Raja 21

937 51 3
                                    

Siapa yang numpuk masal?


°

Perhatian

°

Airin mendesis kesal melihat Calista yang masih meringkuk di Alik selimutnya, sedang Raja sudah sejak tadi pagi tidak bisa dihubungi.

"Cal! Lo mesti tegas, jangan mau diginiin terus sama laki Lo!"

Calista membuka membalikan tubuh, merubah diri menjadi berbaring. "Kenapa Rin?"

"Dia dari pagi gak ada hubungin Lo? Gue hubungin centang dua abu terus."

"Udah biarin aja dia sibuk."

"Ya udah, ya udah lo tuh terlalu lembek tau gak Cal! Gue nyesel ngasih dare Lo untuk nembak dia." Airin mencak-mencak masih berdiri didepan pintu kamar.

"Justru gue bersyukur sama Lo, karena dare Lo sama temen gue bisa jadian sama dia." Calista tersenyum tulus membuat Airin mendesis kesal.

"Terserah Lo deh, gue balik dulu." Airin berbalik menuju kamarnya sambil menutup pintu.

Calista menatap nanar kepergian Airin, dentuman dikepalanya semakin menjadi-jadi dan hatinya begitu ngilu.

Gue bukan apa-apa ya Ja?

°

Suara ketukan pintu membuat Calista Mau tak mau bangun, ia berjalan sambil memegang tembok.

"Raja?" Tanya Calista tak percaya. Raja mendorong Calista mundur membuat gadis itu berjalan kembali ke kasurnya, memilih diam dibalik selimut karena udara begitu dingin. Raja menutup pintu dan sengaja membuka tirai dan jendela. "Kamu panas banget, udah berobat?"

Calista menggeleng, membuat Raja berdecak. "Aku bawa bubur, makan dulu terus minum obat."

Calista duduk lalu mengambil bubur dalam kotak stereofoam, memakannya dengan pelan karena sudaj melihat ekspresi kesal bercampur lelah milik Raja.

Saat Calista makan, Raja memainkan ponsel, merasa khawatir pada Shira yang masih sembab saat ia tinggalkan di apartemen.

Raja Mahendra
Aku udah pesen gofood
Dimakan jangan lupa.

Shira Dinandra
Terima kasih, Bang.

Dan senyum Raja mengembang begitu lebar, panggilan Shira membuat dirinya begitu bahagia. Calista menyernyitkan kening, merasa heran dengan senyum yang baru ia lihat kali ini.

"Ja.."

Raja mengerjap lalu menyimpan ponselnya begitu saja, "kenapa Cal?"

"Udah." Calista menyodorkan kotak yang tinggal setengahnya, tanpa bertanya Raja mengambil kotak itu lalu membungkus kembali dengan plastik, raja berjalan menuju luar kamar untuk membuang sampah.

Hati Calista ngilu, kenapa raja tidak membujuknya? Setidaknya bertanya kenapa tidak habis atau mau disuapi?

Ragu Calista melirik ponsel Raja lalu menyentuhnya dan menunjukan room chat dengan gadis bernama Shira.

Manggilnya Abang ya?

Raja kembali lalu menyodorkan segelas air beserta obat, "minum dulu Ra."

"Ra?"

Raja berdehem, "minum obat dulu, biar cepet sembuh."

Calista menerima obat lalu meminumnya, "Mas kayaknya capek banget, mending pulang aja."

Raja menatap tajam Calista, "udah berapa kali aku bilang, aku gak suka kamu panggil gitu!"

"Panggil apa dong?"

"Raja."

"Abang boleh?"

Raja berdehem, "aku lebih seneng kamu panggil Raja."

Calista mengangguk, dulu ia begitu menyukai menggoda Raja dengan panggilan mas dan kekesalan Raja menjadi hiburan tersendiri baginya, tapi kali ini Calista merasakan nyeri dihatinya, kalau gadis lain ia perbolehkan panggil Abang kenapa dia tidak boleh?

Raja mengurut pelipisnya pening, setelah pergi bersama Shira.Raja memutiskan pergi menemui Calista karena teror dari Airin bukan karena rasa khawatir.

Ya Tuhan, kenapa Raja menjadi seperti pakboi saat ini.

°

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang