74. Melangkahlah

3.2K 141 7
                                    

Baby selalu tergesa gesa melakukan banyak hal, seperti dia memutuskan kembali ke Belanda secepat mungkin. Dia tidak ingin bertahan terlalu lama di Indonesia, bayangan mengenai perlakuan orang enam bulan yang lalu masih terlintas di kepalanya. Juga, lelaki yang ditunggu tunggu sudah pergi dari Indonesia, Baby akan mencari obat untuk lukanya, mengobati luka itu sambil menunggu seseorang mendobrak hatinya.

Baby tidak akan memaksa jatuh cinta. Baginya jatuh cinta hanyalah membuat dirinya terluka, biar nanti dia menunggu jika ada seorang lelaki datang penuh keberanian dan menyatakan cinta padanya. Maka Baby akan membuka hati untuk lelaki itu.

Baby sudah berada di pesawat, dia akan mengambil jurusan bisnis, sedangkan Ken, lelaki itu tengah berjuang meminta restu Baskara untuk meneruskan hukum. Agak susah mebujuk lelaki yang hampir berkepala lima itu.

Mungkin Baby sudah terbang melewati beberapa negara selama kurang lebih empat belas jam, selama itu pula Baby sudah menulis rencana yang akan dia lakukan selama di Belanda. Pertama dia akan mendaftar ke universitas Leiden, tentu kali ini Baby tidak mendaftar karena nilainya bagus tapi karena Rindu yang hampir mendapatkan gelar profesor, juga mama nya sebenarnya di tarik untuk menjadi dosen di universitas Belanda karena Rindu lulusan Havard. Mempunyai orang tua lulusan kampus terbaik memang selalu menjadi jalan enak untuk anaknya mendaftar sekolah.

Kedua Baby akan melanjutkan les memasaknya, juga akan melakukan tour selama di Belanda, terutama untuk kota Amsterdam. Baby akan mulai mengenal kota itu, kota yang memiliki bangunan serupa, supaya Baby bisa hafal jalannya.

Barend si lelaki kelahiran Belanda yang sudah tua, membungkuk hormat ketika sudah bertemu nona nya. Lelaki itu sudah botak, dengan kacamata bening yang selalu merosot ke bawah karena hidungnya pesek, kata Barend saat ditanya kenapa hidungnya pesek, lelaki itu bilang dia memiliki darah campuran Indonesia, dulu saat ayahnya menjajah Indonesia.

"hallo mevrouw, hoe was uw vlucht?" Barend membenarkan letak kacamatanya, dan langsung menyeret koper Baby sambil menanyakan bagaimana penerbangan Baby.

"Het is hetzelfde sinds de laatste keer dat ik hier kwam"

Mereka tidak lagi mengobrol karena Barend paham nonanya tidak banyak mengerti bahasa Belanda, Baby selalu menggunakan bahasa Inggris jika di rumah.

Barend membawa Baby menuju rumah yang dihuni selama enam bulan, sampai disana rumah bercat putih itu masih saja sama bentuknya, tidak ada yang membuatnya istimewa. Sama seperti saat dia datang kesini, menatap pintu dengan tatapan paling menyakitkan yang berusaha dia rubah menjadi semangat lagi.

Baby menarik nafas, dia kira kemarin adalah terkahir kali Baby tidur dirumah ini, tapi sepertinya akan berubah menjadi hunian tetap untuk empat atau lima tahun lamanya.

**

"professor, my notes are lagging behind" Baby dengan tas ransel dan tangan penuh buku mengejar profesornya, lelaki bule dengan wajah penuh totol totol itu meninggalkan catatan tugas milik Baby.

"Oh, I'm almost there" profesor yang tingginya lebih dari Baby menepuk jidat lalu menerimanya.

Kemudian profesor yang mengajar Baby langsung pergi, gadis itu menghela nafas, selanjutnya Baby berjalan menuju perpustakaan, Baby memang tidak banyak menghabiskan waktu dikantin kantin, dia masih belum terbiasa dan tidak memiliki banyak teman disini. kebanyakan  orang asli Belanda yang mayoritas masih berfikir kolot mengenai Indonesia tidak begitu suka dengan Baby .

"hey Beb, what are you doing?" Suara Jame seorang lelaki asal Thailand yang gaya nya hampir seperti perempuan, Jame satu satunya orang yang ramah pada Baby, hanya dia, selebihnya Baby tidak terlalu akrab.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang