Lisa sekarang tengah memandang pantulan dirinya di kaca besar yang terdapat di lemari besarnya. Memang satu set. Lisa sekarang tengah memakai baju santainya yang berada didalam lemarinya. Dia memang meninggalkan beberapa pakaiannya saat menikah. Tidak semua dibawa ke rumahnya dan Jungkook. Sekarang Lisa tengah bersiap untuk pergi ke rumahnya dan Jungkook. Lisa merasa, tak ada gunanya terus tinggal disini. Cepat atau lambat, dia harus menemui Jungkook. Mau tak mau. Lagipula yang dikatakan Jiah kemarin benar. Jungkook melakukannya hanya karena panik. Setelah melihatnya kemarin, Jungkook memang merasa bersalah.
Lisa tak mau egois dan akhirnya dia memutuskan untuk kembali. Namun rasa kecewa itu masih membekas di dalam hatinya. Dia tak bisa berjanji dia akan berbicara dengan Jungkook saat sampai di rumah. Dia berharap, saat sampai setidaknya Jungkook sudah berada di kantornya dan dia setidaknya bisa mempersiapkan diri sebelum menghadapi Jungkook. Pasti canggung. Atau mungkin hanya dia. Jungkook agaknya akan berusaha sekeras mungkin mendapatkan maafnya.
"Sudah siap?"
Hingga pertanyaan itu membuatnya menoleh, menemukan Jiah yang entah sejak kapan sudah masuk ke kamar. Tampaknya Lisa tak menyadarinya karena sedang melamun. "Sudah. Aku akan berangkat," jawabnya dengan senyuman tipis.
Jiah sendiri tersenyum. Sebenarnya ragu membiarkan Lisa yang bersikeras hendak kembali ke rumah hari ini. Tapi dia tak bisa melarang. "Baiklah. Kau benar-benar tidak mau diantar saja?"
"Tidak usah. Aku naik taksi saja," jawabnya seraya meraih tas selempangnya.
"Baiklah. Hati-hati ya," ujar Jiah seraya mengusap rambut putrinya.
Lisa sendiri mengangguk dengan senyumannya. Pamit kepada sang Ibu, sebelum pergi darisana hendak ke rumahnya dan Jungkook. Sekarang sudah jam dua belas siang, lebih mungkin. Jadi, matahari cukup terik. Lisa lekas memasuki taksi, menarik napasnya kala taksi mulai berjalan menuju ke rumahnya dan Jungkook.
***
"Jungkook-ssi, setidaknya kau harus makan sekarang, setelahnya minum obat maag. Maagmu pasti sekarang kambuh. Kemarin malam, kau hanya makan sedikit. Akan kubawakan makanannya padamu sekarang. Bagaimana?"
Yonggi rasanya frustasi ketika Jungkook menggeleng sebagai jawabannya. Hari ini, dia berniat datang ke kamar Jungkook hanya untuk melihat keadaan Jungkook yang kacau sejak kemarin, sejak datang ke rumah mertuanya. Namun ketika sampai di kamar, dia malah melihat Jungkook yang meringis kesakitan seraya memegang dadanya sendiri. Tak butuh waktu lama untuk menyadari jika maag Jungkook kambuh. Setelah meminum air, tampaknya nyeri di dada Jungkook mulai sedikit memudar sehingga Jungkook tidak meringis atau sangat kesakitan seperti tadi. Walau tentu saja masih nyeri dan akan semakin sakit kalau Jungkook tak memakan dan meminum obatnya.
Tak sampai disitu, dia melihat punggung tangan Jungkook. Ada yang berdarah, kulitnya terkelupas, darah yang sudah mengering. Ketika melirik ke meja rias, dimana disana ada kaca, dia menemukan kacanya sudah pecah. Yonggi langsung tahu, tangan Jungkook berdarah karena dia memukul kaca itu dengan punggung tangannya. Tangan yang digunakan Jungkook untuk menampar Lisa kemarin.
"Tak perlu, Yon. Aku hanya butuh istirahat," jawabnya seraya sedikit meringis, merasakan nyeri pada dada.
"Kau tidak akan membaik jika terus seperti ini. Kau harus minum obat. Lisa-ssi juga meminta kau untuk makan sesuai ucapanmu kemarin kan? Kemarin dia juga sudah meminta kami untuk memperhatikanmu dengan baik. Termasuk waktu makanmu."
Jungkook sendiri menarik satu senyuman miris mendengarnya. Mengingat fakta yang membuat dadanya nyeri sendiri-selain maagnya. "Dia begitu peduli denganku, bahkan setelah apa yang kulakukan. Tapi aku malah melakukan hal yang brengsek," ujarnya. Kembali merutuki dirinya sendiri untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life [LK]✅
RomanceJeon Jungkook, yang biasa dipanggil Jungkook adalah anak yatim-piatu sejak kecil. Jungkook menggantikan posisi Ayahnya sebagai CEO, karena Ayahnya yang meninggal beserta Ibunya dalam kecelakaan. Jungkook menikah dengan gadis bernama Lalisa Manoban...