Marah
Tiba-tiba saja Ardian yang masih babak belur menarik Rahma yang masih berpelukan dengan Satria, tanpa pamit mereka berdua pergi begitu saja. Sementara Satria masih menatap kepergian mereka berdua dan itu tak luput dari pandangan Belinda.
Belinda memejamkan matanya, ia merasa takut. Takut ditinggalkan dan dilupakan.
Ada hubungan apa Rahma dan Satria?
Suara langkah yang menjauh membuat Belinda membuka matanya saat Satria tidak ada dalam jangkauan matanya, Belinda terisak hebat, ia memejamkan matanya lagi ketakutan begitu melanda dirinya.
Tubuhnya bergetar karena menangis, matanya terpejam dengan rapat cukup lama sampai sebuah usapan lembut menerjang kepalanya.
"Makan dulu." Ucap lelaki itu lembut lalu mengusap bagian bawah mata Belinda yang masih basah.
Belinda membuka matanya seketika, matanya masih merah dan berair. Segera ia menarik mangkuk lalu menyimpan mangkuk diatas nakas. Satria masih diam melihat wajah menggemaskan Belinda.
Bruk!
Ternyata Belinda mengambil guling dan memukuli Satria sesuka hatinya.
"Aduh... Duh..." Satria menahan guling Belinda dan melemparnya ke lantai, namun jadinya tangan Belinda yang panas memukuli dirinya.
"Bebe! Lo kenapa sih!" Satria masih kewalahan untuk menahan Belinda sebetulnya ia bisa saja mencengkram lengan Belinda namun ia terlalu takut menyakiti gadis yang sedang tidak baik-baik saja saat itu.
"Pergi!" Teriak Belinda.
"Pergi mas!" Teriak Belinda lagi, "tinggalin gue sendirian!" Rengeknya seperti anak kecil, tangannya sudah tidak lagi memukuli tapi justru menarik ujung kaos Satria.
"Pergi!" Ucap Belinda pelan membuat Satria melepaskan cekalan Belinda lalu keluar ruangan.
Belinda menatap itu dengan kepala yabg berdenyut semakin nyeri, ia menangis sesenggukan.
"Papa pergi karena Tante Sintia, Ozy pergi karena Cinta sahabat gue dan mas Satria pergi juga karena Rahma. Gue emang gak pernah pantas untuk dicintai."
Satria yang masih berada dibalik tembok bersandar lalu menghela nafas ternyata itu masalahnya.
Satria kembali masuk kedalam kamar dan dengan sekali hentakan menarik Belinda dalam dekapan yang justru membuat Belinda semakin menangis.
"Kenapa Lo gak pergi? Kenapa Lo gak kejar Rahma?"
Satria tersenyum tipis saat menyadari apa yang terjadi, "buat apa gue kejar Rahma?"
"Mas tadi pelukan sama dia!" Sewot Belinda yang kini membersit hidung dan melepaskan pelukan Satria.
"Tadi juga mas peluk kamu kan?"
Belinda mengerjap, kata-kata itu terlihat manis saat Satria memanggil dirinya sendiri mas dihadapan Belinda.
"Bukannya mas mau pacaran sama Rahma?"
"Pikiran bodoh dari mana itu?"
Belinda memanyunkan bibirnya, "tapi mas udah pelukan sama dia!" Kekekuh gadis itu.
"Tapi kamu kan yang pacarnya mas?" Ucap Satria sambil tersenyum.
"Maksud mas peluk Rahma apa?"
Satria terkekeh lalu memajukan wajahnya tepat dihadapan wajah Belinda, "selamat berfikir sayang, itu juga yang mas rasain waktu kamu pelukan sama Juan."
Cup!
Ucapan Satria diakhiri kecupan disudut bibir Belinda membuat gadis itu menganga lalu memekik keras, "mas kok cuma sebentar! Mana gue belum mandi lagi!"
Satria menggelengkan kepalanya, "Lo tetep manis kok." Balas Satria dalam hati sambil menuruni tangga karena ia akan mengambil makanan untuk Belinda lagi karena makanan sebelumnya sudah dingin.
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Satria
Teen FictionKisah tentang anak kembar. Langsung baca aja biar gak penasaran.