung.

"Beb" Thea melambaikan tangan sambil tersenyum

"Hai, apa kabar?" Tanya Baby pada Thea

Mereka berdua duduk, Baby memesan minuman kepada barista. Menunggu barista itu membawakan minuman yang dipesan Baby.

"Gue baik baik aja" mata Thea semakin bercahaya "Gue udah denger gosip elo enam bulan yang lalu" Thea geleng geleng "Terus elo ilang kayak ditelan bumi tahu gak sih" Thea berdecak

"Maaf gak pamitan sama elo" Baby menatap jendela di sebelah kanan "Gue ke Belanda"

Thea manggut manggut, seorang barista laki laki dengan kaos warna hitam dan celana jeans membawakan senampan minuman yang dipesan Baby, dia tersenyum lalu mempersilahkan Baby meminumnya.

"Lo masih jadi model Sila?" Tanya Baby setelah dia menyesap minumannya

"Masih lah Beb, kontrak gue diperpanjang" Thea memainkan jarinya diatas bibir gelas "Oh ya, Rike masuk penjara sekarang"

Baby mendongak, kaget "Kok bisa?" Tanyanya

"Dia kecandu narkoba, katanya sih udah jadi pengguna tetap selama dua tahunan " Thea geleng geleng "Gila sih tu cewek"

Baby menanggapi dengan senyum "Oh ya, Lo tahu gak kabar tentang ___" Baby ragu untuk meneruskan, dia menunduk menatap minumannya yang sudah mencair.

"Pak Adry" tebak Thea "Gue denger sih, enam bulan lalu dia pindah ke Kanada"

Baby menatap mata hitam lekat milik Thea, ating yang digunakan perempuan itu juga berayun ayun mengikuti pemiliknya

"Kanada?" Ulang baby

"Iya, gue gak tahu sih alasan pastinya kenapa, yang jelas dia ke Kanada" Thea menyesap kopi nya

Tangan Baby hanya memegangi pinggiran gelas tanpa mampu bergerak, dia menatap jalanan yang sudah ramai.

"Lo masih suka sama dia Beb?" Tanya Thea terdengar ragu

Baby menoleh, menatap mata hitam lekat itu. Semakin di tatap wajah Thea yang kecil terlihat lucu dan cantik.

Baby menggeleng "Enggak, gue cuman penasaran aja sama dia"

Dan dia bahkan tidak seberani itu untuk mengakui perasaannya, Baby tidak memiliki keberanian sebesar dulu. dia hanya bisa mencari kabar Adry melalui Thea saja, selebihnya, menanyakan kabar Adry pada Alan atau Pandu dia tidak akan melakukannya lagi

Baby pernah di cap sebagai gadis murahan, mungkin cap itu sudah luntur untuk Baby tapi akan tetap tegas ada di hati Baby. Bagaimana penilaian orang tentang dirinya pun Baby tidak tahu? Dan Baby sekarang terlalu memperdulikan penilaian orang dengannya

**

Baby memasuki rumah dengan penuh kekosongan. Kemana lelaki itu pergi, tanpa memberikan satupun pesan kepada Baby, di rumahnya Alan ,Pandu dan Baskara sedang main game, ada harapan untuk lelaki itu pergi kesini dan berkumpul dengan papanya.

"Udah pulang?" Tanya Rindu sambil membawa buah buahan ke ruangan Baskara.

Baby duduk di undakan tangga pertama, dia menatap sekeliling rumahnya. Matanya tiba tiba berair, Baby begitu merindukan Adry, lelaki yang selalu tersenyum dengan mata elang kesedihan.

Baby menyeka nya saat Baskara mendekati Baby. Lelaki itu tersenyum, dia ikut duduk di sebelah putrinya

"Jadi gimana Belanda?" Tanya Baskara

"Belanda bagus pa" Baby memainkan sepatunya

"Sekarang nikmati waktumu di sini sebelum kamu sibuk mendaftar kuliah" Baskara hendak berlalu tapi suara Baby membuatnya berhenti

"Pa, Baby mau nerusin di Belanda" ujarnya

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang