37. Senyuman

3K 108 1
                                    

Adry dan Baby masih duduk bersisian. Sejak kepala Ara sudah berada di pangkuan Adry, sedari Ara menutup matanya karena mengantuk.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya Adry dengan sedikit canggung.

Baby menoleh, lalu tersenyum sekilas "Ya gitu lah gak ada perubahan"

"Masih sering bolos?" Tanya Adry dengan senyuman hingga deretan giginya terlihat.

Demi apapun, Baby merasa jantungnya bergetar, pasokan oksigen menipis. Adry tersenyum ke arahnya, dengan senyum semanis itu.

"Uhuk uhuk" Baby sampai tersedak air liurnya sendiri.

Aneh ya, tidak minum bisa tersedak. Baby langsung memukul dadanya. Menghilangkan sedekan. Entah dari mana keberanian Adry datang, tangannya terulur mengelus punggung baby. Membantunya menghilangkan sedakan.

"Ada apa?" Tanya Adry was was

"Gak gak gue gak papa" jawab Baby mengibaskan telapak tangan

"Saya tidak tanya kamu baik baik saja atau tidak, tapi saya nanya ada apa?" Pertegas Adry

"Sumpah ya, ni Om Om nyebelin banget sih, masih mempermasalahkan jawaban" batin Baby kesal

"Ihh" Baby langsung menyingkirkan tangan Adry "Gak usah mesum ya Om" katanya

Adry geleng geleng mendengar itu, dasar aneh.

"Kalau tidak mau saya bantuin tidak apa apa" kata Adry pedas

Baby memutar mata malas, lalu berniat bangkit. Dia akan pergi, mungkin menyusul Rindu atau mengganggu Ken yang entah sejak tadi dia sibuk apa. Baby akan melangkah, tapi tangganya dicekal lembut oleh Adry, seolah Adry memintanya untuk tinggal. Begitu lembut.

Baby menoleh, mata mereka bertatapan, tidak lama karena Adry yang menyadari tingkahnya langsung menarik tangan .

"Ada apa?" Tanya Baby dibuat secuek mungkin.

"Tenang. Tenang, jangan kebawa baper" batin Baby menenangkan detak jantungnya.

"Mau kemana?" Tanya Adry sudah mengalihkan arah pandang.

"Gue?" Maksud Baby, apakah Adry bertanya padanya atau tidak

Mendengar itu Adry langsung menoleh, melirik Baby dengan lirikan tajamnya "Kayaknya disini cuman ada kamu dan saya, " kata Adry jengah

"Santai aja dong Om matanya"

"Kamu mata mata in saya"
Maksud Adry Baby mengumpati nya

"Astaga, susah ya ngomong sama Om Om, kolot banget" cibir Baby masih berdiri melipat tangan.

"Hmm" Adry berdehem "kamu mau kemana?" Ulang nya dengan pertanyaan yang belum dijawab Baby.

"Mau kedalam, dingin disini" kata Baby mengusap lengan tangan.

"Tungguin saya" kata Adry sudah membenarkan tubuh Ara. Dia merapikan pakaian Ara dan menggendongnya. Meletakkan kepala Ara dibahu.

Baby melongo saat mendengar permintaan Adry untuk menunggunya. Maksudnya tuh, Adry minta ditunggu, tapi kenapa. Hanya itu yang selalu berputar di otak Baby. Seorang Rama Degestra Gerilbadry meminta untuk ditunggu, benarkah yang di dengar Baby barusan.

Meski begitu Baby masih berdiri menunggu sampai Adry sudah berdiri dengan menggendong Ara.

"Sepertinya kamu berasal dari keluarga kaya" kata Adry dengan suara lirih.

Baby menoleh Adry lalu mengusap tekut lehernya. Agak canggung berjalan berdua begini, biasanya mereka berjalan dengan saling mengekori tidak beriringan.

"Ya gitu deh" jawab Baby asal asalan.

"Yang saya ketahui dari acara ini, dikhususkan untuk para pengusaha yang sukses sukses" kata Adry melangkah sedikit pelan agar langkah Baby dan dia mampu beriringan.

Baby hanya menanggapi dengan senyuman, jujur sih soal membahas mengenai kekayaan dan harta keluarganya, Baby sedikit tidak nyaman. Baginya seperti membahas harta orang lain, karena Baby tidak merasa memiliki harta itu, Baby tidak ikut membangun perusahaan yang sudah diwariskan kakeknya itu.

Sampai di tempat berlangsungnya pesta, Baby dan Adry masih saling berdiri bersebelahan. Tidak melangkah barang selangkah pun, berdiri disamping pintu masuk.

"Saya permisi dulu ya, mau pamitan sama keluarga bapak Jef Alandra" pamit Adry menatap mata Baby dengan teduh.

Ditatap seperti itu, membuat Baby gugup. Ada aliran listrik yang menjalar di tubuhnya, seperti meminta para kupu kupu menerobos masuk melalui perutnya.
Baby mengangguk, memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan. Rasanya tenggorokan nya kaku.

"Hati hati dijalan" kata Adry berpesan sambil berjalan pergi.

Baby menatap punggung kekar lelaki itu dari kejauhan. Rasanya ditinggalkan Adry terasa aneh, bagaimana ya menjelaskan. Baby masih ingin saja berbincang banyak dengan Adry. Membicarakan apa saja deh, berdebat bila perlu.

"Baby" suara seseorang membuat Baby menoleh.

Didapatinya Manik berdiri dengan setelah kemeja rapi. Dia tersenyum sambil membawa segelas jus.

"Disini juga?" Tanyanya

"Eh Manik" Baby tersenyum meski tidak lebar "iya nih, ngikutin bokap" katanya

"Oh iya. Bokap Lo yang punya perusahan pertelivisian dan jasa periklanan itu ya?" Tanya Manik terdengar sedikit formal

Baby memutar matanya jengah, bisa tidak sih tidak membicarakan harta kekayaan orang tuanya.

"Ya gitu deh" kata Baby malas menanggapi lebih "Bdw, Lo kesini sama bokap atau datang sebagai pacarnya Lydia?" Tanya Baby

Manik tersenyum "sama bokap" katanya

Baby mengangguk paham, lalu melangkah maju dan memakan roti diatas meja. Meminum jus tanpa menanggapi keberadaan Manik lagi.

"Beb, balik yuk" ajak Ken tiba tiba dari arah samping

"Banci amat lo, jam segini ngajak balik" cicit Baby pada Ken.

"Bacot banget sih, balik tinggal balik" kata Ken kejam.

Mata Ken melirik arah Manik dengan tatapan kebencian. Entah ada masalah apa mereka sebelumnya.

"Mama sama papa ikutan pulang gak?" Tanya Baby

"Enggak kita pulang duluan" Ken sudah tidak sabar, menarik tangan adiknya untuk segera pergi meninggalkan Manik yang tersenyum miring.

"Gue cabut duluan ya" Baby berdada kearah Manik yang hanya dibalas dengan anggukan.

Sampai di depan tempat acara, Ken melepaskan cekalan tangannya. Dia menatap sekeliling, tengah mencari sesuatu.

"Nah itu, Kang Adi" tunjuk Ken pada mobil sedan warna putih

"Lo udah ngomong ke papa Mama belum, gue gak mau ya karena masalah ini gue jadi diomelin" cerocos Baby

"Kapan sih gue pergi gak bilang mereka" Ken sudah masuk kedalam mobil tanpa menyahuti reaksi kekesalan dari Baby.

Baby masuk kedalam mobil tanpa banyak suara, sebenarnya dia pulang lebih cepat tidak menjadi masalah, toh disana tidak ada yang istimewa lagi.

"Lo kenal Manik?" Tanya Ken tiba tiba

"Kenal, kenapa kalah ganteng ya elo" kaya Baby melirik ken yang sedang memainkan ponsel

"B aja" jawab Ken sudah mulai cuek

Baby tidak lagi menanggapi, menatap ponselnya yang sedang sepi. Lalu memikirkan Adry yang sudah memenuhi otaknya. Bahkan selama perjalanan, hanya Adry lah yang selalu terlintas dipikirannya.

First Love Duda (Squel BARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang