72. Vodelpark

3K 137 17
                                    

Baskara, Rindu, Ken dan keluarga Icha juga mengantarkan kepergian Putri mereka. Vio sepakat menemani Baby, gadis berambut pendek itu merasa Baby akan membutuhkan kehadiran seorang sahabat di Belanda nanti.

"Hati hati Lo, inget, jangan nangis, Lo tahukan kita kembar" Ken memperingati dan Baby hanya bisa tersenyum samar.

"Jangan lupa makan, jaga kesehatan, sebulan sekali mama akan ke ngunjungin kamu" Rindu mengelus rambut anaknya

Sekali lagi Baby hanya bisa tersenyum, setelah berpamitan mereka masuk kedalam pesawat. Menunggu benda ajaib itu membawanya terbang dengan harapan setelah pesawat landas di Belanda Baby akan segera lupa, tidak ingat lagi tentang Adry yang membuatnya tersakiti begini hebatnya.

**

Adry melamun, menatap pelataran perusahannya dari kaca lantai enam belas. Kehilangan Baby begitu membuatnya sesak, dia merasa telah kehilangan sesuatu yang seharusnya menjadi bagian dari dirinya.

"Ini data beberapa cabang Sila di luar negri" Sinta menyodorkan tablet kerja yang diminta Adry, lelaki itu hanya bisa mengangguk tanpa menatapnya.

Adry melihat langit yang tergambar cerah diatas, melihat kumpulan awan  putih yang hampir membentuk sebuah hati. Nafasnya begitu sesak saat memikirkan mengenai Baby, Adry sudah mendengar mengenai keberangkatannya ke Belanda, tapi dia tidak akan mencegah gadis itu pergi, itu sudah keputusan Baby, yang bisa di lakukan Adry hanya menunggu gadis itu pulang kepadanya

Adry berpegangan pada meja, kepalanya benar benar pusing, nafasnya ngos-ngosan.

Adry menatap data perusahaan yang diberikan Sinta, sebuah cabang Sila di luar ngeri, beberapa saham perusahannya tampak tidak setabil mungkin ikut tergoncang tentang berita dirinya. Hanya ada satu cabang perusahaan yang bisa dikatakan stabil dari angka harga saham.

Kanada, itu tempat dimana dulu dia menikahi istrinya , Adry memejamkan mata, merasakan kembali sayatan hati yang sempat sembuh lalu muncul lagi.

**

Di Belanda, Baskara sudah menyiapkan rumah yang akan dihuni Baby, juga dengan beberapa pelayan

"Beb, kenapa kita gak dari dulu kesininya" Vio menoleh kekanan dan kiri "sumpah gede juga rumah elo" ujarnya

Baby tidak menanggapi, menyeret koper menuju kamar yang sudah disiapi pelayannya.

Baby ingin merebahkan diri sebentar di kasur, hingga dia terlelap memimpikan dunia keinginannya. Tapi yang namanya kesenangan tidak akan bertahan lama, Vio sudah menggedor gedor pintu kamar.

"Apa sih?" Baby bersungut, memunculkan kepala dari balik pintu

"Jalan jalan yuk, ngeliat Belanda" Vio merentangkan tangan

"Lebay banget Lo" Baby berdecak "besok besok kan bisa" Baby hendak menutup pintu tapi ditahan oleh tangan Vio

"Beb, besok kita bakalan sibuk sekolah, Lo tahukan kita disemester akhir" Vio menghentakkan kaki.

"Please deh Vio, gue capek, pengen istirahat" Baby merebahkan tubuh diatas kasur

"Ayolah Beb, sekali aja" Vio menarik narik tangan Baby, meminta sahabatnya untuk berdiri

"His" Baby berdecak, akhirnya dengan paksaan dia berdiri mesti dengan setengah hati. Menuruti kemauan sahabatnya itu.

Mereka sudah berganti dan menaiki taksi yang akan membawa mereka ke Vodelpark, namun Vio tidak berhenti di Vodelpark tetapi didepan mal dekat dengan Vodelpark, dia ingin membeli beberapa pakaian katanya.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang