“Sajangnim, setelah empat hari kau tidak masuk. Jadwal pertemuan hampir semuanya tertunda. Kudengar istrimu sakit? Pingsan? Memang istrimu penting, tapi bisa dijaga oleh orang lain kan? Anda bisa masuk kantor dan istrimu seharusnya mengerti. Istrimu sudah sadar. Dia baik-baik saja, seharusnya kau—“
“Minju.”
Jungkook menyela dengan nada dinginnya. Sejak dia masuk ke dalam ruangan ini setelah empat hari cuti, dia langsung mendapatkan semburan kalimat panjang dari Minju. Sejak tadi dia berusaha merespon dengan sabar. Tapi Minju terus mengatakan hal seakan-akan marah kepadanya. Memang marah mungkin. Padahal saat dia masuk ke kantor, dia langsung disambut senyuman dan sapaan ramah karyawan. Sedangkan Minju sangat berisik. Padahal karyawan-karyawan lain tak masalah dengan Jungkook yang tak masuk. Jadwal pertemuan hanya dua kali. Sekali sudah Jungkook lakukan. Hanya tinggal satu kali lagi dan bisa diganti lagi jadwalnya.
Minju sendiri sudah menunduk. Takut juga karena Jungkook jarang marah. Sebenarnya Minju mengatakan semua itu karena dia kesal. Tak terima Jungkook libur beberapa hari untuk menjaga Lisa. Jungkook itu sangat baik, pesonanya mematikan, siapa yang tidak menyukainya? Minju mencintainya. Dia tahu ini salah. Tapi dia tetap mencintai Jungkook, sangat berharap bisa mendapatkan hati Jungkook, menunggu keduanya cerai atau Lisa meninggal.
Dia cemburu ketika mengetahui Jungkook tak masuk untuk menjaga Lisa. Mereka bersama seharian. Selama beberapa hari ini.
Jungkook memandang Minju yang tengah menunduk seraya memegang berkasnya. “Masalah aku cuti, mungkin itu memang membebanimu, aku minta maaf. Tapi aku akan menambahkan gajimu kan?” tanyanya dengan alis terangkat. “Istriku saat itu masuk rumah sakit dan aku tentu harus menemaninya. Aku memang CEO dan memiliki tanggung jawab, tapi aku seorang suami. Suami memiliki tanggung jawab juga kan? Jawab aku, Minju.”
Minju sendiri menunduk sejenak. Sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. “Iya.”
“Bagus jika kau mengerti.” Jungkook kemudian meletakkan berkas yang tadi dibacanya—sudah tak berniat karena ulah Minju. “Aku akan menambahkan gajimu. Aku juga repot saat masuk. Tadi kudengar kau membawa istiku juga.”
Minju melebarkan mata, mendongak, buru-buru menggeleng. “Sa—“
“Jangan membawa istriku. Aku yang mau menjaganya. Kuharap kau mengingat posisimu, Minju. Kau hanya sektretarisku. Tak lebih.”
Minju mematung mendengar perkataan Jungkook barusan. Kata-kata tajam yang diberikan Jungkook pertama kali didengarnya. Jungkook yang selalu tersenyum ramah dan baik, sekarang mengeluarkan kata-kata yang cukup tajam dan menyakiti hatinya—terlebih dia menyukai Jeon Jungkook, suami wanita lain.
Minju meremat tangannya di kedua sisi tubuh, sebelum dia akhirnya menghela napas pelan dan mengangguk. Dia mendongak, menegakkan tubuhnya, berusaha tetap menegaskan auranya sebagai sekretaris profesional. “Iya, ini salahku dan aku minta maaf, Sajangnim,” ujarnya, kemudian membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat.
Jungkook sendiri hanya menghela napasnya. Sebenarnya cukup banyak faktor yang membuatnya bisa kehilangan ketenangannya seperti ini. Jungkook sebenarnya berusaha keras untuk tetap sabar sejak tadi karena dia tak mau marah disini. Tapi Minju yang terus berbicara membuatnya kehilangan ketenangan. Terlebih masalah pelaku dan isi kertas yang dilemparkan itu membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya.
“Masalah pekerjaan dan pertemuan bisa diatur bersama. Kita selesaikan semuanya,” tukasnya dingin.
Minju hanya mengangguk. Berusaha tetap tenang walau matanya sudah memanas. “Baik, Sajangnim.”
***
“Astaga! Kau jahat sekali! Bagaimana bisa kau mengatakan semua itu kepada Minju?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life [LK]✅
RomanceJeon Jungkook, yang biasa dipanggil Jungkook adalah anak yatim-piatu sejak kecil. Jungkook menggantikan posisi Ayahnya sebagai CEO, karena Ayahnya yang meninggal beserta Ibunya dalam kecelakaan. Jungkook menikah dengan gadis bernama Lalisa Manoban...