Satria 56

1.4K 67 11
                                    

Maaf ya aku membingungkan kalian, habis gimana ya ide ku seperti ini.

°

Kembali ke masa lalu.

°

Belinda dibawa menggunakan helikopter dan siapa lagi yang melakukan hal ini kalau bukan papanya? Satria yakin papanya pasti sudah mengintai kegiatannya dengan rapi, sebab apakah bisa tiba-tiba saja ada helikopter dirumah sakit bila tidak dipersiapkan lebih dulu?


Satria menunduk dan menemukan cairan berwarna merah dijalan, jantungnya berpacu cepat. Apakah ini darah Belinda?

Lelaki itu berjongkok dan mencolek darah itu, alih-alih bau amis Satria justru mencium bau sebuah makanan sepertinya ini pewarna makanan dan bukan darah. Lalu apa maksud papanya?


"Mas, Pak Noval meminta mas untuk pulang sekarang." Satria menoleh pada lelaki kepercayaan kakaknya, Yoga.


Satria hanya mengangguk, ia yakin akan habis setelah ini, entah apa yang akan kakak dan papanya perbuat.

°

Noval menutup ponselnya saat ruang kerja Pio di ketuk, lalu muncul Satria dengan penampjlan acak-acakan nya.

"Gimana mas?"

Satria memandang Noval malas, dasar kakaknya ini persis seperti papanya!

"Belinda papa bawa kemana?"

"Yang tau cuma papa."

"Kakak.."

"Diam! Papa dan Kakak sedang menyelesaikan kerusuhan yang baru saja kamu buat!"

"Kok aku yang salah?"

"Kamu nyaris menjadi pembunuh kalau saja papa tidak langsung berpikir cepat, kalau saja jaring-jaring penahan tubuh Belinda terlambat di bentangkan dan kalau saja kamu bisa bertidak, bukannya diam saja seperti orang tolol!"

Satria menunduk, "Belinda engga baik-baik aja kalau kamu mau tau, kakinya cedera."


"Belinda masih hidup?"


Noval berdecak, tidak mau menjawab. "Apa yang ada difikiran kamu tadi? Kenapa kamu hanya diam lalu memilih untuk bersama Rahma buat menolong Belinda?"


"Kak, aku gak ada cara lain."


Noval melempar pulpen yang tepat mengenai kepala Satria, "disebelah kamu ada Ardian, kamu bisa balas dengan menjadikan Ardian sandera atau kamu pura-pura aja mau membunuh diri kamu sendiri."


"Kamu tau, Rahma sana Ayu gak serius! Mereka hanya menggertak saja, papa yakin mereka gak berani, tapi kamu terlalu bodoh menentukan pilihan."


Satria mengacak rambutnya frustrasi, iya dia memang bodoh! Kalau saja dia bisa membalikan keadaan, arrgggggggg!


"Selamat menikmati hukuman dari papa!"

Noval tersenyum culas lalu keluar dari ruang kerja papanya."


°


Setelah acara lulus-lulusan selesai Satria lebih memilih menuju Apartemennya dibandingkan mengumpul bersama sahabatnya, oh ya Juan dan Raka sudah kembali menjadi sahabat mereka. Kesalah pahaman yang terjadi sudah selesai.

Tapi sebelum ke apartemen, Satria memilih menuju Rumah Tahanan, sudah satu tahun lebih dirinya tidak bertemu Belinda dan itu sangat menyakitkan, bertanya pada Noval apalagi Pio sama saja bunuh diri, sedang Raja hanya mengucapkan kata sabar Kala dirinya begitu frustrasi atau menawarkan sebatang rokok. Yang benar saja! Satria benci asap rokok.

Saat ini Satria berhadapan dengan Rahma, walau bagaimanapun Rahma adalah sahabat kecilnya dan Satria juga benci Fakta itu.


"Yaya!" Seri Rahma yang terlihat sangat kurus. Rahma dijerat karena percobaan pembunuhan.


"Masih berani Lo panggil gue kayak gitu?"

"Maaf."

"Maaf Lo gak berguna tau gak, Belinda udah gak ada disini!"

Rahma mengusap air matanya, yang Rahma tau Belinda meninggal dalam insiden itu.


"Maafin gue, gue gak bermak--"


"Kenapa gak Lo aja yang lenyap dari muka bumi ini? Biar populasi orang jahat berkurang!"


°

Satria menekan password kamar apartemennya, ia merasa lelah lalu membanting diri dikasur.

"Kamu dimana sih Be? Mas kangen banget." Satria terkekeh kadang ia berfikir bahwa Pio sangatlah jahat.


Tapi mendengar ucapan Kinan membuat Satria menyalahkan dirinha juga.


"Kamu sih gak bisa jaga sikap, papa sama Mama gak mau kamu sama Abel punya bayik saat masih sekolah"


Ah! Salahkan Belinda yang selalu membuat Satria gemas, Satria melangkah menuju dapur dan mengambil satu botol air mineral menengak hingga habis lalu membuang botolnya.


Ia berjalan menuju kamar lalu matanya mengerjap beberapa saat, ia melihat seorang bidadari yang sedang duduk di kasurnya sambil melambai kearahnya, "Hai.."


"Bebe?" Satria mengucek mata ya tidak percaya, "ini Bebe nya mas?"

"Bukan ini hantu!" Saat itu juga Belinda merasa melayang karena tubuhnya sudah terangkat keudara dalam dekapan seseorang.


"Sayang..." Seru Satria gemas lalu menghempaskan tubuh Belinda ke kasur, "mas gak percaya ini kamu."

Belinda berbaring dikasur sedang Satria berada diatasnya, mereka begitu dekat bahkan Satria bersumpah bisa melihat dirinya Dimata jernih Belinda.


"Tuh kan? Apa hukuman papa belum cukup mas Satria?"


Pio berdiri didepan kamar yang tidak tertutup sambil bersedekap dada, sementara Kinan hanya tersenyum kecil sambil menggeleng.

°

Masih penasaran? Atau masih bingung?

Raja SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang