25. bangkrut

3.5K 117 4
                                    

Didalam mobil keduanya sempat bungkam. Memilih menatap sekeliling, menatap gedung pencakar langit, menatap pejalan kaki, cafe cafe dan Pengandara yang berlalu lalang.

"Gue bukan anak yang lahir dari keluarga dengan latar belakang buruk" tukas Baby tiba tiba.

Adry menoleh, sekilas, lalu pindah pada setir mobilnya.

"Saya tahu" kata Adry lirih

"Terus kenapa Om nuduh saya dari keluarga buruk?"

"Itu kan hanya tebakan saya" Adry membelokan setir mobil.

"Tapi gue masih sakit hati asal Om tahu"

"Saya minta maaf" kata Adry menatap arah depan.

"Sekarang Om udah tahu tentang gue? " Babby menoleh, menatap kerutan di wajah Adry.

"Tadi saya sudah cek profil kamu, ayah kamu kerja di Araba grup?" Tanya Adry tanpa berniat menatap lawan bicaranya.

"Enggak kerja sih, tapiiiiii" Baby menjeda sebentar. Kalau dia bilang papanya pemilik Araba, apakah Adry akan memperlakukannya seperti ini, memperlakukan dengan perlakuan seolah Baby bukan berasal dari keluarga kaya.

Baby tidak suka perlakuan khusus, contohnya homeschooling atau membedakan jenis siswa karena dia pemilik yayasan.

"Bisa dibilang gitu, bokap gue kerja di perusahaan itu, tapi gajinya tinggi" ujar Baby menambahkan.

Adry tidak banyak menanggapi, buktinya lelaki ini hanya diam saja tanpa anggukan atau kalimat apapun lagi dari mulutnya.

"Kalau Om?" Kata Baby tiba tiba yang membuat Adry menoleh.

"Apa?" Tanya Adry

"Kalau asal usul Om gimana? Maksudnya gue pengen tahu cerita tentang hidup Om, apa kek, biar gue bisa tahu Om berasa dari keluarga baik baik atau keluarga buruk"

Baby menyandarkan kepalanya di sandaran kursi setelah mengatakan itu.

Adry terdiam, mungkin sedang menimbang. Perlukah dia menceritakan hidupnya atau dia diam saja sampai mobil ini berhenti di rumah.

"Saya?" Tanya Adry

Baby mengangguk, mengeluarkan ponsel dan memainkannya.

"Saya berasal dari keluarga baik baik, almarhum ayah saya seorang kepala desa, ibu saya adalah guru sekolah dasar" Adry memulai ceritanya dengan menatap arah depan seolah gambaran kenangannya terlukis disana.

Baby tidak menanggapi. Tapi dia mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Adry.

"Lulus Kuliah, saya memulai bisnis, pembuatan baju sekaligus distro. Saya mengumpulkan uang dari semester 1 juga beberapa uang yang dulu saya dapatkan dari bisnis kecil kecilan semasa kuliah" Adry tidak menoleh, atau enggan Baby melihat pancaran kesedihan dari mata Adry.

"Dua tahun dari bisnis distro saya, distro saya mengalami kebangkrutan, benar benar bangkrut, tapi Saya bersyukur karena saya memiliki tiga sahabat yang membantu saya bangkit dari keterpurukan itu" Adry menarik sudut bibirnya "mereka menginvestasikan uang dalam jumlah banyak, awalnya saya ragu menerima uang begitu banyak dari mereka bertiga"

"Temennya Om kaya kaya ?" Tanya Baby memilih mengalihkan pandangan dari ponsel

"Bukan lagi kaya, mereka pemilik perusahaan dan orang tua mereka pembisnis" Adry menatap Baby sambil tersenyum, hal pertama kali yang tanpa sadar diberikan pada Baby. "Tapi saya tidak menerima investasi dari teman saya"

"Kenapa? Itu kan bisa bantu usaha Om biar lebih maju lagi"

"Saya memutuskan menjual apa yang saya punya, dari distro, rumah, kebun bahkan saya juga menarik beberapa uang dari investasi kecil yang dulu sempat saya lakukan" Adry menghembuskan nafas "saya memutuskan membeli beberapa persen saham Sila yang saat itu Sila sedang masa masa suram nya"

"Oohhh yang beberapa miliar uang Sila di bawa kabur CEO nya itu, dan beberapa produk Sila gagal uji coba?" Tanya Baby memperjelas keadaan

"Yup, saat itu semua orang bilang saya terlalu ambil resiko. Teman teman saya, dan tak termasuk istri saya"

"Om udah nikah waktu itu?"

Adry menggeleng "masih deket sama istri saya tapi belum nikah" perjelasnya

Mulut Baby membulat membentuk huruf o tanpa disengaja.

"Setelah mendapatkan dua persen dari saham Sila, saya mulai bekerja di luar negri. Di salah satu cabang Sila. Saya mulai banyak memberi perubahan hingga tiga tahun setelahnya saya membeli 45% saham di Sila, dan sampai sekarang"

"Waw bravooo" Baby bertepuk tangan sambil geleng geleng.

"Jadi Om dulu dari orang miskin jadi orang kaya gitu?"

Mendengar kata miskin yang terceletus begitu saja tanpa penyaringan dari mulut Baby, Adry sontak menolah.

"Saya perjelas. Saya tidak miskin, saya berkecukupan" imbuh Adry geram

"Terserah Om lah gimana menyebutnya" Baby menyandarkan kepalanya "jadi Om udah lama tinggal di luar negri?"

"Sepuluh tahun sampai istri saya meninggal dan saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia"

Baby manggut manggut, mobil yang ditumpangi merek berhenti didepan pekarangan rumah. Ara sedang bermain dengan Seno diteras, ditemani bik Kar yang sedang menyapu lantai. Adry membuka pintu, begitu mata Ara melihat Baby keluar dari mobil, Ara lantas berlari dan memeluk Baby.

Seolah itu adalah mamanya, Mama yang baru tiba dari kerja. Baby menganggapnya hanya, yah kelakuan anak kecil yang senang temannya menginap dirumah.

"Ara kira Tante gak kesini lagi" katanya dengan mimik wajah sedih.

"Tadinya gitu, eh bokap elo jemput"

Baby lebih dulu masuk kedalam rumah, meninggalkan Adry yang sedang bermain dengan Seno, kucing kesayangan Ara. Sedangkan anak kecil itu menatap kepergian Baby dengan nanar, tapi selepasnya saat Adry memanggil pancaran matanya berubah bahagia.

Baby membanting tubuhnya dikamar Adry, sebuah kamar yang terasa dingin, dengan wangi mentol yang segar. Baby memainkan ponselnya, dia merindukan Baskara dan Rindu, sedetik saja kemudian dia menepis itu segera. Toh Baskara dan Rindu hanya memperdulikan Ken bukan dirinya.

Baby bergegas mandi dan mengganti pakaian dengan kaos santai. Dia pergi ke dapur, mencari makanan dari mesin pendingin dan melahap sesegera mungkin. Suara Ara yang tengah bercakap dengan Seno segera terdengar dibelakangnya, Baby menoleh, menatap anak itu yang sibuk bermain kucing.

"Tante" panggil Ara.

Baby menoleh sambil memakan buah. Buah itu yang nantinya akan dihancurkan oleh gigi tajam milik Baby.

"Nanti malam ajarin Ara ngerjain PR ya" pinta Ara dengan suara khas anak kecil yang manja.

Baby mengangkat jari membentuk bulatan tanda oke. Kemudian saat matanya melihat Ara menaiki anak tangga, Baby langsung menuju kamar Adry, membaringkan tubuhnya disana.

Klek

Baby menegakkan posisi tidur, melihat pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya kecuali dari Ken kakaknya. Mulut Baby menganga, begitu sempurna hanya saja tidak ada air liur yang keluar dari mulutnya. Melihat sebuah perut dengan kotak kotak yang terbalut handuk dibawanya, rambut basah.

Baby menelan Saliva dengan susah payah, berusaha membangunkan kesadarannya namun gagal.

"Kamuuu" begitu suara bentakan dari Adry yang lantang, langsung membangunkan Baby dan membuat gadis itu berteriak kencang.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, Om mesum ya, ngapain kesini" teriak Baby sambil menutup matanya.

"Keluar kamu sekarang" Adry kembali masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintu.

"Keluar dari kamar saya" teriak Adry yang menggema di kamar mandi.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang