29. Ara demam om

3.5K 116 0
                                    

Baby yang sudah puas memandangi Ara langsung tidur disebelah anak itu, dipeluknya tubuh kecil yang berada di sampingnya. Sedetik suhu keduanya berbeda. Tubuh Ara benar benar panas bahkan saat Baby mengguncangkan Ara untuk bangun, anak itu justru menggigil

"Ara bangun, badan elo panas nih" kata Baby mulai panik

Ara justru semakin menggigil hebat. Karena panik Baby menuruni tangga terlalu cepat hingga tersungkur pada tangga terkahir.

Bugh

"Dasar ceroboh" makinya pada diri sendiri, tumit Baby sedikit tergores, juga tumit tangannya. tapi langkah Baby semakin cepat menuju kamar Adry.

Dok dok dok dok

Tidak lagi terdengar tok tok karena Baby memukul pintu kamar Adry.

"Kamu tahu sekarang jam berapa?" Mata Adry menyulut marah

"Ara demam Om" ujar Baby dengan wajah panik

Mendengar itu Adry langsung bergegas naik keatas, tanpa memperdulikan Baby lagi, Adry langsung panik saat melihat anaknya menggigil diatas kasur.

"Sayang" Adry mengusap dahi Ara yang terasa panas

Adry mengambil termometer , mengukur suhu tubuh Ara terlebih dahulu. 45 derajat, itu suhu paling tinggi yang pernah terjadi, jika ini berlangsung lama maka Ara akan mengalami kejang.

Adry buru buru menyelimuti Ara dan menggendong keluar dari kamar, membawanya bergegas ke mobil

"Mau dibawa kemana om?" Tanya Baby ikutan panik

"Tolong ambilkan dompet dan kunci mobil" titah Adry

Adry berjalan sangat cepat, diikuti Baby yang langsung mencarikan dua benda seperti permintaan Adry. Setelah menemukan kunci mobil dan dompet, Baby langsung berlari.

Adry membopong Ara untuk tidur di kursi belakang, dimana paha Baby sebagai bantal, selimut bergambar hello Kitty itu membalut tubuh Ara.

"Dingin Tante" kata Ara lirih sambil menyipitkan mata

"Sabar ya, kita bakalan kedokter" kata Baby mengelus anak rambut yang menutupi wajah Ara

**

Setelah diperiksa dokter, Ara langsung dirawat dirumah sakit. Adry duduk lemas didepan brangkar anaknya, menatap Putri kecilnya yang lemas di balut selang infus. Ara nyenyak tertidur.

Adry menggenggam tangan Ara dengan begitu kuatnya, menatap lekat Ara yang bahkan tidak tahu jika ayahnya akan sekhawatiran itu pada dirinya.

Baby duduk tempat disamping Adry, sehingga dia bisa melihat wajah khawatir Adry. Melihat lelaki Duda berusia 40 an itu mengkhawatirkan anaknya.

"Setelah istri saya tidak ada semua nya terasa berat bagi saya" suara parau Adry terdengar mengisi ruangan yang kosong.

Baby menatap Adry dengan iba, bagaimana lelaki itu bisa menjalankannya peran ibu dan ayah dalam waktu bersamaan, itu benar benar terasa berat bagi siapapun.

Adry menunduk dengan ketakutan yang begitu jelas tergambar diwajahnya. Baby ingin memeluk lelaki didepannya ini tapi dia tidak mampu.

"Ara prioritas hidup saya saat ini, apapun akan saya lakukan untuk membuat dia bahagia" suara Adry tercekat ditengahnya meski begitu dia menyelesaikan dengan baik

Baby tahu, Adry tengah pura pura kuat, memerankan dua peran yang berbeda membuat Adry menjadi seseorang yang dingin, misterius bahkan keras kepala. Baby menarik nafas, tanpa sadar dia berjalan mendekati Adry dan mengusap bahu lelaki itu, berharap dengan usapan darinya Adry akan kuat.

"Ara pasti akan sembuh" kata Baby melemah

Adry bangkit, tersenyum ramah pada Baby dengan terpaksa

"Saya sudah meminta dokter untuk mengobati lukamu"

Begitu mendengar kata luka, rasanya beberapa luka lecet yang di derita Baby langsung terasa perih. Adry tahu saat dia membuka pintu untuk Baby tadi, mungkin dia mengabaikan luka Baby karena demam Ara.

"Besok pagi saya akan meminta sekretaris saya untuk mengantarkan kamu pulang" imbuh Adry langsung bergegas pergi.

Baby menatap punggung Adry yang kekar perlahan menjauh, rasanya ketika Adry meminta pulang terasa benar benar menyakitkan.

Baby duduk ditempat dimana Adry duduk tadi, dia tidak mengindahkan permintaan Adry untuk mengobati lukanya.

**

Baby terbangun ketika matahari menggenai kornea matanya, didepan sudah berdiri dokter beserta Adry yang tengah mengecek kondisi Ara. Gadis kecil itu masih tertidur pulas, mungkin efek obat tidur yang kuat.

Dokter pamit undur diri setelah mengatakan beberapa hal mengenai kondisi Ara. Disaat kepergian dokter suara berat Adry menggantikan suara dokter.

"Kamu tidak pergi sekolah?" Tanyanya

"Eh" Baby menoleh, bingung

"Gue mau jaga Ara aja om" katanya bersungguh sungguh

"Tidak perlu, Ara urusan saya, kamu pergilah sekolah dan lakukan apa yang menjadi urusan kamu" sergah Adry menatap lurus anaknya.

Baby masih berdiri kaku mendengar ucapan Adry. Rasanya ucapan itu terdengar menyakitkan dibandingkan terakahir kali saat dia meminta Baby untuk lekas meninggalkan rumahnya.

"Juga, saat kamu pergi sekolah, bereskan barang barangmu" kata Adry mencoba membuat suaranya terdengar baik baik saja

"Kenapa? Maksud gue kenapa tiba tiba Om nyuruh gue pergi?"

"Tiba tiba? Dari awal memang saya tidak mau menerima kamu dirumah saya" mata kemarahan Adry sudah menjelaskan semuanya

Baby terdiam, menahan tangisnya karena dadanya terasa nyeri. Ini sudah keterlaluan, rasanya sesak, menusuk dan membuatnya ingin menangis.

Tanpa berkata apa pun lagi. Baby langsung berlari keluar dari ruangan Ara. Berlari sekuat tenaganya, bahkan ketika dia sudah berada di rumah Adry pun, dia tidak menyapa bik Kar dengan hangat.

Membereskan barang-barangnya dengan isak tangis, merapikan apapun supaya tidak ada lagi yang tertinggal barang satupun

Baby menarik koper, jangan tanya lagi koper siapa yang dia bawa.

"Non kenapa nangis?" Tanya bik Kar yang membawa tas Ara, mungkin membawa beberapa setel baju Ara

"Pulang" jawab Baby dengan suara isak tangis yang sulit dihentikan
"Bilangin Om Adry, kopernya Baby bawa"

Dan setelahnya Baby menarik koper menuju taksi yang dia minta menunggu di teras. Taksi itu yang akhirnya membawa barang kerumahnya. Sampai disana pun bukannya berhenti menangis, tangisnya justru semakin pecah.

Baby mendorong pintu sekuat tenaga, tidak sadar pintu yang dibuka itu mengenai kepala Ken yang berniat membuka pintu dari dalam

"Lo" saat berniat memaki Baby, Ken justru melemah begitu melihat adiknya menangis.

Baby masih sesegukan oleh kata kata Adry yang terus terngiang di telinga, berputar putar mengatakan hal yang sama seolah Baby tengah memutar rekaman.

"Sayang kamu kenapa?" Rindu yang mendengar kegaduhan langsung menghampiri Ken.

Melihat Baby menangis, Rindu langsung memeluknya. Baby tidak menjelaskan alasannya menangis, tetapi dia semakin menjadi oleh pelukan dari ibunya.

Menangisi betapa jahatnya Adry yang meminta Baby pulang tanpa kata kata manis sedikitpun, padahal tidak menyangkal bahwa Baby berharap Adry sedikit bersikap baik padanya. Bagaimanapun Baby adalah teman Ara, apakah selayaknya Baby diperlakukan sekejam tadi.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang