"Aku sudah kenyang, Sayang. Perutku ingin meledak rasanya."
Lisa mendengus mendengar kalimat Jungkook yang kembali menolak permintaannya. Sekarang dia tengah menyuapi Jungkook. Jungkook memang sudah makan, tapi baru dua suap. Dibutuhkan sekitar dua suap lagi agar Jungkook dapat meminum obatnya sesuai instruksi yang diberikan dokter. Tapi Jungkook begitu keras kepala. Mengatakan dia sudah kenyang.
"Kau harus makan lagi. Kalau kau mengundurnya, kau tidak akan sembuh dengan maksimal. Jadi, buka mulutmu dan makan, Oppa. Kumohon." Lisa kembali mengarahkan bubur yang sudah disendok ke bibir Jungkook. Berharap Jungkook akan memakannya.
Sedangkan Jungkook, menghela napas pelan. Dia benar-benar kenyang rasanya. Mungkin cenderung ke mual. Mual karena baru saja sadar, bau obat-obatan, belum sepenuhnya pulih. Dia benar-benar tak mau makan rasanya. Terlebih buburnya rasanya benar-benar hambar.
"Baiklah. Aku akan memakannya. Tapi tidak sekarang. Nanti akan kumakan. Tidak akan sampai hitungan jam," ujarnya seraya memegang perutnya. Setelahnya Jungkook melirik ke sekotak cokelat buatannya yang ada di nakas membuatnya tersenyum kala menemukan ide yang bagus. "Selagi menunggu, bagaimana jika kau memakan cokelat buatanku?" tawarnya.
Lisa sendiri ikut melirik ke samping. Namun dia akhirnya menggeleng. "Nanti saja. Tunggu kau sembuh. Kau bisa tergoda untuk memakannya nanti. Sekarang kau belum boleh makan sembarangan."
"Tidak! Aku tak akan tergoda memakannya!" elak Jungkook cepat. "Aku mau menyuapimu. Lagipula kau juga mau kan? Aku masih ingat kau mengatakan itu sebelum kita tidur kemarin."
"Iya. Tapi aku harus melihat kondisimu. Kau saja masih harus kusuapi. Kau cepat sembuh. Setelahnya kita makan cokelat buatanmu."
"Hanya aku yang sakit kan? Aku masih bisa menyuapimu." Jungkook kemudian meraih tangan Lisa, menggegamnya erat. Memasang tampang wajah yang memohon. "Aku akan menyuapimu. Mau ya?" tanyanya.
Lisa sendiri menghela napas melihatnya. Hendak menolak, tapi tatapan Jungkook seakan menahan kata-kata penolakannya untuk keluar. Entah disadari atau tidak, tatapan Jungkook juga terlihat sangat menggemaskan. Seakan-akan di hadapannya adalah anak kecil berumur 5 tahun yang meminta dibelikan mainan. Terlebih Jungkook mulai mengerucutkan bibirnya. Sihir tambahan agar Lisa menyetujui pemintaannya.
"Ya sudah. Tapi setelah itu, makan buburnya lagi," ujarnya yang akhirnya mengalah sukses membuat Jungkook tersenyum dan mengangguk cepat.
"Oke!"
Lisa hanya menarik senyuman gemasnya ketika Jungkook tampak begitu senang. Kalau seperti ini, Jungkook seperti anak kecil. Bukan Jungkook yang berwibawa, dewasa itu. Lisa lekas meletakkan mangkuk berisi bubur hambar Jungkook di nakas. Jungkook sudah mengambil sekotak cokelat yang diletakkan di nakas juga. Kemudian mengambil satu cokelat berbentuk bulat yang dibungkus dengan bungkus berwarna emas.
"Saat aku diajarkan, kurasa wanita yang mengajarkanku sangat beruntung mendapatkanku sebagai muridnya," ujar Jungkook seraya membuka bungkusannya. "Aku tampan. Pintar sekali menangkap apa yang dikatakan olehnya. Mudah diajarkan," ujarnya membanggakan dirinya sendiri sukses membuat Lisa tertawa kecil mendengarnya. Jungkook memang sangat percaya diri.
"Berhenti membanggakan dirimu sendiri. Lebih baik kau cepat menyuapiku dan memakan buburmu."
Jungkook terkekeh. "Oke. Kuturuti permintaanmu. Ayo buka mulutmu dan makan." Jungkook menyodorkan cokelat berbentuk bulat itu ke bibir Lisa dengan bibir yang sengaja dibuka—kode agar Lisa cepat membuka mulutnya. Lisa lekas membuka mulut dan Jungkook menyuapinya. Lisa mengunyahnya dengan cepat. Merasakan bagaimana cokelat manis itu sedikit demi sedikit meleleh di mulutnya. "Bagaimana? Enak?" tanya Jungkook setelah beberapa saat Lisa mengunyah. Namun tak lama, dia malah tersenyum. "Tentu saja. Aku yang membuatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life [LK]✅
RomanceJeon Jungkook, yang biasa dipanggil Jungkook adalah anak yatim-piatu sejak kecil. Jungkook menggantikan posisi Ayahnya sebagai CEO, karena Ayahnya yang meninggal beserta Ibunya dalam kecelakaan. Jungkook menikah dengan gadis bernama Lalisa Manoban...