Tamparan Tak Kasat Mata
°
Belinda masih terus menangis bahkan setelah satu jam mereka pergi meninggalkan rumah.
"Bebe.."
"Aku mau turun disini mas."
"Kamu mau kemana dulu."
"Mau pergi." Jawab Belinda datar.
Satria langsung menepikan kendaraan yang diibaratkan Belinda agar ia segera keluar. Namun gerakannya tertahan oleh gerakan Satria yang menahan tangannya.
"Mau kemana?"
"Ak.. aku mau pergi jauh. Mama bener mas gak pantes sama aku."
"Kenapa kamu ngomong gitu?" Satria menekan amarahnya, ucapan Belinda benar-benar menyentil egonya.
"Karena Rahma yang pantas untuk mas."
Satria melepaskan tangannya dari Belinda, tidak baik berbicara saat mereka sedang begini. Satria sedang tidak baik-baik saja karena Tante Ayu berani sekali mengatur hidupnya, sementara Belinda sudah jelas.
"Mas pelan!" Pekik Belinda saat Satria menyetir dengan kecepatan tinggi lalu berbelok begitu saja kedalam sebuah kawasan apartemen yang sudah Belinda kenali.
"Turun!" Titah Satria membuat Belinda bertambah takut. "Ikut."
Belinda memeluk tasnya erat, melihat sisi lain dari Satria yang baru ia kenali.
Sementara seseorang melihat mereka melintas lalu menghela nafas, lagi-lagi Satria membiarkan mobil mewahnya melintang dengan posisi terbuka. Ia segera menelpon bos besarnya.
"Pak, mas Satria di apart."
"Bersama seorang gadis?"
"Ya sepertinya mereka bertengkar."
Pio mengerutkan kening tapi ia mengabaikan fikirannya sendiri, "awasi gadis itu apalagi saat tidak bersama putra saya."
"Siap pak."
°
Blam!
Suara pintu yang dibanting kasar membuat Belinda berjengit kaget, ia sampai mengusap dadanya pelan.
"Minum!" Satria menyodorkan satu air mineral yang sudah tanpa tutupnya.
Lalu mereka duduk berhadapan disofa. Satria masih diam, nafasnya terus memburu lalu lelaki itu memilih bersandar disofa dan menutup mata dengan sebelah tangannya.
Belinda masih memeluk tasnya dan berada dalam mode siaga.
"Be, mas gak suka kamu ngomong kayak gitu." Ucap Satria datar dan dingin masih dalam posisinya.
Belinda meringkuk takut, debaran dijantungnya menggila, sakitnya bertambah banyak. Kenapa jadi begini?
Satria menarik nafas dalam mengatur emosinya, ia begitu marah pada Ayu karena ucapannya dan Belinda malah berkata demikian Satria merasa tidak diinginkan. Namun dirinya tiba-tiba menagak dan memandang Belinda yang duduk meringkuk disofa, matanya terpejam degan air mata yang merembes tapi tanpa suara.
Lelaki itu mengusap wajahnya, Belinda dalam mode sakit hati harusnya ia yang lebih paham untuk menenangkan gadis itu. Bukan malah ikut menyakiti gadisnya.
Satria beranjak dan duduk disamping Belinda mengambil tas gadis itu dengan paksa dan menyimpannya dimeja. Ditariknya Belinda kedalam dekapan hangatnya.
"Maafin mas sayang."
Tiga kata yang Satria ucapkan membuat Belinda menangis dengan suara, ia merasa bersalah.
"Mas kelepasan, mas gak maksud kasar atau marah sama kamu. Mas cuma gak bisa kontrol emosi."
Belinda hanya diam.
"Kamu tau? mas rasanya pengen nonjok Tante Ayu waktu dia ngomong kayak gitu sama kamu tapi kakak nahan mas dan saat kamu ngomong kayak gitu hati mas kerasa sakit, mas ngerasa kamu enggak mau berjuang sama mas."
"Aku mau mas, aku sayang sama mas. Aku sayang banget justru aku ngerasa gak pantes diperjuangkan. Mas lihat bahkan orang yang ngelahirin aku aja gak mengharapkan aku kan?"
Satria mengecup beberapa kali puncak kepala Belinda, "tapi rasanya mas gak bisa hidup tanpa kamu. Ayo berjuang bersama Be.."
°
Ayu memasuki kamar Rahma, kamar keponakan yang begitu ia sayangi sebab orang tua gadis itu tidak berada disini dan ia adalah keponakan kesayangan Coki dan Ardian yang artinya harus harus dia sayangi juga.
"Sayang..."
"Tante! Tante liat kan tadi? Satria udah punya pacar dan dia temen aku. Aku gak suka!" Rengek Rahma.
"Tante juga, Tante udah bilang sama anak sialan itu kalau dia gak pantes untuk Satria."
"Serius Tan?"
Ayu mengangguk lalu mengelus Surai cokelat Rahma, "tapi tadi mereka berdua pergi!"
"Tenang sayang, kita lakuin pelan-pelan. Kalau Satria gak bisa ninggalin gadis itu, biarkan gadis itu yang meninggalkan Satria dan Satria akan berakhir dengan kamu."
"Tante dukung aku?"
"Apapun itu."
Rahma memeluk Ayu dengan senyum culasnya. Gak semua hal bisa Lo miliki Belinda!
Ayu keluar kamar dan kini Ardian yang masuk, padahal ia baru sampai rumah beberapa menit lalu.
"Gimana habis ketemu Satria?"
Rahma meninju dada Ardian, "Lo bohong kan? Lo bilang cewek itu udah jadi milik Lo, Lo bilang cewek itu uda pisah sama Yaya, mana buktinya mereka ada dirumah keluarga Andrew."
Ardian mengepalkan tangan, Belinda bebal!
"Ardi! Gimana sama gue!"
"Tenang gue bakalan buat mereka berpisah sesuai apa keinginan Lo, gue sayang banget sama Lo Ma. Sepupu kesayangan gue."
Rahma memeluk Ardian, "Lo akan ngelakuin apapun demi gue kan?"
Ardian mengangguk dan senyum Rahma begitu mengembang.
Mereka lupa bahwa urusan mereka bukan hanya dengan Belinda saja tetapi dengan keluarga besar Andrew.
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Satria
Teen FictionKisah tentang anak kembar. Langsung baca aja biar gak penasaran.