Awal untuk Satria

8.6K 190 6
                                    

Suara dentuman musik yang begitu keras membuat Satria beberapa kali menyernyit, terkadang ia memijit pelipisnya ringan, ia tak terbiasa berada dalam situasi seperti ini, berada di kelab malam kalau bukan karena ulang tahun sahabat SMP nya, sudah dipastikan Satria menolak hadir.

"Gila si Danu, ultah ditempat kayak gini!" Satria berbicara pada Raka.

"Apa?" Tanya Raka dengan mata menjelajah mencari wanita seksi untuk memanjakan matanya.

"Si Danu, ngapain ultah ditempat kayak gini!" Ucap Satria sedikit berteriak.

Raka terkekeh, "oh ya bagus lah! Jadi kan kita bisa cuci mata!" Jawab Raka sambil menoleh ia menarik turunkan alisnya.

Satria berdecih, memilih kembali fokus pada ponselnya memainkan games apa saja untuk mengusir bosan, sementara beberapa temannya yang lain sudah berbaur dengan lautan manusia dance floor.

Raka menepuk pundak Satria, memberi isyarat mata pada seorang gadis yang kini berdiri dihadapannya, gadis dengan pakaian bunga-bunga setengah paha yang bagian atasnya hanya menggunakan tali spaghetti saja.

"Hai.." sapanya dengan sedikit serak, Satria yakin gadis itu tengah mabuk. Fokusnya terbagi saat melihat teman-teman gadis itu malah asyik menyuraki walau samar-samar yang bisa didengar Satria

Tiba-tiba saja, Satria merasakan benda kenyal menempel di bibirnya juga bau alkohol yang merambat di hidungnya. Satria terpaku, ini ciuman pertamanya. Ciuman pertamanya dengan orang yang tidak ia kenali.

"Itu ciuman pertama gue." Ucap cewek itu setengah oleng yang nyaris tersungkur jika Satria tak menahannya. Lalu mata mereka bertemu Satria bisa melihat dengan jelas wajah cantik dari gadis dihadapannya ini.

Seperti halnya Satria, gadis itu menatap mata Satria, walau ia hanya mampu melihat samar-samar seseorang yang ada  dihadapannya karena efek alkohol yang begitu dahsyat melanda dirinya, "mata elo bagus, gue suka."

"Sorry ya temen gue baru pertama kali mabok." Ucap salah satu gadis yang tak kalah seksi, Lalu gadis itu diseret dan menghilang dari pandangan Satria.

"Edan, mas Satria sudah tidak polos lagi!" Pekik Raka yang sama kagetnya. Satria mendengus, persetan dengan ulang tahun Danu, yang ia pikirkan sekarang hanya ingin pulang saja.

°

Satriameminum air mineral yang ia beli sesaat sebelum keluar kelab, sambil menghempaskan tubuhnya pada jok mobil dibelakang kemudi. Saat air itu sudah habis Satria meremas dengan kasar botolnya lalu membantingnya ke jok belakang.

Entahlah, mood Satria mendadak buruk, rasanya ia ingin menendang apa saja yang ia bisa tendang, tapi rasanya terlalu sayang bila ia harus menendang mobil yang baru dua bulan papanya belikan.

"Elo deh yang antar dia pulang." Karena pintu mobil belum tertutup, Satria masih bisa mendengar percakapan sekumpulan orang yang ada didepannya, mungkin ada sekitar enam orang disana.

Satria memicingkan mata saat melihat seorang gadis yang sama persis dengan gadis yang baru saja mencuri ciuman pertamanya.

"Gila! Gue mau pulang ke kosan Raden masa iya cowok gue harus nampung dia juga?"

"Terus ini anak gimana?"

"Lo sih! Ngapain di cekoki segala, ni anak kan ga pernah mabok!"

"Udah deh tinggal aja, bentar lagi dua sadar!"

Mata Satria membelalak saat teman-teman gadis itu membawanya ke salah satu selah mobil parkiran dan membiarkannya gadis itu sendirian, mereka semua pergi dengan mobil masing-masing tanpa peduli apa yang terjadi pada gadis itu.

Itu ciuman pertama gue.

Mata Lo bagus, gue suka.

Sial! Satria mengeplak kepalanya sendiri, bagaimana bisa suara cewek itu bisa terngiang di telinganya?

Seketika bayangan adiknya melintas begitu saja, bagaimana mana jika adiknya diperlakukan seperti itu? Bagaimana jika hal itu terjadi pada adiknya?

Satria menggebrak dasboard cukup keras lalu keluar dari mobil, menghampiri gadis asing yang sepertinya harus ia tolong. Satria semakin terbelalak melihat gadis itu sudah tidak sadarkan diri dengan penampilan yang Satria akui membuat dirinya tak bisa memungkiri karya Tuhan yang begitu indah.

Bagai mendapat angin segar, Satria mendengar dering telepon dari tas gadis itu, membuat ia berlutut dan menarik gadis itu untuk duduk menyangganya dengan paha lalu mengambil ponsel itu.

Papa..

Satria menelan ludah, mulai bimbang apakah ia harus mengangkat atau tidak? Bagaimana bila malah nanti dia yang disalahkan?

"Abel dimana?"

"Maaf pak, saya dengan security kelab XYZ, saya melihat putri bapak mabuk lalu ditinggal oleh teman-temannya, bisa bapak kesini sekarang?"

Satria menjauhkan teleponnya karena tiba-tiba saja sambungan terputus, Satria bersyukur menemukan kunci mobil dalam Sling bag gadis itu, saat memencet remote Satria menghembuskan nafas karena mobil gadis ini terparkir cukup jauh, dengan terpaksa Satria melepas jaketnya dan menutupi paha gadis itu kau menggendongnya dengan ala bridal style.

Sampai di mobil Brio putih, Satria mendudukkan gadis itu di kursi penumpang samping kemudi, membuka sedikit kaca lalu menyimpan kunci mobil di dasbord mobil, Satria menarik kembali jaketnya, lalu menoleh pada gadis itu.

"Sial! Kenapa gue sepeduli ini?" Gumamnya pada diri sendiri, akhirnya Satria mengatur kursi agar gadis itu bisa duduk dengan nyaman dan menyelimuti gadis itu dengan jaketnya.

Sesaat Satria terpaku pada kedua bibir merah muda yang tipis itu, ia tersenyum samar, "gadis yang malang." Ucapnya lalu pergi menuju mobilnya.

Satria kembali masuk kedalam mobil lalu menjalankan mobilnya dan berhenti tepat diseberang mobil gadis itu, menunggu beberapa saat rasanya tidak masalah, sepuluh menit berselang seorang pria yang masih menggunakan piyama turun dari sebuah motor, setelah membayar pria itu segera mengecek mobil gadis itu, rasanya peduli Satria sudah cukup sampai disini karena setelahnya Satria segera menjalankan mobilnya untuk kembali pulang.

Diperjalanan Satria memegang setir dengan tangan tangan kiri sementara tangan kanannya mengusap bibir bawahnya, "bibir Lo juga manis, gue suka."

°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang