Raja 16

896 60 7
                                    

Reuni

°

Rencananya setelah Raja mengantar Calista pulang, Raja akan segera menuju apartemen kembarannya, Hm... Memangnya kembarannya itu mau ngasih kejutan apa ya?

Padahal hari ulang tahun mereka kan masih lama?

"Airin udah dikosan?" Tanya Raja ikut turun dari motornya.

"Kayaknya udah." Jawab Calista, masih berharap Raja mengucapkan, 'masuk gih, ganti baju kita kumpul ditempat Satria.'

"Ya udah, ada yang mau dibeli lagi diluar? Biar sekalian aku anter."

Pupus sudah harapan Calista, lagi Calista tersenyum pada Raja.

"Udah kok Ja."

"Ya udah kalau gitu, aku pergi dulu ya. Bye!" Raja mengangguk lalu menaiki motornya, memakai helm tanpa perlu repot-repot melirik Calista yang masih setia berdiri dipagar kosannya.

Hati gue kok sakit ya?

°

"Gue ngerasa salah tempat deh." Dara mengikut Nowela yang berjalan bersamanya, sementara Tiur berjalan bersama Shira, dan Belinda bersama Satria didepan. Sebab entah mengapa Satria dengan sigap memapah Belinda saat wanita itu meringis.

"Asli, apalagi gue. Gak pernah gue ngebayangin masuk ke apartemen mewah kayak gini, kayaknya kalau gue masuk sendirian bisa dikatain pencuri saking terpananya."

"Kayaknya Shira nutupin sesuatu deh." Ucap Dara lagi yang entah mengapa bertepatan dengan Shira yang menoleh kearah mereka lalu tersenyum tipis. Membuat keduanya salah tingkah.

Akhirnya mereka masuk kedalam salah satu unit bahkan hanya ada empat unit dilantai ini.

Mereka berdecak melihat bagian dalam apartemen ini, hah rasanya ingin bertukar peran dengan Belinda saja. Tapi mereka masih berfikir Belinda dibuat seakan-akan meninggal saja, author serasa diteror apalagi bila peran Belinda diganti. Belinda seperinya sudah memiliki ruang bagi oembaca6 setia cerita ini.

"Kamu duduk disini dulu, biar aku bawain salep." Ucap Satria yang masuk kedalam kamar dan keluar lagi membawa sekotak tempat obat.

Shira dan ketiga temannya masih diam melihat bagaimana Satria mengangkat celana Levis Belinda sampai ke lutut lalu mengoleskan salep. Tiur sampai mengigit kukunya saking gemas.

"Aku tiduran dulu dikamar, kalian ngobrol dulu."

What? Kamar? Tiduran?

Ketiganya saling pandang membuat Belinda terkekeh.

"Kaget ya? Aku sama mas udah nikah kok."

"What?"

Lagi Belinda terkekeh, "nikah muda, bukan karena MBA, malah sebelum nikah aku sama mas LDR."

Shira diam, ia menunduk merasa tidak pantas berada didekat Belinda, ia mengaku sahabat tapi pergi begitu saja.

"Kayaknya kita pulang aja deh Belinda." Pamit Dara kaku.

"Kenapa? Kalian gak seneng temenan sama gue ya?" Jawa. Belinda sedih.

"Engga kok bukan gitu." Bantah Nowela cepat.

"Jangan ngerasa gak enak, aku mau berteman juga sama temennya Shira, Shira kan sahabat aku."

Shira mengangkat wajahnya, menatap Belinda penuh dengan permohonan maaf.

"Jadi sebenarnya kalian ini bersahabat?"

"Iyap, bahkan mungkin kita jadi sodaraan ya Ra. Aku sama mas dan kamu sama Abang, Raja."

Perkataan Belinda membuat ketiga gadis itu terjungkal.

°

Raja bersiul memasuki apartemen Satria dengan iseng ia membawa pulpen dan membuat guratan panjang disepanjang jalan menuju Unit Satria, saat sampai didepan pintu Satria membuang pulpen itu lalu mendorong pintu setelah menaruh jempolnya pada mesin.

Raka dan Nova yang berjalan dibelakangnya menggelengkan kepala, kelakuan anak tertua keluarga Andrew ini memang sulit ditebak.


"Mas, Lo puny--" pertanyaan Raja menggantung diudara saat melihat ada lima orang perempuan yang sedang mengobrol lesehan dilantai, tapi ia lebih tertarik pada satu orang, satu orang yang ia tatap dengan sejuta kerinduan.

"Shira?"

Raja mendekat membuat Shira merasa mengerdil ditempatnya, Raja telah banyak berubah dan itu membuat dirinya takut, takut perasaannya yang belum lagi malah semakin berkembang, perasaan suka bercampur sakit hati yang teramat dalam. Jarak mereka saat ini hanya terhalang oleh sebuah sofa aja, membuat Raja sedikit menunduk dan menatap Shira lekat.

"Kangen."

Ucapan Raja membuat ketiga teman Shira mengap-mengap.

°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang