Raja 2

1.3K 65 3
                                    

Tentang Shira

°

Raja dan Yumna sedang duduk diruang TV, tapi bukan TV yang mereka lihat melainkan ponsel mereka masing-masing.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Kak!" jawab mereka bersamaan.

"Abang itu mobil siapa?"

"Pacar Satria."

"Pacar? Kok bisa? Motor Mas gak ada kok." jawab Noval sambil clingukan.

"Kan mas anter pacarnya pulang, nah gue yang bawa mobil ceweknya."

"Terus?"

"Besok gue bawa lagi deh ke sekolah."

Noval mengangguk lalu menyambar yoghurt dihadapan Yumna, membuat Yumna melotot kesal, "kakak kebiasaan minum yoghurt ade!"

Noval hanya terkekeh lalu berjalan menuju kamarnya, mengabaikan Yumna yang cemburut berat. Membuat Raja menepuk puncak kepala Yumna ringan. Gerakan iti terhenti saat ponsel Raja berdering.

"Assalamualaikum Mas?"

"Bang Mas pulang malam ya."

"Mau kemana?"

"Anterin Belinda, Mamanya Shira masuk rumah sakit."

Nafas Raja seakan tercekat, lagi perasaan itu menyergap hatinya. "Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit daerah."

Raja terburu mematikan sambungan teleponnya, ia menyambar jaket yang kebetulan tersampir disofa dan menarik kunci yang tergantung. Mengabaikan Yumna yang melihatnya dengan terkesima, Raja begitu saja keluar dari rumah.

"Abang!" teriak Yumna, "Abang jangan pergi sendirian!" yunda berteriak lagi.


"ABANG!!!!" Terbaik Yumna histeris, berusaha mengejar Raja yang sudah keluar gerbang yabg kebetulan terbuka.


"Non, kenapa?" tanya pak Beben yang baru saja keluar dari samping rumah.

Yumna mengabaikan itu, ia terus berlari sambil meneriakan nama abangnya itu.

°

"ABANG!"

Pria yang baru saha turun dari mobil bersama salah seorang temannya mengerutkan kening.


"ABANG JANGAN PERGI!"

Teriakan itu membuat Vano kembalikan badan, matanya menyipit saat melihat Motor yang melintas lalu seorang gadis tergopoh-gopoh berlari mengejar motor itu

"Yan Cabut!"

Yansen teman Vano yang segera memasuki mobil, "kenapa Van?"


"Cewek gue.." Vano tidak melanjutkan kata-katanya tapi Yansen paham betul, prioritas Vano adalah Yumna setelah orang tua dan Kaina.


Vano menginjak gas dalam saat sudah melintasi gadis itu, tidak peduli mobilnya yang melintang dijalanan komplek.


"Yumna.."

"Bang Vano." Yumna segera berhambur ke pelukan Vani, gadis itu sudah menangis tersedu.

"Abang pergi, aku takut.."

"Kita susuk Raja, kamu tenang dulu."

Yansen tahu diri untuk memberikan satu botol air mineral dan berpindah duduk ke kursi belakang.


Vano menuntun Yumna untuk duduk dan membuka air minum.


"Ayo bang cepet."


Vano mengangguk dan segera melesat menyusul Raja. Yumna bergerak gelisah setiap sudut ia teliti dengan benar, sampai matanya memandang seorang pria yang duduk ditrotoar samping motornya dengan gemetar.

"Abang Raja!" tunjuk Yumna yang hendak membuka pintu.

"Wussss!" Vano segera menarik tangan Yumna sedang Yansen dengan susah payah menarik pintu. "Bahaya Sayang!" tegur Vano cukup keras sambil terus memegang tangan Yumna. Setelah benar-benar berhenti barulah Vano melepas cekalannya itu.

"Abang!!!!!!!" Yumna berlari menuju Raja lalu memeluk lelaki itu, "Tenang Bang, ada Yumna, Bang Vano sama Bang Yansen disini."


setelah mendengar dan merasakan kehangatan yang Yumna berikan Raja badan raja berhenti gemetar hanya saja wajahnya terlihat pucat.

"Abang minum dulu."  Yumna memberikan air untuk Raja yabg sudah dia minum setengahnya dan terus ia peluk selama dimobil.

Dalam hati Raja merutuki ketololannya, karena dia adiknya sampai begitu cemas, memang dirinya sangat tidak berguna.

°

Akhirnya Raja, Yumna dan Vano sampai dirumah sakit, disana mereka melihat Satria seorang diri dilorong ruangan kelas tiga.


"Shira mana?"


Satria mengerutkan kening melihat rombongan itu datang, "loh kok pada disini?"


"Shira mana?" ulang Raja.


"Didalem bang sama Belinda. ranjang ujung."


Raja masuk begitu saja kemudian ia menahan nafas saat melihat ruangan yang begitu pengap, diisi oleh banyak sekali pasien dan terhalang hanya dengan gorden saja, setiap penjaga diberi kursi tukang baso, pasti sangat pegal rasanya. Ada juga yang mengampar dibawah ranjang.


"apa ga sebaiknya dipindahin aja Ra?"

"Abel, gue gak mungkin ngeluarin uang, lo tau sendiri gue disini gratisan."


Bukannya Belinda tak mau membantu, tapi Shira mengancam akan memusuhinya bila Belinda ikut campur.


"Tapi ibu lo harus segera di Oprasi Ra, nunggu jadwal dari rumah sakit ini lama banget."


"Abel, kalau gue mampu gue pengen, tapi buat makan minggu depan aja gue masih bingung."


Kedua gadis itu terdiam, Raja yang sedari tadi berdiri dibalik gorden menutup matanya ia mengepalkan tangan guna menahan rasa yang begitu menyiksa dirinya.


Akhirnya, Raja memutuskan keluar ruangan untuk menelepon seseorang. Namun Baru saja Raja menutup teleponnya, teriakan Belinda membuat Raja semakin tertekan.

"Mas Satria, ibunya Shira kejang-kejang."


°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang