Lupa
°
Satria membiarkan wajahnya terbasahi oleh air yang mengalir dari keran westafel toilet, ia mencengkram erat ujung westafel berwarna putih gading itu.
Ingatannya terlempar pada sosok Ardian, Ardian sahabat terbaiknya melebihi Raka dan Juan dulu. Ardian yang selalu mengerti dirinya dan selalu siap menjadi tameng. Tapi semuanya berubah karena Nova.
Lalu Satria teringat oleh Raka, Raka yang paling pencinta cinta damai, Raka yang sering melerai kalau mereka akan berkelahi, Raka yang lebih memilih mengomel dibanding adu jotos, Raka yang kemampuan bela dirinya memang jauh dibawa Ardian, Juan apalagi dirinya. Tapi kenapa sampai Raka terkapar dihajar Ardian?
Lalu Juan, Juan yang menelponnya tapi tiba-tiba saja ikut adu jotos bersama Ardian.
Semuanya rumit, semua terpecah hanya karena kesalahannya dulu, membiarkan Nova bersujud padanya ditengah lapang dan membiarkan dirinya dicap menjadi lelaki tidak punya hati karena meninggalkan Nova begitu saja tanpa mau mendengar alasan. Juan membela Ardian dan Nova dengan alasan mereka khilaf dan Satria harus mendengarkan penjelasan mereka. Satria egois hingga hubungan mereka merenggang.
Lain hal dengan Juan, Raka lebih memilih tetap bersama Satria, menemani lelaki itu terkena hujatan satu sekolah karena sering dicap numpang hidup pada Satria.
Sejak saat itu semua berubah, kehidupan kelamnya muncul kepermukaan sampai mereka tahu sosok Satria yang sebenarnya dan mereka begitu membenci Satria, cowok cupu disekolah yang ternyata bringas diluar sekolah.
Satria menatap tangannya yang berdenyut nyeri, pecahan kaca masih menancap di jarinya. Lelaki itu menariknya lalu melempar serpihan kedalam tempat sampah. Segera ia mencuci tangannya karena sedari tadi ia mendengar cicit seorang gadis yang memanggilnya dengan sebutan Mas Iya dari luar toilet.
°
Raka dan Ardian harus segera dilarikan ke rumah sakit karena mereka berdua pingsan, sementara Juan kondisinya tidak terlalu parah membawa motornya mengikuti jejak kedua sahabatnya. Walau bagaima juga mereka adalah sahabat Juan.
"Mas Iya..." Panggil Yumna sambil menunduk, demi tuhan Yumna baru kali ini melihat Satria begitu dan Yumna lebih senang melihat kakaknya itu tersenyum jail dibandingkan melakukan hal seperti tadi.
Jika sebelumnya Satria kena buli, kali ini cewek-cewek menatap histeris pada Satria yang baru saja keluar toilet dengan melepas seragamnya, seragamnya ia lilitka pada jarinya yang terus mengeluarkan darah.
Cabe-cabean itu malah melihat Satria begitu keren apalagi dengan wajah dan rambutnya yang basah.
"Mas Iya.."
"Hmmm?"
"Kak Raka sama Kak Ardian dibawa ke rumah sakit tapi Abang manggil mas ke ruangannya." Satria mengangguk menepuk puncak kepala Yumna lalu memeluknya sesaat seakan memberi tahu Yumna bahwa ia masih Satria yang gadis kecil itu kenal.
Satria mengetuk pintu ruangan Raja dam pemandangan yang pertama ia lihat adalah wajah keruh Raja.
"Hebat mas udah berani nunjukin kemampuan mas didalam sekolah."
"Maaf bang mas kelepasan."
Sehebat apapun ilmu bela diri Satria tetap saja Raja adalah kakaknya yang memiliki sedikit kuasa untuk mengomelinya.
"Mas, tolong. Abang minta tolong sama mas tahan emosi mas. Ini sekolah dan Abang gak mau kalau sampai papa tau kelakuan mas." Satria berjalan kesamping Raja dan mengobati luka ditangan Raja dilemparnya seragam yang sudah berlumuran darah.
Satria menunduk sebenarnya tadi ia kelepasan. Ia jadi tidak enak pada Raja.
"Maaf."
"Ya sudah, mas tenangin diri dulu. Tapi Abang minta tolong jangan begitu lagi apalagi didepan Yumna." Raja selesai mengobati dan kembali bangkit untuk duduk di singgasana nya.
Satria mengangguk lalu keluar dari ruangan Raja, Satria menatap anak kelas satu yang tersenyum lalu mengangguk dihadapannya. Ia hanya memandang lalu menepuk keningnya cukup keras.
Sialan! Ia lupa pada seseorang, seorang gadis yang tadi digengamannya erat dan sekarang menghilang, dimana gadisnya itu berada saat ini?
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Satria
Teen FictionKisah tentang anak kembar. Langsung baca aja biar gak penasaran.