19. Tangisan Ara

3.6K 115 0
                                    

Baby tidak banyak bicara selama perjalanan pulang dari mall ke rumah Adry. Baginya tidak ada akhir hidup selain tidak memiliki kartu kredit, atm dan uang cash yang banyak. Uang cash Baby hanya tinggal dua ratus ribu, itupun receh semua, dan Baby paling malas dengan uang receh.

"Kamu ada masalah apa sama orang tua kamu?" Adry yang tengah menyupir mobil melirik Baby

"Berantem dikit aja" jawab Baby lemas

"Kenapa gak pulang aja, diselesaikan baik baik"

Sudah lama rasanya Baby tidak mendengar seseorang bercakap padanya dengan nada lembut tanpa memaksa. Dan Adry satu satunya orang yang baru dia dengar mengajaknya bercakap-cakap seperti itu.

"Gue gak mau balik. Sampe papa batalin homeschooling ngin gue" kata Baby ikut melemah

Baby menunduk, entah kenapa rasanya masalah homeschooling menjadi pukulan mental untuk dirinya, Baby tidak suka dikengkang, dibatasi ruang geraknya dan berada diruangan yang sama dengan orang yang sama selama berhari hari.

"Kalau begitu kamu bilang ke orang tua kamu , kasih tahu alasan kenapa kamu gak mau homeschooling"

"Udah Om, tapi papa tetep Keukeh, katanya biar Baby gak bandel"

"Mama kamu gimana? Biasanya salah satu orang tua akan membantu anaknya"

"Malahan ini ide Mama, Mama ku dosen Om, dan aku bodoh di sekolahan, jadi Mama merasa malu punya anak kayak aku" cerita Baby

"Gak ada orang tua yang malu punya anak sejelek dan sejahat apapun dia" Adry membelokan setir mobilnya "mungkin bagi mama kamu homeschooling satu satunya cara dia buat bisa memperbaiki sekolahmu" nasihat Adry bijak

Baby tetap menunduk saat mobil berhenti, air matanya tidak sengaja menetes. Adry melepaskan sabuk pengaman, tapi melemah saat mendengar suara isakan dari Baby.

"Saya cuman ngasih tahu sebagai orang dewasa yang kebetulan ada didekat kamu sekarang" ujar Adry melirik kearah Baby "hal hal yang kamu anggap menyenangkan di masa muda, gak selamanya baik untuk masa depan kamu, bisa jadi hal yang kamu anggap masa depan kamu ternyata mengantarkan kamu pada kegagalan yang terburuk"

Adry menarik nafas "saya juga pernah muda, dan saya juga pernah gagal. Jadi saya menasehati sebagai orang yang pernah berada di umur tujuh belas seperti kamu" nasihat Adry kemudian dia membuka pintu dan bergegeas pergi, meninggalkan Baby menunduk dengan tangisannya

Dari derap langkah Adry, ada rasa tidak enak yang tiba tiba menyelimutinya. Melihat Baby yang biasanya cerewet bisa menangis karena kalimatnya barusan membuat merasa sedikit tidak tega.

Ara menggendong Seno anak kucing berwana putih keabu-abuan mendekati Adry.

"Tadi seno pup" cerita Ara sambil menggendong Seno

"Pup dimana?" Adry langsung menyambut anaknya, bahkan ikut menggendong Seno dan mengelus kepala Seno.

"Di dekat kolam, tapi bibik Kar udah ngelap"

"Seno nakal ya, pup sembarangan" komentar Adry sambil tertawa.

"Ara udah mandi?" Tanya Adry

Ara mengangguk "udah dimandiin bibik Kar" kata Ara pergi sambil menggendong Seno

"Papa mau mandi ya, mainannya jangan keluar halaman rumah" pesan Adry.

Saat Adry masuk kedalam kamar, Baby muncul dari balik pintu dengan paperbag berisi belanjaannya. Dia meneteng dan membanting di sofa ruang tamu.

"Suka kucing?" Tanya Baby dengan nada seperti biasa

Ara mengangguk, meletakkan Seno diatas meja sambil dielus bagian kepala hingga leher

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang