66. Study Planing

2.9K 115 7
                                    

Baby datang kesekolah lebih pagi, Ken sudah merengek untuk cepat cepat ke sekolah, katanya dia piket. Sampai disekolah, untungnya Vio sudah duduk disana, dia tertawa cekikikan.

"Kesambet baru tahu rasa Lo" Baby meletakkan tas ransel diatas meja

"Kemana Lo kemren?" Tanya Vio mematikan tayangan YouTube nya

"Biasa" Baby duduk disebelah Vio

"Beb, dipanggil Bu Adel" Dina tergagap gagap saat menyampaikan pesan Bu Adel, kaca matanya terjatuh, dia menyembunyikan wajah dari rambutnya.

Baby tidak begitu menanggapi Dina, dia tidak berselera menggoda anak itu. Dilangkahkan kaki menuju ruangan segi empat yang luasnya hanya seperempat dari kamar Baby, juga banyak bunga yang di gantung menggunakan pot bekas minuman soda.

Baby membuka pintu tanpa rasa takut atau gugup sama sekali. Bu Adel dan Baby adalah dua orang yang tidak bisa disatukan bagaikan air dan minyak, Baby selalu tidak menyukai apapun ide yang di berikan Bu Adel, apapun itu.

"Baby kemarin kamu kemana? Kenapa tidak kesekolah ?" Bu Adel dengan kaca mata bulat dan catatan hitam mulai introgasi

"Kemarin saya ke ___" Baby menjedanya "Tempat teristimewa di jagad raya" kalimat itu diakhiri dengan cengiran

Bu Adel enggan menanggapi , dia menyodorkan kertas kosong berisi study planing.

"Kamu isi ini" titah Bu Adel "kalau sudah kasih ke saya, hari ini" ujarnya lagi

Baby menarik kertas itu dan langsung berdiri, dia menatap sekilas isinya. Baby tidak memiliki tujuan setelah dia lulus dari sini, sungguh dia tidak memikirkan apapun selain terkenal dan menjadi artis.

Dikelas, Baby hanya memainkan bolpoin tanpa mengisinya. Berkali kali dia berniat mengisi tapi diurungkan. Bahkan sampai jam terakhir, selembar kertas itu hanya ditatap Baby dengan nanar.

"Jadi Lo mau nulis apa?' Vio seperti cenayang yang bisa membaca pikiran Baby.

"Gak tahu, gue gak pengen kuliah" katanya

"Beb, bokap nyokap elo itu pendidikannya tinggi semua, masak anaknya gak nerusin kuliah sih"

Baby menyangga dagu di meja, dia menatap kertas itu. Baginya kuliah tidak penting, toh Baby bisa mencari uang sendiri dengan kecantikannya.

"Lo sendiri, emangnya udah selesai ngeplaning sekolah elo?" Baby justru tidak menanggapi kalimat Vio

Gadis berambut pendek, bertubuh kurus, dengan mata sipit, nyengir kuda.

"Gue ngambil psikolog, kalo nilai gue nyukupi gue mau masuk US, tapi kalau gak nyukupi paling ke kampus bokap elo" Vio kembali nyengir.

"Gak punya pendirian amat lo, katanya mau ngambil  Bahasa Inggris, kenapa jadi psikolog" Baby mengatakan kalimat itu sambil tetap meletakkan dagu diatas meja

"Yah gimana ya Beb, pilihan orang tua itu selalu bener. Siapa tahu kalau gue ngambil psikolog gue bisa sedikit bermanfaat buat orang lain" Vio menyangga kepalanya

"Heh" Baby menghela nafas "Gue gak pengen kuliah Vi" matanya begitu lemas menatap arah depan

"Beb, Lo pikirin matengateng deh, ini masa depan elo, apa kata orang tua elo kalo elo gak ngelanjutin sekolah" Vio berdecak

Baby memalingkan muka kearah Dina yang sedang memasukan buku kedalam tas ranselnya. Anak cupu itu pasti begitu senang kalau ada diposisi Baby, mempunyai harta berlimpah, cantik juga orang tua yang sayang kepadanya, poin plus yang dibutuhkan Dina mungkin kepopuleran. Saat mata Dina dan Baby bertatapan, Dina dengan gugup mengalihkan tatapan itu. Dina anak yatim piatu, dia dibesarkan oleh Kakek neneknya, masuk ke sekolah Araba adalah berkat luar biasa untuknya, Dina mendapatkan beasiswa, gadis itu juga rela menjadi budak anak anak hanya untuk bertahan disini.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang