63. Istri

3.8K 148 12
                                    

Baby menemui Adry lagi di kantornya dan seperti biasa lelaki itu berkutat dengan laptop tanpa memperdulikan hal yang lain.

"Ommm" begitu masuk kedalam ruangan suara nyaring Baby mampu menghentikan Adry.

"Kamu bikin saya kaget saja" komentar Adry lalu kembali pada pekerjaannya.

"Kenapa sih gak bales chat gue?" Baby menghentakkan kaki sambil naik keatas meja.

Adry berhenti sejenak dari rutinitas kerjanya, dia bersandar pada kursi. Memperhatikan lebih rinci lagi wajah gadis didepannya. Baby cemberut, wajahnya ditekuk.

"Saya sedang sibuk" jawab Adry memegang tangan Baby.

Gadis itu menunduk sambil memperhatikan kuku kuku Adry yang terawat. Kulit putih Adry ditekan tekan dengan kuku Baby.

"Masa sih gak bisa ngeluangin waktu buat ngebalas chat gue" Baby bercimbik kesal.

Ekspresi itu membuat Adry hanya bisa menarik nafasnya, dihembuskan secara kasar dari mulut Adry. Dengan kesabaran penuh Adry menatap wajah Baby dengan lamat. Kursi goyang ditarik Adry untuk mengapit kaki Baby yang sedang bergoyang.

"Saya benar benar sibuk" Adry menjedanya "biasanya kan kalau tidak sibuk saya nyamperin kamu" imbuh Adry

Baby terdiam "sebenarnya perasaan Om ke gue itu gimana sih?"

Adry seperti berhenti bernafas saat Baby bertanya seperti itu padanya. Hubungan? Memangnya haruskah seseorang memiliki hubungan diusia seperti ini. Bayangkan di usia hampir kepala lima Adry berpacaran, itu terdengar tidak masuk akal kan.

"Omm" Baby menggoyangkan lengan Adry untuk meminta jawaban

Dan yang bisa dilakukan Adry mendongak tanpa daya, dia tidak mampu menjawabnya, perasan Adry ke Baby tidak cukup untuk membuat gadis itu tetap disisinya kan?

"Saya" Adry menjedanya, dia enggan meneruskan, demi Tuhan , bagi Adry tidak penting sebuah pernyataan perasaan, bukankah selama ini hanya Baby perioritas keduanya setelah Ara. Sampai membuat lelaki tinggi semampai itu meluangkan waktu setelah pulang kerja hanya untuk menemui Baby.

"Apa? Apa perasan Om ke gue?" Baby mengulang kembali pertanyaannya.

Pertanyaan seperti itu benar benar menyiksa Adry, Baby terlalu kekanakan yang memerlukan sebuah pernyataan cinta dan sebuah ikatan hubungan
Sedangkan diumur Adry sekarang, dia tidak membutuhkan hal semacam itu. Semuanya tidak penting, yang terpenting bagaimana sikap Adry ke Baby.

"Baby, itu semua gak penting kan, yang penting bagaimana sikap saya ke kamu" Adry berusaha menjelaskan agar Baby tidak salah paham

"Gak penting?" Ulang Baby "Gak penting menurut Om tapi penting buat gue" Baby turun dari meja

"Gue harus tahu Om, perasaan Om ke gue itu gimana, selama ini gue yang selalu ngejar ngejar elo" tegas Baby

Adry mengacak rambutnya frustasi. Di usianya setua ini, Adry harus memikirkan mengenai biaya pensiun juga mencari rumah tua untuk dinikmati di ujung umurnya. Bukan memikirkan mengenai hubungan seperti ini.

"Apa sikap saya selama ini tidak jelas ke kamu" ujar Adry terdengar kesal

"Sikap? Oh sikap Om ngejelasin kalau Om gak suka sama gue" Baby menjedanya dengan pahit "itu ya yang Om maksud"

Baby langsung berlalu pergi, seperti dugaan Adry, gadis itu akan salah mengartikan arti yang dimaksud nya. Secepat kilat Adry berusaha menyusul kepergian Baby. Gadis yang dikejarnya masuk kedalam lift, Adry menengadahkan tangan ditengah lift yang hampri tertutup, mencegah agar lift tidak tertutup.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang