20. Organ tubuh

3.8K 119 1
                                    

Adry melirik kearah Baby ketika gadis mungil itu tidak lagi bersuara, matanya tertutup, berbantalkan meja dan gambaran yang setengah perpoles. Adry sedikit bingung, membangunkan Baby untuk memintanya pindah ke kasur atau membiarkan Baby tertidur disini.

Opsi pertama dia pilih karena memikirkan kondisi badan Baby ketika bangun esoknya. Adry menggoyangkan paha Baby menggunakan jari jempol kaki.

"Eh eh bangun. Pindah ke kamar sana"

Baby tidak bersuara. Justru bibir yang semula tertutup berkecap kecap. Adry memutuskan menutup dokumen dokumen. Dia memandangi wajah Baby, wajah tenang ketika tidur, bulu mata lentik, bibir tipis dan putih.

Sekilas Baby mirip dengan seseorang yang pernah dia temui atau hanya perasaan dari Adry saja. Tidak ada beban dari wajah Baby ketika tertidur, benar benar seperti anak SD yang kelelahan ketika bermain.

Adry mengguncangkan lengan Baby, dengan pelan supaya gadis itu tidak kaget ketika terbangun

"Bangun. Pindah ke kamar" pinta Adry.

Baby hanya mendesah, merubah posisi kepalanya ke sisi kanan. Adry gemas, menyisir rambut kebelakang lalu menggeram tertahan

"Woy bangun. Pindah ke kamar" kata Adry menggoyang goyangkan kepala Baby.

Bagaikan mayat hidup. Baby sama sekali tidak bergerak, suatu kebiasaan yang sulit untuk bangun ketika sudah tertidur. Dan hanya Ken lah yang bisa membangunkan Baby.

Adry memilih bodo amat dan naik ke kamar Ara. Merebahkan tubuhnya di ranjang yang lebih kecil dari ranjangnya. Adry memeluk Ara dari samping, mengusap wajah anak nya yang mungil. Ara lelap tertidur, memeluk guling dan Tedy bear bersamaan.

Wajah tenang Ara seperti wajah tenang Baby ketika tertidur. Seperti anak anak yang kelelahan seharian bermain. Dan itu mengganggu fikiran Adry, duda anak satu itu memutuskan untuk bangun. Dari anak tangga , Adry melihat Baby masih saja tertidur dengan posisi semula.

Terpaksa, Adry harus membopong tubuh gadis yang berat nya berton ton itu, dihempaskan keatas kasurnya lalu diselimuti dan ditinggalkan begitu saja dengan posisi kepala yang tidak diatas bantal

**

Seperti hari hari kemarin, bedanya Baby mendengkur lumayan keras diatas kasur king size kepunyaan Adry. Diatas sana tubuh langsing itu berguling dari sisi kanan ke sisi kiri, tepat pada sisi kiri tubuhnya terjatuh kelantai

"Duh" Baby meraih apapun yang berada diatas kasurnya, menarik selimut lalu menyelimuti tubuhnya diatas lantai.

Aroma nasi goreng yang dihasilkan dari dapur, berhasil membuat Baby mengendus endus, dia membuka mata perlahan. Melihat sekelilingnya yang benar benar asing.

"Achh, gue kan nginep dirumah duker" lirihnya

Baby bangkit keluar kamar dan duduk dengan malas diatas meja. Adry yang tengah menyantap nasi goreng pun terpaksa menghentikan kunyahannya.

"Tante bunda semalam gambarin Ara ini ya" Ara menunjukan gambaran L.O.L Baby semalam, dan hanya diangguki Baby dengan malas

"Eh ambilin gue minum dong" kata Baby meminta minum pada Adry.

Adry hanya menatap Baby tanpa bergerak sedikitpun, demi Tuhan, dia membenci siapapun yang memerintahnya.

"Manusia jaman sekarang punya kaki dan tangan tapi gak pernah digunakan" ujar Adry menyindir "mendingan kaki tangannya di sedekah kan ke orang yang gak punya kaki tangan, biar lebih bermanfaat"

Mendengar itu Baby menegakkan kepalanya, mengusap rambut, dan membuka mata lebar lebar

"Enak aja, organ tubuh gue masih berfungsi semua"

"Tapi tidak berguna" Adry kembali mengunyah nasi goreng yang tertahan di mulut

**

Ara lebih dulu berangkat dengan bus jemputan pagi. Baby mengantarkan anak kecil itu naik kedalam bus ditemani Adry dari belakang.

Saat bus sudah berjalan menjauh dengan sekali hentakan, Baby langsung berlari dan masuk kedalam mobil Adry. Lelaki yang hampir berkepala lima itu menatap tingkah Baby dengan heran

"Nebeng Om, gue kan gak punya duit buat bayar ongkos taksi" kata Baby sudah duduk rapi di kursi pengemudi

Adry hanya menyikapi dengan tarikan nafas berat.

"Nanti kamu pulang kan?" Tanya Adry disela sela dia menyetir mobil

"Gak tahu, kalau bonyok gue ngebatalin homeschooling, gue bakalan balik"

Baby menatap ponselnya, melihat postingan teman temannya terbaru, mengetik pesan dilayar keayboard dengan lincah

"Turun" titah Adry.

Baby menoleh kekanan dan kiri, tidak sadar kalau dirinya sudah berada didepan gerbang sekolahan.

"Nanti jemput gue ya, biasanya gue balik jam tiga sorean" titah Baby seolah yang di ajak berbincang adalah sopirnya

"Saya ingatkan agar kamu tidak ngelunjak, saya ini Rama Degestra Gerilbadry, CEO Sila Grup, jangan main nyuruh saya seenak jidat kamu" tekan Adry penuh penekanan.

Baby tersenyum garing. Lalu memajukan bibirnya "terserah deh Om"

Saat tangan Baby mendorong pintu mobil, dia tahan sebentar untuk menoleh Adry.

"Makasih semalam udah mindahin tidur gue" kata Baby tulus kemudian berlalu pergi.

Adry hanya memandangi kepergian Baby dari dalam mobil, dengan keheningan yang seketika membuatnya merasa aneh. Padahal sebelum belumnya hening seperti ini sudah menjadi hal biasa untuk Adry.

Melihat Baby dengan riang memasuki gerbang kemudian menoleh dan melambaikan tangan, seolah sedang melihat masa lalunya, masa lalu bersama istri.
Adry tidak ingin hanyut dalam ingatan itu. Dia buru buru memacu mobilnya untuk pergi.

Sedangkan Baby, dia terus melintasi koridor tanpa kekhawatiran apapun. Sampai di kelas dia duduk, memeriksa uang uang receh yang sudah dikumpulkan dalam tas nya. Menghitung berapa jumlah uang yang dia punya saat ini.

"Tumben ngitungin uang receh" rupanya Vio juga baru tiba dikelas, dia meletakkan tas dan duduk disebelah Baby.

"Biasa lagi misqueen" kata Baby menyebutkan kata miskin bernada

"Lo beneran kabur dari rumah?" Tanya Vio yang sudah gatal untuk mengungkit persoalan kemarin

Baby mengangguk, melebarkan uang sepuluh ribuan dan menyusunnya dengan uang dua ribuan.

"Papa sama Mama lo gimana pas tahu Lo semalam gak pulang?"

"B aja" kata Baby cuek

"Heh. Gak mungkin lah Beb, gue kenal bonyok Lo. Pasti dia udah nyariin elo ke ujung dunia"

Baby berhenti menghitung uang receh nya "duit gue tinggal seratus tujuh puluh delapan ribu lima ratus rupiah nih" Baby menunjukan tumpukan uang receh beserta koin pada Vio

"Terus kenapa kalau duit Lo tinggal segitu? Mau minta gue?"

"He he, Lo kan satu satunya temen gue yang paling baik" ujar Baby langsung mengusap usapkan kepalanya di lengan Vio

"Jelasin dulu secara gamblang permasalahan kemarin" kata Vio mendorong kepala Baby untuk menjauh

"Bentar dulu" Baby menyimpan uang nya di dompet "mau mulai dari mana? Ruang BK atau dari gue kabur?" Tanya Baby

"Terserah deh"

Bersamaan dengan berhentinya ucapan Vio, Ken masuk kedalam kelas bersama dengan Yoshua, membawa kotak bekal berwarna merah muda yang ada ditangannya.

"Vi, bisa minta waktu sebentar sama Baby gak?" Tanya Ken tanpa duduk didepan Baby, dia berdiri tegak.

"Oh iya bisa bisa" Vio buru buru berdiri lalu pergi dari kursinya

"Tinggalin gue di kelas sama Baby ya, hanya berdua"

Kalimat dari Ken itu seolah meminta Vio untuk mengusir teman sekelasnya, dan hanya menyisakan Baby dan Ken didalam kelas

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang