Raja 20

908 57 5
                                    

Janji

°

Shira begitu menikmati perjalanan kali ini, semilir angin menghembuskan wangi parfum Raja, wangi Raja masih sama, perasaannya juga masih sama. Yang berbeda adalah status cowok itu.

Raja memarkirkan motornya disalah satu mini market membuat Shira turun dari motornya, "mau beli oleh-oleh buat Tante?"

Shira menggeleng, lagi dia tersenyum. Kenapa senyum Mulu sih Ra? Gue takut khilaf!

"Nyokap gue lebih suka bunga sekarang."

Raja mengangguk, melirik sekililing yang masih sepi, "tunggu bentar, gue beli air dulu ya."

Shira berdiri disebelah motor Raja ia memainkan ponsel, lalu melirik pada dalam minimarket, Raja sedang mengantri dan terus menerus menoleh kearah dirinya.

"Minum?" Tanya Raja memberikan minuman pengganti ion tubuh yang sudah dibuka tutupnya. Shira menegak ya, setelah ditutup Raja merebut minumannya dan dimasukan kedalam tas yang ia simpan didepan dada.

"Yuk? Mau beli bunga dimana?"

"Nanti aja udah Deket rumah mama."

°

Shira lagi-lagi tersenyum memeluk buket bunga mawar pink didalam dekapannya, bunga yang begitu indah. Bibirnya terus berucap mengarahkan Raja menuju rumah mamanya.

"Parkir disini aja, Ja." Raja memarkirkan motornya disalah satu ruko kosong, lokasinya cukup jauh dari keramaian. Lelaki itu tidak bertanya saat Shira melangkah memasuki salah satu gerbang, bukan gerbang perumahan disebelah kanan tetapi gerbang sebuah pemakaman disebelah kiri.

Membuat Raja berhenti melangkah, Shira yang terus berjalan berbalik saat merasa Raja tidak mengikutinya, ia melihat sorot mata lelaki itu yang tidak terbaca. Shira tersenyum lalu kembali untuk menggenggam tangan Raja.

"Yuk, Ja."

Mereka menyusuri makam yang berderet rapi, lalu tiba pada salah satu makam, dengan nisan yang membuat hati Raja begitu ngilu.

Sri Yuliati

Sri? Mama Shira?

"Mam..ma.." sapa Shira bergetar, gadis itu menyimpan buket bunga mawar diatas makam mamanya. "Mama apa kabar? Lihat Shira bawa siapa?"

Shira berjongkok lalu membersihkan makam mamanya dari rumput liar, membuat Raja mengikuti kegiatan Shira sampai makam itu bersih dan justru terlihat indah dengan buket bunga diatasnya tidak ada lagi rumput liar yang tertanam.

"Mama.. Shira datang sama Raja, ini permintaan mama kan? Bawa Raja ketemu mama?

Maaf ya ma, Shira gak bisa janji waktu itu tapi yang penting Raja udah disini ya?"

Shira mengusap sudut matanya, "Ma.. Shira kangen."

Mata Raja memerah, ia memandang Shira yang masih menunduk, "halo Tante, apa kabar? Ini Raja. Anak bodoh yang Tante selamatkan hidupnya."

Shira memandang Raja, "sebelum mama gak ada mama titip salam buat Lo, katanya jangan salahin diri Lo dan gue gak boleh benci sama Lo karna ngelamatin Lo dulu adalah pilihan dia."

Raja mengangguk sambil tersenyum pada Shira, senyum kesakitan yang bisa Shira rasakan. Keduanya sama-sama diam.

"Maaf ya Ma Shira baru bisa kesini lagi, Shira rasa Shira gak akan pernah kuat liat mama kagak gini tapi berkat keinginan mama bawa Raja kesini buat aku jadi berani." Semenjak mamanya meninggal Shira tidak pernah menangis, sebab mamanya mengatakan dirinya tidak boleh cengeng.

"Mama Shira kangen, Shira sendirian ma!" Suara Shira naik satu oktaf gadis itu berjongkok dan menenggelamkan kepalanya dikedua pahanya.

Raja mendekat dan menarik Shira kedalam pelukannya, "kamu gak sendirian Ra."

Hanya isakan yang dibalas oleh Shira, setelah sekian lama Shira bisa mengendalikan diri, ia merenggangkan diri dengan Raja.

"Maaf ya ma, Shira nangis." Ucap Shira sambil terkekeh. "Udah ya ma, Shira pulang dulu. Nanti Shira bakal kesini lagi sendirian."

Raja terkesiap lalu menarik tangan Shira untuk menggenggamnya, "Tante jangan khawatir, Shira gak sendirian ada Raja disini. Raja janji bakalan jaga Shira selayaknya Tante menjaga anak kesayangan Tante yang tumbuh menjadi gadis yang begitu membanggakan."

Seketika janji Raja membuat hati Shira menghangat ada perasaan bahagia yang membuncah, membuat Shira merasa tidak akan pernah sendirian. Keduanya lupa, lupa karena euforia janji Raja.

Lupa bahwa ada hati lain yang harus Raja jaga juga.

Sampai mereka berdua pulang dengan Shira yang memeluk pinggang Raja erat, keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka. Tolong biarkan Shira bersandar pada punggung tegap ini walau ia tahu ini salah tapi setidaknya untuk kali ini saja.

Kebersamaan mereka membuat Raja lupa bahwa ponselnya dari tadi bergetar, Airin meneleponnya dan mengirimkan puluhan chat pada ponselnya karena Calista saat ini tidak baik-baik saja.

°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang