50. Perayaan kantor cabang

2.7K 126 10
                                    

Adry berdiri dengan setelah jasnya, amat sangat sempurna. Lelaki seperti dia tidak patut menyandang gelar Duda. Apalagi beranakan satu, sangat bertanggung jawab, namun harus kehilangan istri nya.

Adry tersenyum pada semua staf.

"Selama pagi" sapa Adry terdengar ramah.

Mau tahu bagaimana sikap Rike, perempuan itu berdiri dibelakang Adry, berlagak seperti nyonya Gerilbadry. Dan Baby tidak menyukai pemandangan itu.

"Sudah mendapatkan undangan saya?" Tanya adry kepada seluruh model dan staf

Mereka mengangguk, "saya harap kalian bisa datang ke acara itu, menyaksikan kejayaan Sila, bagaimana pun kalian adalah bagian dari Sila" kata Adry.

Diam diam, mata Adry mencari keberadaan Baby, dan saat bertemu dengan gadis itu. Adry menarik sudut bibir, setidaknya dia dalam keadaan baik baik saja dan pulang dengan selamat, meski tanpa alas kaki.

"Baik itu saja, silahkan lanjutkan pekerjaannya" kata Adry melirik arlojinya.

"Baby, bisa ikut saya sebentar?" Tanya Adry yang membuat mata Baby menatapnya.

Mau tidak mau dia harus pergi, dengan kesal tentunya. Bahkan wajah Baby selalu ditekuk. Adry membawa Baby kearah mobil, mereka tidak masuk hanya berdiri disamping badan mobil.

"Sepatu kamu" Adry memberikan paperbag berisikan sepatu yang tertinggal di vila Adry.

"Tas gue mana?" Tanya Baby terdengar cuek

"Tas?" Ulang Adry

"Iya tas gue, yang semalam gue bawa ke club" kata Baby terdengar cuek dan kesal

Adry menarik nafas lalu menyenderkan tubuhnya di badan mobil.

"Saya tidak tahu" kata Adry berniat membuka pintu mobil namun dicegah oleh baby. Bukan sebuah cekalan yang membuat Adry berhenti namun sebuah pelukan di punggungnya. Sejanak, Adry kesulitan menelan salivanya, tubuhnya terasa kaku, dia tidak bisa bergerak barang sedikitpun.

Dan begitu mendengar suara Baby menangis di punggungnya membuat bapak anak satu itu semakin kaku. Apa yang harus diperbuat Adry dalam keadaan seperti ini?

Adry berusaha mengatur nafasnya, sungguh, dia tidak bisa begini, kalau orang melihat mereka, orang akan mengira Adry sudah menggoda anak dibawah umur.

"Om" adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Baby. Dan Adry tidak mampu bergerak barang sedikitpun. Bernafas pun sulit rasanya.

"What are you doing?" Tanya Adry dengan susah payah.

Adry melapakskan pelukan itu, dia berbalik dan menatap wajah Baby yang menunduk. Tidak mungkin gadis ini menangisi Adry, atau apa dia memeluk Adry untuk menangisi lelaki itu?

Baby berdiri kesulitan menatap Adry, demi apapun, dia tidak ingin berpisah dengan Adry. Tidak mau dan tidak akan, rasanya begitu menyesakkan saat mendengar penuturan Rike mengenai perjodohan mereka.

"Baby" Adry sekuat tenaga mencoba menenangkan Baby meski seharunya yang ditenangkan itu adalah Adry karena rasanya lelaki itu terkena pukulan mental.

"Hey, Baby Arya Kaylovi" panggil Adry dengan nama lengkap Baby.

"Kamu kenapa menangis?" Tanya Adry.

Baby hanya bisa menjawab melalui hatinya, apakah Adry tidak merasa kalau ada percikan cinta didalam Baby?, ada biji cinta yang sudah menumbuhkan pohon kecil disana.

"Gue kehilangan tas sama HP gue, gimana gue gak nangis coba. Nanti gue gak bisa pulang, mana gue harus ngehubungi bokap nyokap gue" teriak Baby menggebu

Tidak , Baby tidak ingin mengucapkan kalimat itu, sesungguhnya dia ingin berkata bahwa dia tidak mau Adry menerima perjodohan dengan Rike , tidak ingin barang Adry pergi dari Baby.

"Ck" decakan itu nyaring terdengar di mulut Adry.

Dia kira gadis kecil didepannya ini menangis karena Adry. Ternyata hanya ponsel dan dompetnya yang sedang dia tangisi.

"Nanti saya Cari kan" kata Adry kemudian

Baby tidak kunjung diam, sampai tangan kekar Adry perlahan naik dan mengusap air mata itu. Entah dorongan dari mana rasanya Adry ingin memeluk gadis ini, namun sekuat tenaga dia menahannya.

"Saya banyak kerjaan, sana kerja, dagangan saya gak laku kalau kamu gak masarin" teriak Adry kemudian membuat Baby langsung menyeka air matanya.

Dasar laki laki menyebalkan, Bahkan saat Baby menangisi dirinya, dia bukannya memikirkan mengenai Baby, justru berpikir mengenai perusahaannya. Dengan kesal Baby berjalan menuju tempatnya semula.

**

Baby berguling diatas kasur dengan kesal, bagaimana dia datang ke acara pembukaan kantor cabang, sedangkan dia tidak membawa uang, dan dia juga tidak membawa gaun.

Tok tok tok

Suara ketukan dari luar membuat Baby berdiri malas, dia menguap sambil merentangkan tangan. Dibukanya pintu, Manik berdiri disana sambil tersenyum ramah.

"Eh, kok bisa tahu kamar gue?" Tanya Baby berdiri diambang pintu
Dalam keadaan seperti ini dia canggung, haruskah mempersilahkan Manik masuk atau berdiri di luar pintu saja

"Balikin tas Lo" kata Manik menyodorkan tas Baby.

"Oh, ada di elo, gue kira ilang" kata Baby mengerjap dengan bangga

"Kemarin calon suami elo ninggalin tas gitu aja"

Mendengar kata calon suami Baby menatap mata Manik sambil menaikan alis. Calon suami? Ah ada ada saja Manik ini

"Calon suami? " Ulang Baby tidak mengerti

"Iya, CEO Sila" ujar Manik memberitahu bawa orang yang dimaksudnya adalah Adry.

Sedetik, otak Baby berusaha mencerna kalimat Manik, lalu dia membulatkan mulut kebingungan. Apa? Adry mengaku sebagai calon suaminya. Kenapa bisa seperti itu sedangkan mereka tidak memiliki sesuatu hubungan sama sekali. Namun percayalah, Baby tidak sepenuhnya bingung karena dia justru tersenyum malu malu.

"Yaudah beb, gue mau cabut" kata Manik permisi

"Makasih ya, hati hati" kata Baby melambaikan tangan yang dijawab anggukan dari Manik.

Baby masuk kedalam kamar sambil tersenyum sesekali. Rasanya pipinya terbakar oleh ucapan dari Manik tadi. Apa benar Adry berkata kalau dia calon suami Baby.

"Ah Om Adry bisa aja" Baby berguling kesamping sambil menendangkan kakinya.

Kenapa dengan memikirkan Adry jantung Baby berdegup kencang begini. Mungkinkah dia menyukai Adry.

"Gak gak, mana mungkin gue suka sama dia, hey ayolah dia oom oom" kata Baby pada dirinya sendiri.

Tok tok tok

Sekali lagi, seseorang mengetuk pintu kamar hotelnya. Baby berdecak sebal, kenapa sih manusia di jagad raya ini tidak pernah mengijinkan nya diam bersantai.

"Siapa sih?" Tanya Baby dengan nada kesal

Begitu dia membuka pintu, yang dilihatnya begitu membuat jantung berdebar. Adry berdiri disana, menenteng paperbag.

"Saya tidak menemukan tas kamu" kata nya menyodorkan paperbag yang di bawa

"Apa ini?" Tanya Baby mengintip isi paperbag

"Itu ada handpone, gaun, sama beberapa uang cas" kata Adry hendak berlalu.

Baby masih melongo apa lagi melihat semua isi di paperbag yang begitu mewah. Astaga kenapa Adry melakukan ini hanya untuk Baby, repot repot membelikan ponsel padahal ponsel Baby sudah di kembalikan oleh Manik. Dan juga, gaun beserta heels, Baby menarik sudut bibir saat perlahan punggung kekar Adry bergerak masuk kedalam lift.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang