Satria 51

1K 66 3
                                    

Tempat Kembali

°

Belinda turun dari motor matic yang Elma kenakan untuk mengantarnya pulang, gadis dengan rambut ekor satu dan kaca mata yang bertengger di hidungnya itu tersenyum pada Belinda.

"El makasih ya." Ucap Belinda lemah.

"Sama-sama kak."

Belinda memandang Elma kabur, mungkin efek menangis dan benturan yang begitu keras membuat kepa Belinda berkunang-kunang.

"Gue gak tau lagi caranya beterima kasih sama Lo, cuma Lo yang peduli sama gue tadi."

Senyum Elma luntur, ia merasa kasian minat Belinda. Walau ia memiliki Satria tapi gadis itu memiliki sedikit teman perempuan.

"Boleh aku jujur kak?"

"Hmm?"

"Aku udah merhatiin kakak dari lama, soalnya kakak mirip banget sama almarhumah kakak aku, walau dia lebih tua tapi wajah sama namanya sama, Berlinda." Jawab Elma sambil menunduk.

"Oh ya?"

"Lo boleh kok anggap gue kakak Lo."

Elma terlihat senang, sedang Belinda semakin merasakan pandangannya kabur.

"Gue masuk dulu ya?"

"Oke kak, selamat beristirahat." Elma menyalakan mesin motornya lalu berlalu dari hadapan Belinda.

Belinda memasuki rumahnya, kepalanya berdenyut nyeri efek terbentur, banyak menangis dan shock berat membuat kondiri gadis itu parah. Belinda tidak pernah menyangka Ardian berkata seperti itu dan Satria akan separah itu saat marah, Belinda jadi takut sehingga ia mengabaikan pesan dan telepon cowok itu.

Belinda masih berdiri didapur dan meminum segelas air putih tiba-tiba saja pintu rumahnya terbuka dan tertutup lalu munculah sosok Satria disana, biasanya Belinda begitu menyukai kehadiran Satria namun kini Belinda merasa terkejut dan ketakutan, ia mencengkram gelas dalam genggamannya.

"Bebe.." Satria memandang gadisnya khawatir ia bergegas menghampiri.

"Stop! Berdiri disitu!" Satria tercekat dan menghentikan langkah.

"Bebe.."

"Lo siapa?"

Mata Satria membola, ini kekasihnya lupa ingatan? Atau bagaimana?

"Maksud kamu apa, sayang?"

"Balikin mas gue!"

Satria menipiskan bibirnya ia paham sekarang.

"Balikin gak! Siapa Lo yang udah merasukin mas gue? Lo hantu sekolahan atau hantu jalanan yang merasuki mas gue? Jawab!" Sentak Belinda membuat Satria menghela nafas namun tetap melangkah maju.

"Jagan Deket gue gak mau?" Kaki ini Belinda mundur dan malah menabrak kitchen set dibelakangnya, "Lo siapa?"

Satria tepat berada dihadapan gadis itu dan Satria bisa melihat dengan jelas wajah pucat dan ketakutan dari gadisnya.

"Sayang maaf." Satria menggenggam tangan Belinda, gadis itu menunduk melihat gengamam tangan Satria, gengamam yang masih sama hangatnya. Pandangannya naik menatap Satria.

"Takut." Cicitnya lagi membuat Satria memejamkan matanya.

"Ini mas Sayang." Satria menarik Belinda kedalam dekapannya.

"Takut mas." Jawab Belinda memeluk Satria erat, "takut."

"Iya maaf."

"Jangan kayak gitu lagi mas, aku takut. Mas kaya orang kesurupan."

Satria terkekeh lalu mengangkat Belinda dan mendudukannya diatas kitchen set. Saat ini posisi Belinda lebih tinggi dari dirinya.

"Maafin mas, Ardian udah lecehin kamu dan mas gak suka."

Belinda diam, kata-kata Ardian kembali berputar diingatannya.

"Jangan percaya mas, aku gak pernah ngapa-ngapain sama dia. Tadi juga Raka keburu Dateng nolongin aku."

"Mas percaya makanya mas marah banget sama dia." Jawab Satria sambil menyisir rambut Belinda yang berantakan, keduanya terdiam cukup lama.

"Udah tenang?"

Belinda menyernyit, "harusnya aku yang nanya gitu sama mas. Kenapa mas tadi ninggalin aku?"

Satria memilih nyengir lalu menggendong Belinda menuju kamarnya dibandingkan ia menjawab dan membuat gadisnya marah.

°

"Rakaaaaa!" Belinda membuka kamar inap Raka laku tersenyum malu saat melihat wanita paruh baya menatap pada dirinya. "Eh, Tante."

Belinda maju lalu menyalami wanita paruh baya itu. Dahlia tersenyum manis pada Belinda, "siapa ini?"

"Belinda Tante."

"Pacar Raka?"

"Eh, mama jangan ngomong gitu nanti macamnya marah!" Jawab Raka.

Tak lama Satria masuk kedalam ruangan Raka.

"Tante.." panggil Satria yang langsung memeluk Dahlia, "apa kabar?"

Dahlia mengulum senyum, paham macan siapa yang putranya maksud.

"Gak baik-baik aja waktu denger anak ini babak belur."

Belinda menunduk, "maaf Tante gara-gara nolongin aku Raka jadi gitu."

"Dih pede banget Lo?" Potong Raka.

Belinda melotot lalu berjalan ke samping Raka, "elo kan tadi bilang jangan main-main sama gue, pacar sobat Lo terus Lo suruh gue pergi apa itu bukan belain?"

Raka memutar bola matanya, "terserah!"

Satria menatap Raka dan Belinda sambil menggelengkan kepalanya, ia salah jika harus cemburu pada Raka.

"Satria lama gak disini?" Tanya Dahlia.

"Lama Tan, malah aku yang mau jagain dia."

"Ga apa-apa? Tante harus pulang sekarang Qila dirumah sama Om gak mungkin juga anak sekecil itu dibawa kesini."

"Tenang Tante nanti Belinda jagain juga anak Tante, kalau ngamuk nanti Abel suntik penenang."

"Sialan Lo fikir gue gila!"

"Ya udah, terima kasih ya Satria sama pacar Raka." Goda Dahlia.

Satria nampak kalem tapi Raka sudah belingsatan, "mama!"

"Iya mama lupa nanti macannya marah."

"Siapa yang ngomong gitu Tan?"

"Tuh!" Dahlia menunjuk Raka dengan dagu dan bergegas mengambil tasnya, "mama pulang dulu ya."

Raka ingin mengumpat mamanya pergi begitu saja setelah membuat masalah.

°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang