42. Penolakan Adry

3.2K 110 2
                                    

Adry memilih membawa Baby dan Ara segera pergi dari pada mulut Baby semakin lebar meladeni ibu-ibu itu. Sampai di depan mobil, Adry berdehem, cekalan tangan yang  sedari tadi menggenggam Baby terlepas.

"Ee maaf" kata Adry lirih

Baby mengangguk karena sejak dia sadar apa yang diucapkan didepan ibu-ibu tadi, dia langsung mengutuk mulutnya sendiri yang selalu berbicara seenaknya. Tanpa memikirkan terlebih dahulu

"Om kok bisa kesini?" Tanya Baby berusaha membuat dirinya sebiasa mungkin, meski sulit karena nyatanya Baby justru menghindari kontak mata dengan Adry

"Saya kira kamu tidak bisa mengambil rapot Ara" kata Adry dengan menatap Ara yang masih digenggam.

"Oh" Baby mengusap tengkuk "oh ya anak Om juara satu" kata Baby sambil nyengir bangga

"Oh ya" Adry berjongkok, mengusap rambut Ara yang saat ini anak itu tersenyum lembut kearah Adry.
"Mau hadiah apa dari papa?" Tanya Adry menggenggam bahu Ara.

Ara tersenyum "Mama" katanya menatap Adry dengan lembut

Adry langsung terdiam, diam-diam dia merasa teriris sendiri mendengar anaknya mengucapkan kata itu.

"Ara udah lama gak ketemu mama, Ara kangen Mama, kapan kita ziarah ke makam Mama pa?" Tanya Ara

Adry hanya tersenyum, lalu mengusap rambut anaknya "Besok sayang kalau papa udah gak sibuk, papa juga kangen Mama" kata Adry tulus

Baby hanya bisa menyaksikan keduanya, merasakan betapa menyakitkan tanpa mama, tiba-tiba dia jadi rindu Baskara dan Rindu.

"Oh ya, Ara mau hadiah apa dari Tante Bunda?" Tanya Baby yang ikutan berjongkok.

Ara langsung tersenyum, mengulum senyumnya sambil memikirkan hadiah apa yang dia inginkan dari Baby.

"Liburan Tante Bunda" kata Ara menggenggam tangan Baby seolah dia tengah berharap Baby akan mengabulkan permintaannya.

"Ara udah lama gak diajak papa liburan. Kita liburan bareng Tante Bunda. Tante bunda, papa sama Ara" kata Ara menatap ke Adry dan Baby bergantian.

Baik Adry dan Baby hanya bisa terdiam. Sungguh Baby bingung dengan jawaban apa yang pantas dia berikan untuk Ara. Menerimanya? Jika dia menerima apa Adry akan melakukan hal yang sama? Dan menolaknya? Tapi dia ingin pergi liburan. Sudah lama dia tidak liburan, itu karena si Baby punya nilai kecil.

"Papa bisa kan?" Tanya Ara yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari tadi.

Adry tersenyum "sayang, papa rasa Tante bunda gak bisa pergi berlibur sama kita, dia ___" belum selesai Adry berucap Baby langsung menyela

"Kata siapa, gue bisa kok" tukas Baby

Entahlah kenapa Baby menyela ucapan Adry sedangkan Baby tahu maksud Adry adalah menolak keinginan Ara. Setelahnya Baby justru menyesal mengucapkan kalimat itu.

"Tu kan pa, Tante bunda bisa kok" kata Ara

Adry menarik nafas, sungguh dia hanya tidak ingin semakin dibingungkan oleh perasaannya.

"Tapi papa rasa papa yang gak punya waktu kosong Ra" kata Adry.

Suasana jadi tidak enak, apalagi setelah Baby mendengar bahwa Adry jelas jelas menolak permintaan Ara, itu sama saja dia menolak pergi bersama Baby.

"Om gue pamit pulang ya" kata Baby

"Kenapa buru-buru?" Tanya Adry langsung menegakkan tubuhnya

"Tante bunda jangan pulang dulu, kita kan belum makan" rengek Ara sambil menggoyangkan tangan Baby.

Baby melepaskan ayunan tangan Ara. Dia tersenyum pahit.

"Gue lagi banyak urusan" kata Baby langsung pergi.

Adry hanya diam, padahal Baby berharap Adry mengejarnya atau setidaknya membujuk agar Baby tidak pergi.

**

Sampai dirumah, Baby menghempaskan tubuh didepan televisi. Menatap Rindu yang sedang membaca tumpukan buku.

"Maaa, mamaaaaa" Baby memeluk Rindu dari belakang.

Mama yang dipeluk tersenyum sambil mengelus punggung tangan anaknya.

"Ada apa?" Tanya Rindu

"Kita kapan sih Ma liburan, sekeluarga gitu. Perasaan Baby terkahir kita liburan pas Baby kelas satu" kata Baby menyandarkan kepalanya di punggung Rindu.

"Kalau itu coba kamu tanya sama papamu, yang susah buat liburan kan papamu"

Mendengar itu air mata Baby menetes, entahlah kenapa dia menangis hanya karena tidak liburan. Atau karena ucapan Adry tadi, karena penolakan Adry. Baby sesegukan sampai membuat Rindu melepaskan pelukannya dan menatap wajah anaknya.

"Baby kamu kenapa sayang?" Tanya Rindu khawatir.

"Baby pengen liburan" katanya

Baby mengatakan keinginannya itu sambil memikirkan Adry. Memikirkan lelaki itu saja bisa menumpahkan air mata dan membuat dada Baby sesak.

"Iya, nanti Mama coba ngomong ke papa" kata Rindu berusaha membuat tangis Baby tenang.

Bugh

"Aw" Baby mendongak keatas, melihat tas ransel yang penuh buku menimpuk kepalanya.

"Lo bego banget sih Ken" ucap Baby langsung menghapus air matanya

"Kenapa Lo nangis?" Tanya Ken tanpa wajah bersalah sedikitpun

"Ken jangan begitu sama adikmu" tegur Rindu

Ken melirik sekilas ke Rindu. Lalu menatap adiknya yang masih menghapus air mata.

"Lo tahu kan kita kembar" kata Ken dengan nada menaik "kalau elo nangis otomatis dada gue sesek, kita ini punya hubungan yang erat" tambahnya

Baby masih menghapus air mata, dengan bengis dia melirik Ken yang masih berdiri tanpa mau duduk disebelahnya.

"Gue tahu, tapi jangan nimpuk kepala gue asal asalan dong" teriak Baby memanas

"Kalau tahu jangan suka nangis, gue gak mau ya punya perasaan sedih tanpa tahu penyebabnya cuman gara gara elo" kata Ken dengan kasar "Kalau elo sakit, sakit aja sendiri gak usah ajak-ajak" tukas Ken langsung berlalu pergi.

"Gue juga gak mau kali ngajak elo sakit, kalau bisa gue aja yang sakit, emangnya gue mau jadi kembaran elo" teriak Baby sampai menggema di ruangan

Ken masih saja berjalan dengan santai menaiki tangga, seolah kata kata Baby tidak pernah ia dengar sebelumnya.

"Sayang udah" kata Rindu dengan lembut.

Rindu meraih tangan anaknya, lalu menyeka air mata yang masih tersisa di pelupuk

"Mandi sana, terus tidur, nanti kalau papa pulang, Mama akan ngomong ke papa tentang liburan" kata Baby menghibur

"Baby sebel sama Ken ma, emangnya salah ya kalau Baby nangis?" Kata Baby langsung memeluk Rindu

Rindu mengusap punggung Baby yang terkadang sebagai anak yang manis dengan manjanya, terkadang sebagai anak yang sering membuatnya khawatir dengan tingkah lakunya

"Mungkin kakakmu lagi ada masalah sama temennya, jadinya dia mudah emosi liat hal-hal yang sepele" kata Rindu

"Tapi kadang Ken itu suka marah gak jelas ke Baby ma, dia suka marah-marahin Baby tanpa Baby tahu kesalahan Baby apa" adu Baby

"Kakak mu itu gak bisa ngeluarin emosinya kecuali sama kamu, bahkan sama Mama pun dia gak pernah marah, selalu nurut apa yang Mama omongin" kata Rindu menerawang jauh "dia cuman bisa marah ke Baby, cuman bisa bentak-bentak ke Baby, jadi Baby harus ngertiin Ken ya"

Baby melepaskan pelukannya "maksud Mama, Baby ini bahan pelampiasannya si Ken?" Tanya Baby dengan tampang tidak menyenangkan.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang